3 Orang Asing

Rumah besar dengan segala fasilitas mewah, tubuh yang tegap dan wajah tampan membuat siapapun terhipnotis dan tidak bisa mengalihkan pandangannya dari Hito. Cuek dan sungguh dingin membuat kesan tertarik dari para wanita. Namanya sudah dikenal baik oleh semua orang, bahkan penjuru dunia. Wanita mana yang tidak beruntung mendapat Hito, namun orang-orang kebanyakan beranggapan kalau pria itu tidak menyukai perempuan.

"Permisi tuan."

Membalikkan tubuhnya ketika mendengar suara seseorang yang memanggil dirinya, kini dia berada di dalam kamar bernuansa putih. Entahlah dia bisa dibilang sungguh aneh, hampir seluruh kamar diberikan cat berwarna putih, terlihat nyaman dan tentram baginya.

"Ada apa?" tanyanya.

"Dia telah kembali."

Ucapan pelayan rumahannya membuat terkejut, karena sekian lama dia menunggu.

"Cari dia dan jadilah mata-mata untukku."

"Baik tuan."

Senyum jahat terpancar di wajahnya.

***

Semua kenangan buruk harus dilupakan, tetapi dia tidak yakin kenangan tersebut akan terhapus dari ingatannya. Masih dengan posisi yang sama, berjalan dan tidak tahu harus kemana dirinya pergi. Tidak memiliki uang sepeserpun, yang dibawanya hanyalah beberapa baju.

"Haruskah aku pulang? Mereka pasti menunggu, namun apa kata tetangga nanti?"

Tidak peduli dengan ucapan panas para tetangga, Gita lebih peduli dengan Bapaknya. Kondisi sang Bapak yang semakin menua, dan Ibu justru lebih sibuk dengan pekerjaan malamnya ketimbang mengurus suaminya.

Gita melangkahkan kakinya tergesa-gesa dan tidak sabar melepas rindu, ingin memeluk sang Bapak dengan sangat erat dan tak ingin dilepaskan.

Tubuhnya kini berdiri mematung melihat seorang pria tua yang berada duduk di kursi roda. Apa yang telah dia lewatkan selama ini?

"Bapak," panggil Gita dan berlari memeluk tubuh pria tua tersebut.

Air mata mengalir dengan deras, keduanya sama-sama tidak bisa menahan rasa rindu yang telah dipendamnya bertahun-tahun. Semua terobati, senyuman kini kembali terbit di wajahnya.

"Kamu apa kabar?"

"Harusnya aku bertanya, Bapak apa kabar?"

"Baik, Bapak baik."

Bapak Gita adalah pembohong yang handal, dia mengatakan kalau dirinya baik-baik saja. Padahal terlihat sekali dengan kedua bola mata, kalau Bapak itu sedang sakit.

"Aku boleh masuk?"

"Masuklah, rumah ini selalu menanti kedatangan kamu."

Tersenyum bahagia, dan berharap tidak ada lagi cobaan dalam hidupmu. Kini pandangannya mencari-cari keberadaan sang Ibu, sudah lama sekali dia tidak bertemu. Dan tentu saja Gita juga merindukannya, walaupun dia sangat yakin kalau Ibunya justru tidak rindu dengan dirinya.

"Apa Ibu masih?" tanya Gita.

Bapak mengangguk menjawab pertanyaannya, rupanya Ibu tidak berubah. Dia masih tetap menjadi seperti dulu, padahal Gita dan Bapaknya sudah melarang. Lalu apa boleh buat jika sang Ibu tetap saja melakukan dengan cara bersembunyi-sembunyi. Namun itu dulu, dan ketika Bapak berhenti dari pekerjaannya, dengan berani Ibu melakukan pekerjaan hina itu secara terang-terangan.

"Maafkan Bapak tidak bisa menjadi Bapak dan suami yang baik untuk kamu dan Ibumu," ucapnya lesu.

"Lupakan saja, Bapak adalah orang tua yang baik untuk aku, dan suami yang baik untuk Ibu. Hanya saja Ibu yang nakal," jawab Gita dengan tersenyum.

Dia tidak bisa bagaimana perasaannya saat ini, semua rasa tercampur sempurna. Bahagia sekaligus sedih, bahagia bisa bertemu dengan keluarga dan sedih karena tidak menemukan perubahan terhadap Ibunya.

