webnovel

BAB 10 : Perdebatan Kecil

"Ya sudah jika tidak mau memberitahu, tak apa, tak masalah." ucap Bisma meraih buku Sejarahnya kembali yang ia letakkan tadi diatas meja. Namun belum sempat Bisma membukanya, sudah dicegah oleh Farrel.

"Jangan baca buku lagi dong, iya iya ini aku kasih tahu sekarang. Begitu saja kamu merajuk." ucap Farrel langsung menyerah. Ternyata Bisma selain cuek dan dingin juga tak bisa diajak bercanda. Padahal niatnya hanya mengerjai Bisma, namun malah Farrel sendiri yang dibuat ketar-ketir.

"Siapa yang merajuk? Aku hanya tak suka berbasa-basi." ucap Bisma dengan nada cuek dan tidak terlalu peduli. Tidak, ia tidak kesal. Hanya saja Farrel terlihat menyebalkan di matanya karena seperti sengaja mengerjainya. Percayalah! Bisma tak punya banyak waktu untuk itu.

"Iya iya maaf tuan Anggara, ampuni hambamu ini." ucap Farrel dengan nada sedikit berlebihan. Dan sungguh! Percayalah! Itu sangat menjijikkan di mata Bisma. Bisma ingin sekali menendang Farrel jauh keluar Angkasa.

"Berhentilah bersikap menjijikkan Farrel. Sungguh aku ingin mengirimmu ke Planet Mars." ucap Bisma beterus terang pada Farrel. Apakah Farrel tidak merasa risih dengan sikapnya sendiri yang tergolong sangat menjijikkan terhadap Bisma?

"Jangan dong, nanti kalau aku kamu kirim ke Planet Mars, kamu sebangku sama siapa dong?" tanya Farrel tak mengindahkan penuturan Bisma. Sungguh ia tak peduli sekesal apapun Bisma padanya, Bisma hanya dari luar saja terlihat menyebalkan dan sangat jutek, tapi sebenarnya hati Bisma sangatlah baik.

"Kamu laki-laki yang banyak bicara Farrel." ucap Bisma mulai merasa kesal. Bagaimana tidak kesal? Farrel terus bicara tanpa mau memberitahunya berita yang dianggap penting itu olehnya. Lama-lama kan ia jadi merasa penasaran, apa sih sebenarnya berita penting itu? Kenapa membawa-bawa nama sahabatnya segala?

"Hahahahaha iya, aku memang banyak bicara. Tapi aku tidak kalah pintar darimu. Jadi aku tidak seperti pepatah 'Tong kosong nyaring bunyinya' kan?" tanya Farrel menaik-turunkan alisnya menatap Bisma. Menunggu jawaban Bisma mengatakan 'Iya'. Sungguh menggoda Bisma sangat menyenangkan tiada tara.

"Terserah apa katamu saja Farrel. Aku lelah berbasa-basi, kamu tahu jika basa-basi itu hanyalah membuang-buang waktu dan tenaga saja? Jadi cepat beritahu aku sekarang tentang berita penting yang kamu bawa itu yang menyangkut sahabatku itu si Bastian." ucap Bisma menahan kejengkelannya terhadap Farrel. Seberapa pun kesalnya ia terhadap Farrel, ia masih tetap membutuhkan Farrel untuk informasi penting itu yang ia tak tahu itu apa.

"Good Boy, lebih dari 20 kata." sahut Farrel tidak nyambung. Adakah diantara kalian yang mengerti maksud Farrel? Ya, benar sekali. Farrel kagum karena Bisma bicara lebih dari 20 kata. Itu adalah suatu ketidak biasaan bagi Farrel. Bisma yang super duper cuek bisa bicara lebih dari 20 kata saat ini adalah suatu ketidak mungkinan yang menjadi nyata. Ah! Terdengar berlebihan memang, namun itulah kenyataannya.

"Hah... Buang-buang waktu dan tenaga saja. Lebih baik aku baca buku lagi." sahut Bisma sangat kesal. Dan akhirnya tanpa bisa dicegah lagi, Bisma membuka buku sejarahnya di halaman terakhir yang ia baca tadi dan mulai membaca lagi lalu meresapinya. Ia tak memperdulikan apa yang dibicarakan Farrel dan aksi protes Farrel. Sungguh ia tak peduli sama sekali, kesabarannya telah habis. Farrel benar-benar membuang-buang waktunya selama beberapa menit terakhir ini. Bagi Bisma waktu sangatlah berharga, jadi baginya Farrel tak dapat diampuni lagi.

