6 Salah tingkah bagian 1

Saat ini adalah saat dimana Halimah dan Umar untuk melaksanakan sholat Magrib besama tentunya di kamar mereka berdua,mereka tidak terlalu lama mengadakan resepsi pernikahan sederhana yang singkat karena memang Umar tidak menyukai berada di posisi keramaian dalam jangka waktu yang lama.

"Maaf kakak, saya ingin ketoilet. Dikamar kakak ini toilet nya sebelah mana?" tanya Halimah berusa untuk memberanikan diri.

Karena memang di kamarnya Umar memiliki beberapa kamu pintu itu sekitar 5 pintu yang berwarna-warni sehingga membuat Halimah sedikit pusing untuk memilih dan menebak-nebak kira-kira mana pintu toilet karena saat ini Halimah benar-benar ingin ke toilet.

"Kamu bisa memasuk ke pintu warna coklat." ucap Umar.

"Baiklah terimakasih kakak." ucap dari Halimah yang kemudian langsung membuka pintu warna coklat tersebut dan memasuki ruangan tersebut dan benar ternyata ruang tersebut adalah A kamar mandi yang cukup luas beserta dengan ia memiliki sedikit pembatas dengan kamar mandi.

Halimat tidak menyangka ruangan yang disangkanya tadi awalnya sangat sederhana ternyata di dalamnya sangat mewah dan megah seperti ini bahkan kamar mandinya saja sudah sangat selebar ini,jangan ditanyakan lagi kamar dari umat sudah pasti ukurannya sangat sederhana tetapi ternyata memiliki banyak sekali ruangan dengan pintu-pintu yang warna-warni.

Umar hanya bisa tersenyum manis melihat tingkah wanita manis yang saat ini telah menjadi istrinya yang sah, walaupun terlihat sedikit malu dan takut Halimah sangat polos tetap saja memberanikan diri untuk bertanya pada Umar.

"Dia terlihat sangat mengemaskan, saat memanggil ku kakak." ucap Umar sambil berbaring diatas tempat tidur nya yang terasa sangat nyaman karena memang tadi mereka agak lama duduk di kursi pelaminan, sehingga saat ini Umar merasa senang karena telah memiliki pasangan hidup yaitu Halimah.

lima belas menit kemudian Halimah keluar dari kamar mandi dengan wajah yang lebih keras dari sebelumnya dan tentunya telah berjanji pakaian dengan mengunaungkan jubah mandi milik Umar. Karena memang sebelumnya Halimah lupa untuk membawa bajunya dan juga tidak tahu di mana letak bajunya di tempat ini.

Sebelumnya memang Bunda Zubaidah telah membantunya berkemas dan menyiapkan pakaiannya di koper karena memang hari ini akan pindah ke tempat suaminya tetapi tentunya yang membawakan koper tersebut adalah orang-orang suruhan dari Bundanya tersebut, sehingga hal ini tidak tahu jadinya saat ini dan terpaksa harus meminjam jubah mandi dari laki-laki yang saat ini telah menjadi suaminya tersebut.

Sebenarnya Halimah tidak berniat untuk mandi saai ini tetapi karena merasa sangat merasa panas akhirnya memutuskan untuk mandi dan membersihkan tubuhnya.

Setelah itu kemudian Halimah keluar tentunya tidak terima berbalutkan hijab karena semua bajunya dari hijab sampai jangan sampai akhir telah dicuci oleh Halimah tadi sebelumnya di mesin cuci yang berada di dalam kamar mandi tersebut dan bahkan umpat jemur pakaian nya pun ada di dalam kamar mandi tersebut.

Beruntungnya Halimah telah bisa menggunakan mesin cuci tersebut karena memang sebelumnya dulu Halimah pernah nginap di rumah temannya dan hari memperhatikan cara temannya mencuci baju menggunakan mesin tersebut.

"Kamu Halimah?" tanya Umar dengan sedikit kaget.

Tentu saja Umar merasa sangat kaget karena tadi sebelumnya biasanya tersebut tampak sangat cantik dengan balutan pakaian yang tertutup dan tentunya yang saat ini adalah seseorang wanita yang terlihat sangat berkali-kali lebih cantik dan tentunya hanya dapat dilihat oleh Umar sendiri karena umat adalah suaminya.

"Iya kakak, maafkan aku..... harus meminjam jubah mandi ini...., di dalam juga masih sedikit basah karena tadi terkena air lalu sekalian aku cuci.... Apakah ibuku telah mengirimkan pakaian ku kesini?" tanya Halimah.

"Iya pakaianmu ada di dalam lemari yang berwarna pink tersebut yang ada di bagian sebelah kiri." ucap Umar masih dengan tampang kagetnya.

Tentu saja sebelumnya Umar tidak pernah berbagi dengan siapapun pakaian yang pernah dia miliki Karena pada saat seseorang yang menyentuh barang-barang yang dia miliki Umar langsung saja memberikan barang tersebut kepada orang lain.

