webnovel

Kecurigaan Mama

Terik matahari mulai menembus dedaunan rimbun yang ada di halaman rumah Zahira. Zahira menatap dari jendela rumahnya seraya menghela nafas panjang menandakan pekerjaan nya pagi ini sudah selesai. Tapi kali ini pekerjaan baru malah ia temui. Dedaunan yang tua bewarna kecoklatan itu sudah mulai jatuh satu persatu hingga mengotori pekarangan rumah nya. Penampakan pekarangan yang kotor membuat keasrian dan kenyamanan Zahira merasa terusik. Hingga akhirnya Zahira memutuskan untuk membersihkannya. Ketika Zahira tengah asyik menyapu di sudut halaman rumahnya, tiba-tiba ia di kejutkan oleh kehadiran seseorang.

"Zahira??" Terdengar teriakan seorang wanita paruh baya dari kejauhan.

Suara itu tidak asing lagi bagi Zahira. Suara yang pertama kali ia dengar sejak ia di lahir kan ke dunia yang fana ini. Tepatnya suara Mama Vena yang merupakan Ibu kandung Zahira.

Mendengar teriakan tersebut sontak membuat Zahira membalikkan badannya ke arah Mama Vena.

"Ada apa Ma? Kenapa Mama berteriak?"

Vena melangkah mendekati putri semata wayangnya nya itu, lalu tanpa basa basi ia menarik tangan kanan Zahira.

"Kamu harus ikut Mama!"

Terlihat kerutan di kening Zahira. Ia heran dan bingung dengan sikap Mama nya itu.

"Mama mau membawa Zahira kemana?"

"Sudah. Nanti kamu juga bakalan tau, sekarang kamu ikutin Mama aja dulu!" Paksa Vena

"Tapi Ma?"

Vena menarik Zahira menuju pintu rumah lalu menutupnya. Vena kembali menarik Zahira, namun Zahira menahan tarikan Mamanya.

"Ma, Mama mau ajak Zahira kemana sebenarnya?"

"Mama mau menunjukkan sesuatu kepada mu."

Tanpa basa basi lagi, Vena kembali menarik tangan Zahira dan mengajaknya ke pangkalan ojek yang jaraknya hanya beberapa meter dari rumah Zahira.

"Ma.. Mau ngapain kita di sini?" Zahira kebingungan.

Vena tidak melihat sosok Kelvin yang merupakan suami Zahira sekaligus menantunya berada di pangkalan itu lagi.

Vena kembali di buat kesal karena ia gagal menunjukkan aksi menantu nya kepada Zahira. Vena berjalan mendekati salah seorang tukang ojek yang berada di dekatnya.

"Mas... Kelvin nya mana?" Vena menanyakan kepada salah satu tukang ojek yang duduk di pangkalan itu.

"Itu, baru saja pergi" Jawab seorang tukang ojek sembari menunjuk ke arah pergi nya Kelvin.

Namun saat Vena melirik ke arah yang di tunjukkan tukang ojek tersebut, ia sudah tidak melihat sosok Kelvin lagi.

"Ah... sudah Terlambat" Gerutu Vena.

"Ma... Kenapa Mama mencari Mas Kelvin?" Tanya Zahira polos.

"Mama tadi melihat suami mu itu bersama seorang perempuan."

Flashback

Rumah bertingkat bak istana dan bewarna putih mampu memberi kenyamanan dan keindahan bagi setiap yang memiliki nya. Namun, tidak berlaku bagi Vena. Rumah besar dan megah itu tak mampu membuatnya bahagia. Suasana rumahnya yang ia tempati bersama suaminya bernama Bram terasa sunyi semenjak Zahira memutuskan keluar dari sana.

Suasana pagi yang dingin dan sejuk itu mengingatkan Vena kepada putri semata wayangnya nya. Sudah hampir dua tahun dia tidak pernah menjenguk Zahira. Tepatnya semenjak ia mengusir Kelvin dari sana. Karena rasa rindunya yang sudah tak terbendung lagi, Vena memutuskan untuk mendatangi kediaman putri kesayangannya itu.

Vena mengendarai mobil merah kesayangannya. Ia melaju dengan kencang. Meskipun usia nya sudah terbilang hampir setengah abad namun Vena tidak gentar untuk melakukan hal seperti itu. Di perjalanan menuju rumah Zahira, ia tak sengaja melihat Kelvin tengah asyik berbincang dengan seorang perempuan se**i. Hal itu membuat hatinya panas. Tanpa berlama-lama ia kembali melajukan mobilnya menuju rumah Zahira.