"Baiklah-baiklah aku beritahu sekarang berita penting itu. Tapi apakah kamu tidak bisa berhenti membaca buku sejarah kesayanganmu itu Bisma? Aku saja melihatmu belajar seperti ingin muntah rasanya. Apakah kamu tidak bosan belajar terus? Se-ambisius itukah kamu Bisma?" ucap Farrel heran dengan teman sebangkunya ini. Sungguh ia saja ingin muntah melihat Bisma yang rajin belajar tanpa berhenti seperti ini. Apakah secinta itu Bisma dengan buku Sejarahnya? Astaga, Farrel tak habis pikir.

"Tak bisakah kamu diam Farrel?" ucap Bisma dengan nada dinginnya. Ia paling tak suka jika urusannya di urusi oleh orang lain, siapa pun itu ia tetap merasa tak suka. Bisma saja tak pernah mencampuri urusan orang lain, tapi kenapa urusannya selalu dicampuri? Apakah orang yang mencampuri urusannya ini kekurangan kerjaan?

"Maafkan aku tuan Anggara, tak bisakah kamu sedikit lebih santai menjalani hidup?" tanya Farrel mulai menciut nyalinya. Ia tahu Bisma orangnya cuek, tapi ia jarang mendengar Bisma berkata sedingin itu terhadap dirinya. Apakah Bisma benar-benar marah padanya? Kan Farrel hanya berniat bercanda.

"Bukan urusanmu Farrel. Urus saja urusanmu, berhentilah mencampuri urusanku." ucap Bisma dengan nada ketus.  Bisma tak mengalihkan pandangannya dari buku Sejarah yang ia baca. Ia tetap membacanya dan tidak menatap Farrel sama sekali. Ia tak suka dengan sikap Farrel yang merasa sok dekat dengannya. Apakah Farrel kekurangan kerjaan? Iya, tentu saja!

"Baiklah Bisma, aku minta maaf karena telah mengusikmu sejak tadi, yang mungkin itu membuatmu merasa tidak nyaman." ucap Farrel mengalah, ia lebih baik minta maaf pada Bisma daripada harus dimusuhi oleh Bisma, teman sebangkunya sendiri. Ia sekolah untuk mencari ilmu, bukan mencari musuh.

"Tentu saja aku tidak nyaman. Ya, aku dengan berat hati memaafkanmu Farrel." ucap Bisma masih dengan nada datar dan tidak mengalihkan pandangan dari buku Sejarah yang ia baca. Ia sama sekali tak menganggap kehadiran Farrel di sampingnya. Sungguh! Rasa kesalnya sudah sampai di ubun-ubun.

Farrel tersenyum kecil ketika mendengar jawaban dari Bisma, benar kan? Bisma sebenarnya memiliki hati yang sangat baik, hanya saja Bisma selalu menunjukkan sikap cueknya terhadap semua orang. Farrel sendiri tak tahu apa sebabnya, mungkin Bisma memiliki trauma di masa lalunya sehingga membuatnya tumbuh menjadi dewasa yang cuek, dingin dan irit bicara.

"Sahabatmu, Bastian. Hari ini menjadi superhero." ucap Farrel pada akhirnya membongkar berita yang sejak tadi ia pendam. Farrel bukannya merahasiakannya hanya saja ia berniat mencairkan sedikit hati Bisma dengan candaannya, namun ternyata gagal. Mungkin hati Bisma memang sudah terlanjur membeku dan tidak dapat dicairkan oleh siapapun.

"Apa? Superhero bagaimana maksudmu?" tanya Bisma mulai tertarik dengan topik pembicaraan yang dibawakan oleh Farrel ini. Kenapa ia selalu ketinggalan berita sih? Bahkan berita yang ada di sekolahnya sendiri ia tak tahu. Apakah ia terlalu sibuk belajar hingga ia lupa memperhatikan lingkungan sekitarnya? Tapi kenapa ia tak bisa melawan sikap tidak pedulinya itu? Ia selalu saja bersikap tidak peduli terhadap semua orang.

"Ya superhero. Pahlawan, masa kamu tidak paham Bisma? Bastian hari ini menjadi superhero. Dan banyak yang membicarakan itu di sekolah hari ini. Apakah kamu benar-benar tidak tahu? Sungguh kamu itu terlalu sibuk dengan buku Sejarahmu sehingga kamu tidak memperhatikan sekelilingmu Bisma. Padahal sekelilingmu selalu memperhatikanmu." ucap Farrel geleng-geleng kepala tidak habis pikir dengan sikap Bisma yang sangat cuek itu. Seumur-umur ia hidup, baru pertama kalinya ia menemukan laki-laki secuek Bisma. Ia pikir tak ada orang yang seperti Bisma, namun ternyata ia salah, Bisma benar-benar ada dan cuek seperti biasanya dan tidak peduli dengan sekitar.