2 Hanya Seorang Pelayan

Pintu terbuka selebar mungkin terlihat luas ruangan tersebut muat kurang lebih tiga puluh orang dan karyawan grup Archuleta langsung menoleh ke arah Marsha. Mereka heran karyawan lantai tiga belum pernah dilihat berpakaian seperti Marsha, Wenny dengan cepat-cepat langsung mendorong troli makanan dan menyuruh Marsha keluar agar tidak mengundang hal tidak diinginkan.

"Kau minggir Marsha mereka sudah menunggu!" ucap Wenny tegas.

"Baik Mbak." Sebelum meninggalkan ruangan tersebut Marsha menyempatkan curi pandang melihat pelanggan istimewa mereka hari ini. Kedua bola matanya terperangah pertama kali melihat para pria dan wanita rapi, tampan, cantik serta sopan berpakaian.

"Halo Tuan dan Nona maaf menunggu lama," ucap Wenny berbasa-basi.

"Tidak apa-apa Wenny oh ya, wanita tadi siapa? Kami tidak pernah melihat dia sebelumnya di sini?" tanya salah satu dari mereka memindai tubuh Marsha yang sudah hilang dibalik pintu tersebut.

"Dia hanya seorang pelayan Nona namun tempatnya bekerja tidak di sini melainkan di lantai dasar," jawab Wenny mantap dan sopan.

"Kenapa tidak ikut masuk untuk berkenalan dengan kita semua. Bukan begitu Sayang?" tanya Belle Knoxville kepada Danish yang sedari tadi hanya diam sambil minum wine.

"Tapi Nona, cara dia berpakaian tidak pantas untuk melayani kalian semuanya," balas Wenny gugup.

"Bawa wanita tadi masuk!" ucap Danish datar.

"Baik Tuan." Wenny permisi pamit dan langsung melangkah cepat menyusul Marsha. Sementara itu dalam ruangan tadi suasana seketika menjadi dingin dan hening cipta tidak ada yang berani berbicara.

Di lorong paling ujung, Marsha siap turun menggunakan anak tangga karena ia tidak mau memakai lift sesuai aturan yang super ketat dan bisa berdampak padanya jika menggunakan fasilitas restoran, apalagi cara ia berpakaian beda sekali dengan para pelayan lantai tiga.

"Marsha tunggu!" teriak Wenny. Untung aja tidak ada pelanggan yang mendengar suara teriakannya karena setiap ruangan lantai tiga kedap suara.

"Mbak Wenny, ada apa?" tanya Marsha setelah berbalik melihat siapa yang memanggilnya dan alisnya mengerut karena heran ia dipanggil.

"Jangan pergi dulu mereka memanggilmu. Ayo tunggu apalagi ikut aku Marsha!" ucap Wenny langsung points serta tegas.

"Untuk apa mereka memanggilku? Apa karena aku berpakaian seperti ini jadi mereka tidak suka. Jangan-jangan setelah ini aku akan dipecat?" gumam Marsha pelan namun Wenny masih bisa mendengar perkataan rekan kerja ya itu.

"Ikut aja dan jangan buat kesalahan itu kuncinya Marsha," ucap Wenny lagi.

"Eh ia Mbak." Marsha menarik napas panjang sambil mengikuti langkah Wenny yang panjang sampai ia sedikit berlari karena tingginya beda jauh dengan Wenny. Setibanya, Wenny membuka benda segini panjang tersebut pelan dan masuk ke dalam serta diikuti Marsha dari belakang. Sebagai pelayan magang Marsha sama sekali tidak berani menatap pelanggan istimewa mereka. Para karyawan di sana menatap kagum melihat kecantikan Marsha yang alami hanya aja kedua bola mata mereka semua sakit melihat tinggi Marsha yang pendek jauh dengan mereka. Berbeda dengan pria yang bernama Danish lebih memilih memalingkan wajahnya karena kehadiran Marsha sama sekali tidak ada gunanya.

Belle langsung berdiri ketika melihat kedatangan Marsha sampai para bawahannya tercengang melihat atasannya antusias menerima kehadiran Marsha yang hanya seorang pelayan. Sementara itu, Marsha semakin gugup dan menundukkan kepala karena tidak berani menatap mereka semuanya sampai sentuhan hangat dari tangan halus itu mengenai kulit Marsha yang penuh keringat.

"Hari ini aku ingin kau melayani kami bersama dengan Wenny bukan begitu, Sayang?" tanya Belle kepada Danish. Yang ditanya hanya mengangguk tanpa menatap Marsha dan Belle.

