webnovel

STUCK WITH YOUR LOVE

Zanna Kirannia harus menerima konsekuensi atas perbuatan isengnya terhadap seorang pria. Keisengannya dengan teman-temannya berujung klaim kepemilikan atas Zanna oleh seorang pria yang dari awal sudah membuat Zanna tertarik,bahkan tatapan mata pria itu sudah bisa membuat sesuatu di dalam tubuh Zanna bangkit dengan sendirinya tanpa perlu dengan susah payah dibangunkan. Kenan Narendra harus berurusan dengan keluarga besarnya saat seorang gadis kecil tiba-tiba berteriak di depan matanya dan marah-marah. Dan yang lebih parah lagi, gadis itu berteriak kalau Kenan adalah seorang gay. Kenan yang memang berasal dari keluarga terpandang yang merupakan blasteran indo-eropa memiliki paras yang tampan yang saat ini identik dengan para gay. "Siapapun kamu, dan dimanapun kamu berada, aku akan mencarimu. Di dalam lubang semut sekalipun."

kartikawulan · Urban
Not enough ratings
215 Chs

H+1

Sinar matahari pagi menembus kedalam ruangan yang sedang ditempati dua insan yang masih terlelap. Zanna masih terlelap didalam pelukan hangat Kenan. Mereka berdua tidur saling berpelukan dan wajah mereka terlihat damai. Ponsel Zanna bergetar, ponsel yang Zanna letakkan di atas nakas samping kanannya membuatnya membuka mata. Melihat sekelilingnya dan dia ingat sedang berada dikamar Kenan. Pesta pernikahan mereka yang awalnya akan diadakan disebuah gedung batal, dan dilangsungkan di kediaman orang tua Kenan, mengingatkan Zanna jika mereka masih berada di rumah orang tua Kenan.

Zanna melepaskan pelukan Kenan perlahan agar Kenan tidak terbangun. Setelah terbebas dari pelukan erat Kenan, Zanna mengambil nafas panjang. Melepaskan diri dari tubuh yang penuh otot bukanlah hal yang mudah apalagi Zanna memiliki tubuh yang mungil.

"Tangannya berat banget. Tuhaannn.... Ini tangan apa besi sih?" Gerutu Zanna sesaat setelah terlepas dari dekapan Kenan sambil menekan lengan Kenan dengan jarinya. Zanna melihat ponselnya yang kembali bergetar dan matanya langsung melotot. Dia ada janji.

"Ya..... Tuhan.... Aku lupa, bagaimana ini? Cepat.... Cepat... Cepat...!!!" Zanna bergegas kedalam kamar mandi. Sekarang sudah pukul sembilan padahal dia ada janji pukul sembilan. Setelah membalas pesan dan  memberi kabar kepada Rosa, Zanna tidak perduli lagi dengan keributan yang dibuatnya membuat Kenan terbangun. Kenan sendiri sudah terbangun sejak Zanna menggerutu karena lengannya yang berat dan memeluk Zanna erat.

"Jam berapa sekarang?" Tanya Kenan pada dirinya sendiri sambil mengambil ponsel yang ada di nakas. Ponsel Zanna dipegang Kenan, Kenan tersenyum saat akan membuka kunci ternyata ponsel Zanna diberi password. "Mau diganti berapa kalipun aku akan tetap bisa membuka ponsel kamu, Sayang." Ucap Kenan lirih saat dia berusaha membuka kunci ponsel Zanna dan ternyata salah. Zanna sempat menggantinya semalam saat dirinya tahu jika Kenan sering membuka ponselnya.

"Ya, hallo! Cari tau siapa saja yang menghubungi istriku dari semalam. Retas ponselnya dan kirim datanya secepatnya." Hanya dengan sekali tekan Kenan sudah bisa menghubungi asisten yang merangkap sekretaris pribadinya untuk melihat semua percakapan Zanna. Kenan masih takut jika Zanna akan kembali meninggalkannya tanpa tanda-tanda. Lenyap begitu saja.

Kenan tersenyum jahil saat dia mendengar gemericik air didalam kamar mandi. Tanpa menunggu lagi, dia memasuki kamar mandi yang tidak dikunci oleh Zanna. Melihat lekuk tubuh istrinya membangunkan sesuatu yang sudah beberapa hari ini tidak dimanjakan. Kenan melepas pakaiannya perlahan sambil memperhatikan Zanna yang sedang asyik bermain dengan busa sabun dan sedang menggosok bagian favorit Kenan. Melihat tingkah Zanna saat mandi yang seperti anak kecil, bahagia bertemu dengan busa yang dihasilkan oleh shower puff membuat Kenan tersenyum sendiri.

"Oh My God!!!" Zanna terkejut saat seseorang memegang dan meremas dadanya dari belakang. Saat melihat Kenan sudah berdiri dibelakangnya dengan tanpa pakaian membuat matanya melotot.

"Bagaimana.... Bagaimana kamu bisa masuk kesini?"

"Lewat pintu, pastinya." Jawaban Kenan membuat Zanna kesal. Seingat Zanna pintu tadi terkunci, tapi kenapa ada Kenan disini?

"Bukannya aku kunci tadi? Terus,kamu kan masih tidur? Kenapa sekarang sudah berdiri disini?" Zanna mengucapkan semua yang ada dipikirannya kepada Kenan, tetapi pria itu hanya menjawab dengan senyuman. "Bagaimana aku bisa pergi?" Guman Zanna pelan tetapi terdengar jelas ditelinga Kenan.

