webnovel

STUCK WITH YOUR LOVE

Zanna Kirannia harus menerima konsekuensi atas perbuatan isengnya terhadap seorang pria. Keisengannya dengan teman-temannya berujung klaim kepemilikan atas Zanna oleh seorang pria yang dari awal sudah membuat Zanna tertarik,bahkan tatapan mata pria itu sudah bisa membuat sesuatu di dalam tubuh Zanna bangkit dengan sendirinya tanpa perlu dengan susah payah dibangunkan. Kenan Narendra harus berurusan dengan keluarga besarnya saat seorang gadis kecil tiba-tiba berteriak di depan matanya dan marah-marah. Dan yang lebih parah lagi, gadis itu berteriak kalau Kenan adalah seorang gay. Kenan yang memang berasal dari keluarga terpandang yang merupakan blasteran indo-eropa memiliki paras yang tampan yang saat ini identik dengan para gay. "Siapapun kamu, dan dimanapun kamu berada, aku akan mencarimu. Di dalam lubang semut sekalipun."

kartikawulan · Urban
Not enough ratings
215 Chs

PERTEMUAN

Zanna membanting keras pintu kamar mandi dan terduduk lemas di belakang pintu. Suara tangisannya terdengar jelas dan sedikit mengganggu telinga Kenan yang sudah berdiri di depan pintu.

"Ma'af Sayang, bukannya aku tidak mau memiliki anak dari kamu sekarang. Aku cuma belum siap jika kamu harus membagi cintamu kepada yang lain." Ucap Kenan lirih, kepalanya dia senderkan di daun pintu membuatnya cukup jelas mendengar suara tangisan Zanna.

"Kamu hanya milikku, cintamu hanya milikku bukan untuk dibagi." Ucapnya sekali lagi lalu dia berlalu menuju ruang kerjanya, meninggalkan Zanna yang masih menangis di dalam kamar mandi.

Zanna terus - menerus menangis. Dia membiarkan tubuhnya terguyur air shower yang dari tadi sengaja dia hidupkan.

"Kenapa dia seperti ini? Kenapa dia selalu menyakiti aku?"

Tubuh Zanna sudah membiru, kedinginan. Zanna sudah lemas dan kedinginan tetapi dia tidak memperdulikan kondisinya, Zanna masih bertahan dibawah guyuran air shower masih lengkap dengan pakaian yang dipakainya.

Kenan berjalan menuju kamarnya, memanggil Zanna karena dokter yang akan memberikan kontrasepsi kepada Zanna sudah sampai.

Klik

Kenan membuka pintu dan kamarnya masih seperti saat dia pergi tadi dan tidak terlihat Zanna berada di sana. Mata Kenan langsung tertuju pada pintu kamar mandi, dengan tergesa dia melangkahkan kakinya dan membuka pintu kamar mandi. Terkunci. Pintu itu masih terkunci dan kini terdengar bunyi air yang mengalir membuat Kenan semakin khawatir.

BRAAAKKK....

BRAAAAKKKK..... BRAAAKKKKK....

Pintu didobrak paksa oleh Kenan. Mata Kenan langsung menangkap wanita yang sedang dia cari sedang tergeletak lemas dibawah guyuran air lengkap dengan bath robe yang menutupi tubuhnya.

"Kiran? Sayang! Bangun Sayang! Apa yang kamu lakukan?" Kenan mematikan shower dan mengambil handuk yang selalu tersedia di dalam kamar mandi.

Air mata Kenan mengalir disaat dia melepaskan bath robe yang basah dari tubuh Zanna. Melihat bibir Zanna yang membiru semakin mengiris hati Kenan.

"Sayang bangun! Jangan membuatku semakin khawatir." Bibir Kenan semakin bergetar, dia merasakan ketakutan yang sudah tidak dia rasakan semenjak bertemu dengan Zanna kembali.

TOK TOK TOK....

Pintu diketuk dari luar setelah Kenan selesai memakaikan pakaian untuk Zanna. Setelah mengatakan masuk kepada orang yaang ada diluar, terlihat dokter yang juga teman Kenan telah datang.

