webnovel

Sua Aksara

Kisah dua orang sahabat yang bernama Aksa dan Sara. empat tahun mereka bersahabat, ternyata Aksa merahasiakan sesuatu kepada Sara. Mereka telah menghadirkan sebuah perasaan pada perjalanan persahabatan mereka. apakah mereka akan menyatukan perasaannya? atau memilih untuk bersahabat selamanya?

tesapertiwi21 · Fantasy
Not enough ratings
4 Chs

Aksa

Bandung, 2016

Memulai segala hal memang perlu persiapan yang luar biasa. bertemu dengan orang-orang yang berbeda segalanya adalah hal yang menjadi tantangan. Apakah orang ini akan membuat kita nyaman, ataupun sebaliknya, apakah kita akan membuat mereka nyaman?

Menjadi manusia yang sangat tertutup, memang perlu banyak waktu untuk mengubahnya. Walaupun begitu, aku akan selalu berusaha sebisaku. Menyesuaikan diri pada suatu hal yang baru, cukuplah menjadi pertarungan yang kian menguras tenaga dan pikiran. Di dunia, tidak hanya berisi orang-orang baik, tetapi orang-orang yang tidak baik pun ada. Dimana pun, memang butuh waktu banyak untuk beradaptasi.

"hal baru, yang seharusnya aku coba. Memiliki tanggung jawab yang besar, tapi aku harus bisa melawatinya."

Hari itu, hari dimana aku terpilih sebagai orang yang memiliki tanggung jawab yang berat dalam sebuah kelas. Menjalani hal yang sebelumnya belum pernah aku lakukan memang tantangan sekali. Tapi aku selalu percaya bahwa, "segala sesuatu pasti ada jalannya dan apapun itu aku pasti bisa melewatinya. Mau seberat apapun, itu masih dalam kemampuanku." Kataku, agar lebih membaik saja diri ini. meski belum begitu siap dengan hal yang mungkin baru sekali aku rasakan. Tapi aku bangga, ketika orang memilihku untuk melakukan itu, mereka berarti percaya padaku.

Aku adalah orang yang bisa dikatakan sedikit introver. Dulu waktu masih sekolah, aku banyak menghabiskan waktu dirumah saja. tidak seperti anak-anak yang lainnya. Nongkrong atau sering pulang malam bersama teman-temannya. Berbeda denganku.

Hariku hanya dihabiskan dengan bermain game. Jika bermain keluar pun hanya bersama saudara-saudaraku saja. makanya dulu waktu sekolah, aku tidak begitu akrab dengan dunia luar. Dan ketika aku masuk kuliah, melihat keadaan teman-teman kelasku sangat berlawanan sekali, aku harus mencoba beradaptasi dengan mereka. Mau tidak mau.

Hari-hari yang aku jalani bersama mereka, terasa menyenangkan. Kini, aku bukanlah aku yang dulu selalu menutup diri. Mereka sudah mengubahku. Dengan aku yang menyesuaikan kepada mereka dan mereka pun selalu menyesuaikan denganku. Menjadi aku yang dulu bukanlah hal yang menyebalkan. Tapi menjadi diriku saat ini sangatlah menyenangkan.

Siang itu, angin sepoi-sepoi dengan riuhnya suara pepohonan. Aku melihat satu perempuan yang mungkin begitu asyik jika aku mengenalinya. Dengan keberanianku, aku mendekatinya dan mengatakan bahwa aku senang bisa bertemu dengannya. Dia pun memberi respon yang cukup baik. Tanpa malu-malu lagi, akupun mengajaknya untuk berbincang denganku.

"Selamat ya sudah terpilih menjadi ketua mahasiswa di kelas."

Kata selamat darinya sambil melengkungkan senyumannya yang cukup menarik.

"tau gak sih, Ra? sebenernya aku belum begitu siap untuk menjadi ketua. Gak tau kenapa mereka tiba-tiba memilih aku. Padahalkan aku belum berpengalaman sebelumnya soal menjadi ketua di dalam kelas seperti itu."

"ya, anak-anak mungkin percayanya sama kamu. Termasuk aku, Sa. Ayolah pasti bisa ya."

"hmm harus bisa. Jangan pernah males nyari tau hal yang baru apapun itu ya, Ra."

"siap bapak ketua."

"apaan sih, Ra." aku yang sambil tersenyum malu ketika Sara mengatakan itu kepadaku.

Pertemuan pertama dengannya adalah hal terbaik yang Tuhan kasih untukku. Jika Tuhan memberiku satu permintaan, aku ingin hari ini bisa terus terjadi setiap harinya. Melihatnya tertawa, bercerita sebanyak-banyaknya, mengantarnya pulang. Hal yang aku sukai saat itu juga.

"Ra, kalo butuh apa-apa hubungi aku aja ya. aku pasti ada buat kamu."

"Siap Bapak ketua. Makasih ya untuk perbincangan hari ini. awal yang menyenangkan bisa kenal kamu, Sa."

"aku lebih menyenangkan Ra dibanding kamu."

"dasar ya."

"Yaudah deh,Ra. karena udah malem juga, aku pamit pulang ya."