*** ***

Mendengar penjelasan Mama nya itu Zahira malah di buat ketawa terbahak-bahak yang jelas-jelas berbanding terbalik dengan Mamanya.

"Hehehe.. Mama itu lucu banget." Zahira tertawa lepas.

"Ih... Mama gak habis pikir sama kamu, Tadi itu Mama melihat sendiri Kelvin dengan seorang perempuan se**i tengah berbincang di sini. Kamu bukannya curiga malah tertawa." Celoteh Vena yang bingung dan kesal melihat sikap putrinya itu.

"Astaga... Mama kan sudah tau kalau Mas Kelvin itu tukang ojek jadi wajar kalau dia berbicara dengan banyak orang." Jelas Zahira tanpa menaruh kecurigaan terhadap suaminya itu.

"Tapi Mama gak yakin." Vena beranjak dari pangkalan ojek itu.

"Ma tunggu aku! Mama mau kemana?"

"Mama mau pulang saja. Mama kesal sama kamu yang tidak pernah mau mendengar ucapan Mama." Ucap Vena hingga berlalu menjauh meninggalkan Zahira. Rasa rindu yang semula menggebu terhadap putri nya itu kini berubah menjadi kekesalan yang memuncak di hati Vena.

Zahira semakin kebingungan melihat sikap Mamanya itu. Semenjak ia memutuskan untuk menikah dengan Kelvin Vena sudah tak menyetujui lantaran Kelvin tidak memiliki pekerjaan yang tetap. Kini setelah sekian lama Zahira beranjak dari istana indah Mamanya itu, Mamanya datang dan membawa berita aneh tentang suaminya itu. Seolah-olah Mamanya itu ingin sekali mengusik kehidupan anak dan menantunya.

"Mama... Kenapa Mama tidak pernah menerima Kelvin?" Gerutu Zahira sembari menatap sosok Mama nya dari kejauhan.

Zahira menampakkan raut wajah sedih karena kekecewaan. Namun ia berusaha untuk tetap tegar dan tersenyum supaya air mata yang bergelinang di pelupuk matanya tidak terjatuh ke pipi mulusnya itu.

Semua tukang ojek yang berada di pangkalan itu menampakkan raut wajah kebingungan. Mereka seolah-olah tengah menonton sebuah drama yang di mainkan oleh Zahira dan Vena. Zahira yang menyadari hal itu langsung membalikan badannya ke arah tukang ojek tersebut.

"Mas.... Maafkan sikap Mama saya tadi" Ucap Zahira kepada semua tukang ojek yang tengah duduk di kursi kayu itu.

"Tidak apa-apa Mbak... Wajar kalau seorang Ibu mengkhawatirkan kehidupan rumah tangga anaknya." jelas Pak Bimo yang merupakan tukang ojek terlama di sana.

"Iya pak Bimo... terima kasih atas pengertiannya. Saya izin pulang dulu pak."

"Sama-sama Mbak."

Zahira beranjak menjauhi pangkalan ojek itu.

Di tengah perjalan Zahira berencana menemui salah satu tetangganya. Tetangganya yang sudah lama tidak pernah berkunjung ke kediaman Zahira.

Kring kring

"Assalamualaikum Fin?"

Zahira membunyikan bel rumah Fina sembari mengucapkan salam. Sudah tiga kali di ulang Zahira namun tidak juga kunjung ada sahutan dari dalam rumah Fina.

"Apa Fina sedang tidak berada di rumah? Mungkin saja." Gerutu Zahira sembari melangkahkan kakinya dari rumah Fina.

Tak jauh dari rumah Fina tiba-tiba ada seseorang memanggil Zahira.

"Zahira?" Panggil salah seorang perempuan muda.

"Eh Raisa... "

"Iya za... Kamu mau menemui Fina ya?"

"Iya sa.. Tapi Fina sepertinya sedang tidak berada di rumah." balas Zahira

"Hem.. Iya za... Akhir-akhir ini aku sering melihatnya keluar pagi-pagi sekali. Entah kemana? aku gak tau"

"Mungkin dia lagi ada pekerjaan sa. Baik lah sa, aku pamit pulang dulu ya" Ucap Zahira

"Iya za.. Hati-hati"

Zahira kembali melanjutkan perjalanan pulang menuju rumahnya. Rumahnya sudah tidak terlalu jauh dari rumah Fina, hanya saja rumahnya memasuki persimpangan. Saat akan memasuki persimpangan rumahnya, Zahira kembali melihat ke belakang. Sekilas ia melihat Kelvin namun tidak begitu jelas.