"Periksa dia Anita!" Tanpa basa-basi Kenan memberikan perintah kepada Anita yang kaget melihat keadaan Zanna.

"Kenapa bisa seperti ini, Ken?" Tanya Anita sambil memeriksa Zanna.

"Jangan banyak tanya. Tugasmu hanya memeriksa tubuhnya dan menyuntikkan alat kontrasepsi ditubuhnya." Anita menghela nafas. Sifat Kenan masih saja seperti dulu. Dingin dan suka memerintah.

Anita melanjutkan memeriksa tubuh lemas Zanna dan bernafas lega saat wanita yang terbaring d atas ranjang itu baik-baik saja.

"Dia hanya kedinginan, istirahat sebentar dan dia akan kembali sehat. Jangan lupa memberikan makan anak orang, Ken. Istrimu sepertinya belum makan, karena lambungnya sepertinya kosong."

"Jadi dia tidak apa-apa?" dokter Anita mengangguk dan membereskan peralatannya.

"Bukannya aku meminta kamu untuk memberikan suntikan kepada Kiran?" Tangan Anita berhenti dan melihat kearah Kenan tidak percaya saat pria itu bertanya.

"Bukannya lebih baik kamu, tidak istri kamu berkonsultasi dulu dia mau memakai kontrasepsi jenis apa?" Kenan menggeleng, menolak alasan Anita.

"Berikan saja dia suntikan sekarang juga, aku tidak mau jika harus menahannya terlalu lama." Perintah tegas dari Kenan hanya bisa membuat Anita menghembuskan nafasnya dan menuruti perintah.

"Sudah. Istri kamu aku berikan suntikan untuk tiga bulan, dan dia harus mengulangi lagi suntikan itu nanti tiga bulan lagi, nanti aku berikan jadwal untuk istrimu mengulangi suntikannya." Jelas Anita setelah dia memberikan suntikan kontrasepsi pada Zanna, Kenan hanya menganggukkan kepalanya saat dokter Anita memberinya penjelasan.

"Sudah? Kalau sudah kamu bisa pergi." Anita semakin geram dengan pria di depannya ini. Jika bukan karena teman dan pemilik saham di tempat Anita bekerja dia sudah meninju wajah tampan Kenan.

"Satu lagi, kamu tidak boleh menggaulinya selama satu minggu, karena obat itu akan bereaksi setelah satu minggu di dalam tubuh."

"Apa? Kenapa lama sekali?" Kenan memprotes, dia tidak mau jika harus menunggu selama itu.

"Memang seperti itu. Jika kamu melanggar, jangan salahkan istrimu jika dia hamil. Dasar cabul!" Anita selalu merasa janggal saat Kenan bercerita dan bertanya tentang alat kontrasepsi yang aman bagi wanita. Awalnya Anita tidak percaya jika pria yang ada di depannya itu menikah atau memiliki kekasih tapi saat memasuki kamar Kenan dan melihat wanita berparas ayu yang sedang tertidur di atas ranjang Kenan menepiskan asumsinya.

"Baiklah. Kamu bisa pergi."

***

Mata Zanna bergerak dan sedikit demi sedikit terbuka. Zanna langsung melihat wajah Kenan yang berada tepat di atas kepalanya.

"Sudah sadar? Kamu mau bunuh diri?" Zanna menghindari tatapan Kenan yang langsung tertuju pada kelopak matanya.

"Minggir!" Zanna berusaha mendorong Kenan tapi tubuhnya masih terasa lemas.

"Ayo makan! Kita sudah terlambat."

"Terlambat? Iya, kita sudah terlambat. Sekarang buka mulut kamu dan habiskan makanan ini, jangan sampai aku melihat kamu pingsan lagi." Bibir Zanna mengerucut, meski begitu dia mencoba untuk berdiri.

"Kenapa pantatku sakit?" Tanya Zanna pada dirinya sendiri, dia merasa heran saat mendudukkan tubuhnya bagian atas pantatnya terasa ngilu.

"Kamu baru saja menerima suntikan kontrasepsi."