"Tuan, dia telah berada di rumah dengan selamat. Dan rupanya perasannya sangat berbahagia bertemu keluarganya, namun aku tidak melihat Ibu perempuan itu."

Merasa seperti ada yang memperhatikan dari balik jendela rumahnya, membuat Gita menghentikan perbincangannya. Dia melangkahkan kakinya untuk mengecek sesuatu.

Secara perlahan dia melangkah dengan sangatlah hati-hati dan tanpa mengeluarkan suara, sontak tindakan Gita membuat Bapak terkejut dan bingung.

"Kamu mau apa?"

"Diam, aku seperti mendengar suara seseorang."

Berada dekat dan akan menyentuh gorden jendela, tangannya terulur dan berhasil menyentuhnya.

Mata membulat sempurna ketika tidak melihat apapun di balik jendelanya, justru tidak lama kemudian dia hanya melihat seekor kucing oren yang sedang berjalan.

"Ada apa Gita?"

"Tidak, aku pikir tadi ada seseorang. Dan hanya ada seekor kucing saja."

Gita kembali lagi ke kursi duduknya.

"Hampir saja saya ketahuan tuan. Lalu apa yang akan anda lakukan selanjutnya?" ucap seseorang pria bertopi yang berhasil lari dari halaman rumah Gita.

"Aku akan melamarnya lusa nanti."

***

Malam semakin larut, namun Ibunya masih belum pulang juga. Dia bingung apa yang harus dilakukan, dan Bapaknya sejak tadi menunggu dengan khawatir.

"Bapak tunggu sini, aku cari Ibu."

"Untuk apa, biar Bapak saja."

"Tidak apa-apa, aku akan baik-baik saja. Gita pamit," ucap Gita mengecup punggung tangan sang Bapak.

Melihat putrinya pergi membuat Guntur khawatir, dia takut jika sesuatu terjadi nanti dengan Gita. Terlebih lagi dengan kasus yang dulu pernah dialami. Dia sangat percaya kalau putrinya tidak melakukan pembunuhan saat itu, namun apa boleh buat jika hakim telah memutuskan kalau Gita bersalah. Yang dilakukannya selama empat tahun ini hanyalah berdoa.

Kini kendaraan yang ditumpangi oleh Gita telah sampai di sebuah club terkenal. Pengunjung malam ini sangat ramai, hingga membuat Gita sedikit takut. Dia mungkin menyimpulkan kalau dirinya sedikit trauma karena kejadian itu, namun Gita memberanikan diri untuk masuk ke dalam tanpa pikir panjang.

Semua para pengunjung menikmati musik yang di putar, bau khas tempat ini membuat Gita ingin muntah. Dia sungguh benci berada di tempat seperti ini, akan tetapi keterpaksaan yang membawanya menginjakkan kaki dan tertuju ke sini.

"Hai nona cantik, cari apa?" ucap seseorang dengan mencolek dagunya.

"Maaf, jangan kurang ajar. Permisi saya mau pergi," ucapnya.

"So jual mahal banget, sini temanin saya dulu sebentar."

Inilah hal yang paling ditakutkan oleh Gita, pria hidung belang. Percuma dia berteriak dan meminta tolong, yang ada semua justru sibuk dengan dirinya masing-masing.

Pria itu semakin mendekatkan tubuhnya, hingga membuat Gita terpaksa berlari mencari pertimbangan.

"Tolong.... " Berdoa agar dia bertemu orang baik di tempat ini, tapi apakah ada?

"Hei ada apa?" tanya seseorang.

"Saya diganggu dengan seorang pria, dan itu dia." Gita menujuk wajah pria yang telah menampakkan dirinya.

"Perempuan ini," ucap seseorang tanpa sadar.

"Kita kenal?" tanya Gita seketika.

Orang tersebut menggelengkan kepalanya dan melangkahkan kakinya ke depan. Gita yang bersembunyi dibelakang tubuh kekar pria tersebut dengan gemetar, dia masih tidak menyangka bahwa menemukan orang baik di tempat ini. Namun dirinya harus tetap berhati-hati.

"Pergilah dia pacar saya!"

Pernyataan yang membuat Gita terkejut, walaupun itu sebuah kebohongan. Namun tetap saja Gita malu, terlebih lagi dia tidak pernah mempunyai hubungan dengan siapapun. Dan sekarang ada orang asing yang menganggapnya kekasih walau berangsur salah beberapa detik saja.

avataravatar
Next chapter