"Nona, ia masih karyawan magang di sini jadi-" Belle langsung memotong cepat.

"Nama dia siapa, Wenny?" tanya Belle lagi.

"Nama saya Marsha, Nona," jawab Marsha cepat.

"Cantik. Ayo layani kami semua!" Marsha langsung mengiyakan ucapan Belle cepat beda dengan Wenny yang selaku penanggung jawab sudah gemetaran di pojok kanan. Wenny bukan gemetar karena tidak percaya kepada Marsha hanya aja dia takut kepada Danish yang tidak terbiasa pelayan lain melayaninya.

"Ya Tuhan, semoga aja Tuan Danish tidak mengamuk," mohon Wenny dalam hati sambil melayani para karyawan yang sudah terlihat patung. Pikiran Wenny tidak bisa fokus kepada Marsha yang sibuk mempersiapkan makanan di hadapan Danish dan Belle namun, kecemasan yang sedari tadi menghantuinya berbuah sepasang kekasih tersebut bisa menikmati makanan dengan tenang dan nikmat karena Marsha tidak ada melakukan kesalahan.

"Tambahkan wine ya!" ucap Danish sambil melahap makanan penutup.

"Baik Tuan Muda." Namun Belle dengan cepat menghentikan tangan Marsha yang sudah sempat memegang botol wine tersebut.

"Biarkan aku yang melakukannya, Marsha!" ucap Belle. Marsha sedikit kaget dan secara tidak sengaja ia melirik Wenny yang mengangguk.

"Ia Nona, silahkan." Belle tersenyum lalu berdiri untuk menuangkan wine tersebut.

"Kau yang melakukannya bukan dia!" sentak Danish sampai membuat isi ruangan tersebut semakin mencekam.

"Sayang, ada denganmu? Aku ada di sini tapi kau menginginkan wanita ini?" tanya Belle tidak mengerti sikap Danish yang tiba-tiba berubah.

"Kau tidak mendengar apa yang kukatakan?!" tambah Danish dan tidak memperdulikan sama sekali ucapan Belle.

"Ba-baik Tuan. Maaf Nona saya hanya mengikuti perintah," ucap Marsha meminta ijin terlebih dahulu lalu meraih kembali botol wine tersebut. Belle tersenyum getir melihat Danish yang sudah menikmati wine tersebut sementara harga dirinya jatuh ke dasar di hadapan para bawahannya yang langsung menyaksikan drama singkat tersebut bahkan tidak ada yang berani berkomentar.

"Tambahkan lagi!" ucap Danish dan terus meneguk wine-nya.

"I-iya Tuan Muda." Marsha sedikit gemetaran melihat raut wajah datar dan dingin Danish sambil telan ludah. Tiba-tiba karena keasikan memperhatikan wajah tampan Danish, Marsha tidak sengaja wine sudah tumpah ke celana hitam Danish.

"Apa-apaan kau ini? Bisa bekerja tidak?!" bentak Danish kuat sadar wine telah menebus sampai ke area miliknya.

"Tidak?! Tuan saya tidak sengaja. Saya minta maaf," ucap Marsha dan langsung berlutut di lantai dengan tubuh yang bergetar.

"Wanita ceroboh. Ini karena kau menyuruh wanita yang bukan bekerja di sini. Inilah akibatnya menyusahkan!" kesal Danish kepada Belle. Dia langsung berdiri dan membersihkan celananya pakai sapu tangan miliknya. Refleks semua karyawan di sana terlebih lagi para wanita telan ludah melihat benda gemuk yang tercetak di sana begitu sempurna.

"Danish, aku hanya tertarik aja tadi melihat wanita ini makaya aku ijinkan dia bekerja melayani kita," bela Belle.

"Aku tidak peduli dan hari ini kita putus jangan pernah lagi menemuiku. Dan kau! Ikut aku karena kau akan dihukum sesuai aturan grup Archuleta corporation," ucap Danish mantap. Tidak mau lama-lama di sini Danish langsung menarik lengan Marsha tanpa memperdulikan semua menatap mereka dua takut terlebih lagi Belle tercengang mendengar perkataan Danish.

"Dia mengatakan apa barusan? Putus? Tidak, tidak itu tidak mungkin. Danish hanya milikku seorang," ucap Belle histeris lalu ikut keluar mengejar Marsha dan Danish yang sudah tiba di lift.

avataravatar
Next chapter