Tetapi kali ini saat Halimah memakai salah satu barangnya Umar merasa sedikit aneh tampaknya jubah mandi dari Umar yang memang berukuran besar di tubuh mungil dari Halimah tersebut sehingga membuat tubuh mungilnya Halimah sedikit tenggelam dengan jubah besar tersebut.

Bahkan kali ini umar baru menyadari ternyata bahwa jubah mandinya tersebut milikinya warna putih yang sedikit transparan saat Halimah memakainya.

"Hah...?" ucap Halimah yang merasa kaget dengan apa yang ada di dalam lemari berwarna pink tersebut.

Memang ada sebagian pakaian pakaiannya tetapi sebagian lagi pakaian baru yang didominasi oleh pakaian yang menurutnya sangat tidak pantas untuk dipakai karena percuma Halimah akan kedinginan. tentunya yang telah mengganti dan mengisi pakaian-pakaian kalimat tersebut adalah Bundanya dan ibu mertuanya.

Zubaidah memang sengaja berniat untuk mengikat Halimah untuk selalu bersama dengan Umar, agar Halimah yang selama ini menjadi pusat perhatian dari suaminya dan Asyila pergi dari kehidupannya sehingga mereka tidak perlu lagi pusing memikirkan tentang Halimah.

Sedangkan Sarah memang sengaja mengganti pakaian yang ada di lemari pun tersebut untuk kalian karena memang ingin segera memiliki banyak Cucu.

"Kenapa kau tidak berganti dengan pakaian?, apakah kesenjangan goda ku?" tanya Umar dengan datar yang saat ini telah berada di belakang tubuh mungil Halimah.

Umar Zubair sebenarnya sengaja berada di belakang tubuh Halima untuk melihat Apa isi dari lemari pink, yang memang baru beberapa jam yang lalu dimasukkan oleh seseorang karena suruhan ibunya yang ternyata adalah lemari untuk Halimah.

"Tidak ... aku tidak bermaksud apapun,..... aku bingung...harus mengenakan pakaian apa.....saat ini?" ucap Halimah dengan gugup.

Karena Umar bisa melihat sendiri pakaian yang ada di lemari pink tersebut adalah hanya pakaian yang harusnya berada di dalam saja, dan menurut umat Halimah Belum cukup umur untuk memakai pakaian itu itu dan berada di depannya sehingga memutuskan untuk meminjamkan pakaiannya saja.

"Aku akan meminjamkan pakaiannya ku saja." ucap Umar datar.

Umar kemudian memberikan baju kaos yang sepertinya berukuran sedikit panjang jika pada tubuh mungil dan pendek Halimah. dan untuk bawahannya Halimah hanya mendapatkan celana pendek yang dengan ukuran satu jengkal dari lutut nya.

"apa yang kau kenakan?" ucap dari Umar yang malah merasa sangat frustasi karena ternyata baju kaos dari rumahan miliknya tersebut tidak dapat menutup bagian paha mulus Halimah saat perempuan manis itu duduk di meja rias.

Umar berada di dihadapan Halimah saat ini memperhatikan penampilan istrinya yang saat ini tengah duduk di meja rias sambil menatapnya dengan bingung.

"Maafkan aku...., aku.... hanya baru saja ingin bersisir." ucap dari Halimah dengan polosnya.

Walaupun Halimah tetap saja menggunakan celana pendek karena memang tidak ada celana panjang, tapi hal itu membuat Umar sedikit takut tidak bisa mengontrol dirinya sendiri.

"Bukan itu, mengapa kamu tidak menggunakan celana panjang atau rok panjang atau apapun yang bisa menutupi bagian paha mu?" tanya Umar sambil memega erat bahu Halimah.

Sebenarnya Halimah sedikit bingung, bukannya tadi Umar memberi mereka jarak yang sangat jauh tetapi kenapa kali ini mereka tiba-tiba menjadi sangat dekat dan tentunya Halimah juga merasakan bahwa jantungnya sepertinya akan copot dari tempatnya, apalagi melihat tatapan dari suaminya yang sangat mengkoreksinya tersebut yang sepertinya tidak menyukai apa yang Halimah kenakan saat ini.

"Maafkan aku, kakak..... aku.....akan berganti dengan jubah mandi.... tadi saja... yang lebih tertutup jika memang kakak tidak menyukainya...." ucap Halimah gugup.

"Tidak perlu." ucap Umar datar.

Tentunya Umar berfikir nanti bagian tubuh Halimah malah akan terlihat dengan jelas karena memang juga mandi yang berwarna tersebut putih tersebut sedikit basah sehingga menyebabkan kan menyerang ke pakaian dalam yang saat ini Halimah kenakan.

avataravatar
Next chapter