7 Pria Yang Tidak Normal

Wajah lelah tidak membuat semangat Marsha pudar malam ini apalagi setiap kali mendengar obrolan mereka yang tidak ada tanda titik, koma dan lain-lain. Malam ini pertama kali untuk Marsha menginjakkan kaki ke rumah mewah, kedua bola matanya menyapu seluruh ruangan yang berisi furniture dari luar negeri. Marsha kagum dan merasa jadi inscure ternyata orang-orang kaya itu enak. Nenek, Danish dan Alex mengobrol sementara Marsha pikirannya melayang menaksir harga setiap benda di mansion ini pasti nilainya tidak main-main.

"Oh apa yang aku pikirkan? Semua ini kan milik Tuan Muda dan Nenek kalau aku hanya seorang wanita yang melunasi hutang keluarga," batin Marsha dalam hati. Ia kecewa karena satupun anggota keluarga ya tidak ada yang hadir diacara pernikahannya ini.

"Alex kau bisa langsung memeriksa menantu? Malam ini benda tegak bengkok punya Danish pasti sudah meronta-ronta ingin di cebloskan," ucap Nenek tegas namun terdengar memalukan tapi hanya untuk Marsha beda dengan Danish dan Alex menanggapi ucapan Nenek santai.

"Tentu dengan senang hati Nenek tua," balas Alex bahagia.

"Stop! Danish tidak ijinkan Nenek," ucapnya dingin.

"Kenapa? Bukannya sudah tradisi bagi keluarga Maxwell setiap anggota baru harus diperiksa. Seharusnya menantu diperiksa sebelum menikah tapi si Danish sudah tidak tahan ingin mantap-mantap," rutuk Nenek tua.

"Alex akan melakukan seperti yang diucapkan Nenek tua," ucap Alex sambil tersenyum senang.

"Danish tidak setuju Nenek," tolak Danish cepat.

"Kalau anak kecil mana pernah setuju," semprot Nenek.

Alex Vigo tidak kuat lagi menahan tawanya langsung tertawa terbahak-bahak melihat raut wajah Danish yang memerah dan kesal mendengar ucapan Nenek yang tidak pernah waras dan selalu membuat sensasi.

"Nenek bukan seperti itu, Danish hanya aja tidak mau pria tua ini yang duluan melihat kepunyaan istriku," balas Danish kesal.

"Karena aku dokter Danish melihat bulat-bulat sudah hal biasa. Kau tahu cara kerjaku bagaimana? Seperti ini." Alex semakin menggoda Danish yang kesal tingkat tinggi apalagi dia memperagakan kedua tangannya mengadon kue.

"Diam kau Alex! Kau pria yang tidak normal," teriak Danish lalu tangannya langsung mendarat ke kepala Alex dan memberikan sentuhan menyakitkan.

"Aduh sakit Danish. Tega kau memukul kepalaku ini?" rutuk Alex sambil mengusap-usap kepalanya.

"Kalian dua membuat kepala Nenek semakin pusing," potong Nenek melerai mereka dua yang sudah terlihat seperti kucing dan tikus.

"Danish yang memulainya duluan Nenek tua," tuduh Alex tidak mau kalah.

"Apa kau bilang?" pekik Danish tidak terima tuduhan temannya itu.

"Stop kalian dua!" teriak Marsha tiba-tiba sambil berdiri serta berkacak pinggang.

"Astaga kakak ipar cantik sekali jika marah," ucap Alex tanpa sadar.

"Mulutmu itu Alex," tekan Danish tidak suka.

"Aku kan memuji apa tidak bisa?" balas Alex tanpa ada rasa takut.

"Kau mau aku beri pelajaran lagi?" pekik Danish. Kesabarannya sudah hampir habis hadapi temannya ini.

"Stop! Kau dan kau sudah tua-tua tapi kelakuan anak-anak bikin kesal." Marsha langsung meninggalkan ruang tengah begitu aja tanpa pamit kepada Nenek yang saat ini melotot dan tercengang mendengar ucapan Marsha.

"Danish, Alex menantu sepertinya menyindir kita tiga?" tanya Nenek pelan tatapannya masih tertuju ke arah Marsha yang sudah naik ke lantai dua dibantu pelayan menunjukkan kamar.

"Apa?! Tidak mungkin Nenek tapi apa yang dikatakan kakak ipar benar," jawab Alex santai.

"Maksudnya?" tanya Nenek tidak mengerti.