"Semalam aku sudah bilang kan? Aku akan mengantar kamu. Aku akan selalu siap menjadi pengawal pribadi kamu." Pernyataan  Kenan tidak dijawab Zanna, Zanna sudah mulai terlena dengan cumbuan Kenan ditubuhnya. Tangan Kenan yang sudah menjalar kemana-mana membuat Zanna lupa daratan. Desahan demi desahan di dalam kamar mandi mulai terdengar. Kenan tidak mau melewatkan saat-saat seperti ini. Kalau bisa Zanna tidak pergi kemanapun dan tetap di atas ranjang apapun yang terjadi. Kenan dengan sejuta akalnya sudah mulai beraksi.

Zanna kini sudah terkulai lemas di atas ranjang. Apa yang dilakukannya bersama Kenan menguras tenaganya secara keseluruhan.

Krrruuukkkk....

Perut Zanna tiba-tiba berbunyi, tanda minta diisi. Zanna beranjak dan memakai pakaiannya dan berniat pergi ke dapur. Zanna mencari ponselnya sebelum keluar kamar, tetapi ponselnya yang tadi berada di atas nakas  tiba-tiba raib dari peredaran. Zanna mengobrak-abrik laci nakas dan hasilnya tetap nihil.

"Kemana perginya? Tadi sepertinya aku taruh disini." Gerutu Zanna sambil menunjuk atas nakas, seingat Zanna dia tadi menaruh ponselnya di atas nakas, lalu dia masuk kedalam  kamar mandi.

"Pasti si biang kerok ini." Zanna menggedor pintu kamar mandi yang didalamnya masih ada Kenan yang membersihkan diri.

"Ada apa, Sayang?" Tanya Kenan dari dalam kamar mandi.

"Mana ponselku?!"

"Hari ini tidak ada ponsel untuk kamu, sayang. Hari ini kamu hanya untuk aku."

"Kenaaaannn.... Please deh! Aku butuh ponsel aku. Sebentaaarrr saja." Suara Zanna sudah berubah menjadi manja.

"Tidak. Kamu tidak memerlukan apapun kecuali aku. Aku akan selalu ada di samping kamu. Tidak ada yang perlu kamu khawatirkan." Kenan mengedipkan matanya sebelah, kejahilan Kenan membuat Zanna menahan kesal.

"Awas kamu ya!"

Zanna meninggalkan kamar dengan menghentak-hentakkan kakinya. Perutnya yang memang sudah minta diisi tidak mau diajak kompromi lagi. Dengan menahan kesal, Zanna menuju dapur yang ternyata sudah dipenuhi dengan para pelayan.

"Selamat pagi, Nona." Sapa pelayan yang paling tua diantara yang lain.

"Eh, selamat pagi." Zanna merasa kikuk dan menggosok tengkuknya yang tidak gatal, tidak terbiasa dengan para pelayan yang ada disekitarnya. Di rumah orang tua Zanna juga ada pelayan, tetapi jika di rumah, Zanna dan pelayan tidak ada jarak. Mereka sudah seperti keluarga sendiri, apalagi si mbok yang merawat Zanna sejak kecil. Huh, Zanna merindukannya.

"Apakah nona mau sarapan? Biar saya siapkan untuk anda."

"Oh, tidak perlu. Biar aku sendiri yang menyiapkan. Kalian istirahat saja. Lagian, sekarang ini sudah tidak bisa dikatakan sarapan lagi." Cegah Zanna saat pelayan yang paling tua itu akan menuju dapur sambil menunjuk jam yang ada di dinding ruang makan rumah ini.

"Tapi, nona...."

"Tidak apa-apa. Aku sudah terbiasa mengurus diriku sendiri. Dan satu lagi, jangan panggil aku nona, cukup Anna." Pelayan tua itu tersenyum ramah melihat kehangatan yang diberikan Zanna kepadanya.

"Baiklah no... Ehm, maksud saya Anna. Anda memerlukan apa untuk sarapan?"

"Tidak usah repot. Cukup dengan roti dan selai. Sudah, kamu bisa istirahat. Jangan pedulikan aku." Pelayan itu mengangguk dan segera undur diri dari hadapan Zanna menuju ke bagian belakang rumah besar ini.

"Sedang apa?"

"Astaga!" Zanna menjatuhkan roti yang akan masuk kedalam mulutnya saat tiba-tiba Kenan datang dan melilitkan tangannya di pinggang Zanna dari belakang.

"Kamu mau aku kena serangan jantung?!  Dasar!" Zanna memaki Kenan berkali-kali. Jantungnya berdetak dengan cepat membuat nafasnya terdengar memburu.

"Ya, ma'af."

"Ma'af? Enak saja kamu bilang! Dadaku sakit! Ini masih berdetak cepat! Kamu mau aku cepat mati ya?"

"Hush! Jangan pernah bilang seperti itu. Aku tidak suka. Iya, aku minta ma'af." Kenan meletakkan jari telunjuknya didepan bibir Zanna, Kenan tidak suka jika ada seseorang berkata tentang kematian. Bukan hanya kepada Zanna tetapi kepada siapapun itu, Kenan akan marah.

"Lagi pula, tadi saat mandi kamu tidak seperti ini, apa kurang ya? Kita ulang lagi, yuk! Biar marahnya hilang berganti dengan desahan seksi kamu." Bisik Kenan tepat ditelinga Zanna membuat muka Zanna langsung memerah mengingat kejadian tadi pagi.

"Ish! Dasar MESUM!"