"Hati-hati ya, Sa."

Entahlah, apa yang harus ku katakan. Kenal dengan seorang Sara emang begitu menyenangkan. Ditambah, dia juga sekelas denganku. Jadi, setiap hari aku pasti akan bertemu dengannya. Dengan kepolosannya, dengan becandanya yang lumayan luculah ya, dengan semua keanehannya, semuanya yang membuat aku ingin menjadi teman dalam segala hal untuk Sara.

Kapanpun, kita selalu pergi bersama. Ke perpustakaan, ke kantin, mengerjakan tugas, kita selalu mengerjakannya bersama. Entahlah, aku serasa memiliki tanggung jawab untuk menjaganya. Seperti sudah sedarah. Padahal orang tua kita berbeda.

"Sa, terkadang aku suka ragu sama jurusan yang aku pilih sekarang."

"apapun yang kamu jalani sekarang, itu gak akan pernah ada diluar batas kemampuan kamu."

"Entahlah. Percaya diri terkadang menghilang begitu saja dariku tanpa permisi. Aku gak suka itu, Sa. Ketika aku akan berjalan kemudian percaya diri hilang, semua menjadi terasa berat."

Dia menatapku. Matanya berbicara seakan-akan aku harus selalu ada untuknya. Tanggung jawabku pun semakin besar.

"Ra. Kamu harus selalu ingat, dibalik segala kesulitan; kemudahan akan selalu mengikuti. Kepercayaan dirimu hanya berjalan-jalan sebentar, nanti pasti kembali lagi."

Langit sudah mulai gelap. Akupun mengantarkan Sara pulang. Karena hari ini memang cukup melelahkan.

Aku berjanji, akan selalu menjaga Sara. Dia adalah teman terbaik pertamaku ketika aku masuk kuliah. Aku akan selalu berusaha, untuk selalu ada untuknya. Sara adalah bagian dari kebahagiaanku juga. Meski pada akhirnya kita sampai pada waktu bahwa hati kita sudah ada pada hati orang lain.

Saat itu, aku mengikuti kegiatan di kampusku. Aku bertemu dengan seorang perempuan yang entah kenapa rasa jantung begitu berdegup kencang. Aku ceritakan semua itu pada Sara. Aku menyukai seorang perempuan yang bernama Nindya.

"Ra, boleh gak sih aku suka sama dia. Tapi..."

"Ya bolehlah, Sa. Gak ada yang ngelarang kamu buat deket sama Nindya."

Saat dia mendengar ceritaku, nampaknya dia sangat mendukung hal itu. dia selalu mendukungku selagi itu baik untukku.

"Tapi kan dia punya orang lain, Ra."

Ketika aku mengatakan itu, seketika Sara hanya terdiam. Seperti membayangkan suatu hal. Dia hanya meyakinkan aku dan percaya padaku bahwa apa yang aku lakukan itu pasti yang terbaik untuk diriku.

Aku mencoba untuk mengungkapkan perasaanku pada Nindya. Tapi, cukup mengecewakan. Ketika keberanianku sudah aku tunjukkan, ternyata hasilnya cukup membuatku menyesal dan tidak ingin melakukannya lagi. Aku tidak menceritakan itu kepada Sara. Tapi anehnya, dia mengetahui apa jawaban yang sebenarnya."

"Yang kamu lakukan gak salah ko, Sa. Belum waktunya. Nanti bisa dicoba lagi."

Perasaan yang ada dalam diriku saat itu kacau, sedih dan marah. Seperti melakukan hal bodoh yang tidak bisa diampuni. Aku seakan tidak ingin menjadi diriku. Menjadi Aksa seperti lelaki bodoh yang melakukan hal konyol.

"Sa, Nanti coba lagi ya."

"aku seperti orang bodo ya, Ra."

"yang terpenting, kamu sudah menyatakan itu. aku hargai keberanianmu, Sa. Menyukai bukanlah sebuah kesalahan"

Sedihku hilang ketika Sara mengucapkan itu. hatiku benar-benar patah. Aku muak, harus merasakan hal seperti ini lagi. Tapi, waktu demi waktu aku bisa menyembuhkan diriku. Aku tidak boleh terus-terusan ada disana. Semua sudah terjadi. Yang bisa aku lakukan hanya memperbaiki semuanya.

"Yang pahit akan menjadi pelajaran. Yang berlalu bukan untuk diulangi tapi untuk diperbaiki."

Aku terus menguatkan diriku. Aku selalu yakin, apa yang aku jalani hari ini dan seterusnya semua akan baik-baik saja. karena aku masih memiliki Sara. Dia akan selalu jadi sumber semangatku disaat aku dalam keadaan terpuruk dibawah dasar bumi sekalipun.

"Ra, ternyata setiap cerita tidak hanya membutuhkan ending yang bahagia saja ya, tapi baik juga. Begitu pun Nindya. Dia memang membahagiakan, tapi tidak cukup baik untukku."

Aku selalu berdoa, semoga Sara tidak bernasib sama denganku. Harus merasakan patah yang kini menghilangkan diriku. Harapku, semoga Sara selalu baik-baik saja.