"Apa? Kenapa tidak kamu tunggu aku sadar dan membicarakannya lagi? Kenapa kamu berbuat semau kamu pada tubuhku, KENAN?" Zanna semakin marah dengan sikap Kenan yang mulai mengatur semua tentangnya.

"Dan kamu akan menolak lagi? Saat di Bali aku sudah memintamu untuk datang ke tempat Anita, tapi apa yang kamu lakukan? Kamu melarikan diri!"

"Aku memang tidak mau bersama lagi dengan kamu! Aku mau kamu pergi jauh dariku!"

"Jangan HARAP!" Kenan beranjak dari ranjang setelah meletakkan piring di atas tangan Zanna.

"Habiskan makanan kamu lalu persiapkan diri kamu. Kita berangkat sebentar lagi." Kenan meninggalkan Zanna yang kembali menangis tanpa menoleh sedikitpun.

Zanna membanting piring yang ada ditangannya setelah Kenan menutup pintu. Matanya menatap nyalang ke arah pintu.

***

Klik....

Pintu kamar kembali terbuka, tampak dua perempuan berseragam rapi membawa pakaian dan alat make-up.

"Permisi Nyonya, kami di minta Tuan untuk merias anda." Salah satu maid yang sedikit tua kepada Zanna.

"Merias untuk apa?"

"Saya hanya menjalani perintah Tuan." Jawabnya lagi.

Zanna turun dari ranjang dengan malas. Perempuan yang sedikit tua langsung mengambil perlengkapan rias dan merias wajah Zanna dengan lembut.

"Anda sangat cantik Nona." Puji perempuan yang Zanna tidak tau namanya, dan tidak berniat untuk bertanya.

Perias yang sibuk dengan riasan wajah Zanna terlihat puas dengan hasil kerjanya. Zanna benar - benar cantik dan anggun. Dengan pakaian yang dipilih Zanna, dress dengan belahan paha yang tinggi dan bagian dada yang menggantung Zanna terlihat semakin menawan.

"Perfect." Ucapnya sekali lagi, puas. Zanna hanya melirik sekilas wajahnya di cermin tanpa berniat untuk menyanjung sang perias.

Setelah merasa cukup dengan pekerjaannya, dua perias itu memasukkan semua perlengkapan yang mereka pakai untuk merias Zanna.

"Nona, tugas kami sudah selesai dan kami pamit undur diri."

Zanna baru memberikan reaksi dengan menganggukkan kepalanya ditambah dengan senyuman kecil dari bibir kecilnya.

"Sudah selesai?" Suara Kenan terdengar dari arah belakang Zanna. Pria itu berdiri tepat dibelakang Zanna sehingga Zanna bisa melihatnya.

"Selalu tampan." Batin Zanna memuji. Pria di belakangnya sudah mengenakan tuxedo lengkap dengan dasi kupu-kupu yang menghiasi lehernya. Mata Zanna seakan terpaku melihat Kenan, rambut yang disisir rapi dan yang pasti senyuman Kenan selalu membius Zanna.

***

Memasuki restoran di salah satu hotel berbintang di Jakarta membuat Zanna sedikit canggung. Banyak pasang mata yang sedang melihat kearahnya.

"Ada apa?" Tanya Kenan saat melihat ketidaknyamanan di wajah Zanna.

"Tidak apa-apa."

"Ada apa, Kiran?" Kenan mengulangi pertanyaannya dengan sedikit lembut.

"Aku sedikit tidak nyaman dengan tatapan mereka." Jawaban Zanna membuat Kenan memalingkan wajahnya melihat kearah yang Zanna maksud.

Banyak pasang mata yang melihat ke arah mereka dan seperti menilai. Pengunjung yang lain merasa kagum dengan pasangan yang baru saja masuk ke dalam restoran. Mereka bagaikan pasangan dewa dan dewi yang turun dari khayangan. Tampan dan cantik.

"Kak Kiran!" Zanna memalingkan wajahnya kearah sumber suara. Mata Zanna seakan lepas dari tempatnya. Di sana ada Kania yang melambaikan tangannya dan di samping kanan ada dua orang yang sangat Zanna kenal membuat dada Zanna terasa semakin sesak.