"Kami dua emang sudah tua tapi yang lebih tua di sini adalah Nenek tua." Alex Vigo langsung lari keluar sebelum benda di mansion melayang kepadanya karena menggoda penghuni Maxwell.

"Alexander Vigo awas kau?!" teriak Nenek dan Danish bersamaan melihat kelakuan pria dewasa itu yang tidak pernah berubah sedikitpun.

Di lantai atas Marsha membuang napas mendengar suara teriakan Nenek dan Danish. Pikirannya kalut melihat semua kelakuan para anggota keluarga Maxwell yang aneh. Lelah, Marsha langsung terlelap tidur tanpa mengganti pakaiannya.

Akhirnya Nenek dan Danish memutuskan untuk beristirahat setelah lelah satu harian ini menguras tenaga, kegiatan untuk melakukan pemeriksaan terhadap Marsha gagal total karena obrolan mereka tidak ada yang serius. Menaiki tangga satu persatu dengan langkah gontai, Danish akhirnya tiba di kamar pribadinya.

Secara perlahan Danish membuka pintu namun langkahnya terhenti karena kedua bola matanya menyapu isi ruangan. Pandangannya langsung tertuju ke arah tempat tidur yang besar di sana Marsha sudah tergeletak tidur dengan posisi yang terlentang. Pelan-pelan Danish mulai mendekati Marsha sambil telan ludah, seketika Danish senyum menyeringai lalu mendekatkan wajah tampannya dengan Marsha.

"Kau yang menggodaku Marsha maka dari itu jangan salahkan aku nanti jika kau melihat hasil mahakarya Danish Maxwell," bisiknya pelan. Danish semakin mendekatkan wajahnya ke arah yang pria sukai terhadap wanita hingga tinggal beberapa sentimeter kegiatan itu namun tiba-tiba pintu kena ketuk.

"Menganggu kesenangan aja," decak Danish bercampur kesal karena gagal total menikmati dua buah benda kenyal-kenyal tersebut. Danish beranjak dari sana menuju pintu namun suara ketukan semakin kuat sampai Marsha merasa terusik ia pun ikut bangun.

Marsha mengucek kedua bola matanya lalu setelah merasa enak ia melihat Danish sudah berada di pintu.

"Danish lama sekali kau membuka pintunya?" gerutu Nenek lalu masuk ke dalam tanpa melihat guratan wajah Danish mengerut.

"Ada apa Nenek datang malam-malam ke kamar Danish?" tanyanya.

"Menantu di mana?" tanya Nenek tanpa peduli pertanyaan Danish.

"Ini sudah larut malam sebaiknya Nenek istirahat kesehatan lebih penting bukan? Apalagi Nenek sudah tua-tua istirahat banyak itu penting agar tidak usia Nenek panjang umur di kemudian hari," ucap Danish.

"Kau mendoakan Nenek agar cepat mati, Danish?" pekik Nenek lalu mengetuk kepala cucu ya itu dengan benda yang dibawanya.

"Bukan seperti itu Nenek aduh kepala Danish pusing," kesal ya sambil mengusap pelan.

"Nenek?" sapa Marsha gugup.

"Menantu, Nenek pikir kau sudah tidur dalam keadaan merah-merah ternyata belum," ucap Nenek.

"Nenek jangan bicara seperti itu kami belum melakukan pembibitan karena Nenek datang di waktu yang tidak tepat," balas Danish. Marsha di sana sudah malu, wajahnya bahkan memerah mendengar obrolan Nenek dan cucu yang sama-sama bocor.

"Menantu, namamu siapa Nenek lupa?" tanya Nenek mengabaikan Danish di sana.

"Marsha Nenek," jawab Marsha pelan.

"Siapa? Nenek tidak dengar?" tanya Nenek sambil mengorek telinganya.

"Astaga Nenek nama istriku Marsha," ucap Danish mewakili.

"Marah?" tanya Nenek lagi.

"Marsha Nenek," ucap Marsha penuh kesabaran.

"Oh Marsha bilang dari tadi Nenek kan jadi tahu." Marsha tergelak namun ia tetap berusaha tetap tenang.

"Nenek mau ngapain ke sini?" tanya Danish.

"Oh ia Nenek tadi melupakan sesuatu. Menantuku Marsha kau kenakan baju ini sekarang juga dan cobalah bergoyang sesuai dengan vidio ini di hadapan Danish." Sang Nenek langsung mempertontonkan semua adegan di dalam sana sampai habis.

avataravatar
Next chapter