1 Chapitulum I

Apa kalian semua percaya dengan makhluk mistis? Seperti halnya Vampir, Werewolf, Penyihir, dan bahkan Hybrid? Kalian harus mulai percaya dengan hal itu. Karena, di suatu tempat yang bahkan terlalu dekat dengan tempat tinggal kalian. Makhluk-makhluk itu tinggal begitu dekat bahkan tidak kalian sadari mereka telah menjadi satu dengan kelompok sosial kalian. Jika kalian tidak percaya, aku sarankan untuk mulai berhati-hati jika kalian berjalan sendirian terutama di malam hari.

Aku, Erythrina "Erie" Crista-galli adalah seorang Siphon. Siphon adalah seorang penyihir yang lahir dengan kemampuan yang bisa mengontrol kemampuan sihir mereka. Di dunia ini, tidak hanya ada para Siphon saja, tetapi ada juga para Siphoner. Siphoner adalah seorang penyihir yang lahir tanpa bisa mengontrol kemampuan sihir mereka, tetapi memiliki kemampuan yang sangat jarang dimiliki yaitu kemampuan untuk mengambil kekuatan dari para Siphon.

Dan selain para penyihir, ada juga Vampir yaitu makhluk yang sebenarnya adalah manusia yang telah mati, tetapi memiliki kemampuan untuk tetap hidup dengan cara meminum darah manusia. Dan ada juga Werewolf, yaitu makhluk setengah manusia dan setengah serigala, kemampuan mereka muncul di saat bulan purnama karena adanya kutukan dari para penyihir. Dan makhluk terakhir adalah Hybrid, yaitu makhluk dengan dua darah yaitu, setengah vampir dan setengah werewolf, mereka adalah makhluk terkuat. Karena mereka memiliki kemampuan vampir dan juga werewolf.

Tetapi tidak dengan begitu para penyihir adalah makhluk terlemah diantara para makhluk supranatural. Kami, para penyihir memiliki senjata terkuat dibanding para makhluk supranatural lainnya. Yaitu, Grimoire. Grimoire adalah buku mantra, yang di dalamnya termasuk petunjuk tentang cara untuk membuat objek sihir seperti jimat dan amulet, bagaimana melakukannya dengan mengeja mantra, ajian, dan ramalan dan juga bagaimana cara memanggil atau meminta entitas supranatural seperti malaikat dan roh.

Banyak diantara keluarga-keluarga penyihir yang sengaja tidak mengajarkan dan membiarkan anak mereka untuk mengembangkan kemampuan yang mereka miliki.

Ada banyak tempat di mana para penyihir bisa mengembangkan kemampuan yang mereka miliki, salah satunya adalah Academy of Pythonissam. Dengan bahasa mudahnya adalah sekolah khusus para penyihir.

Disinilah aku dan kakakku, Medicago "Edie" Falcata-galli belajar untuk mengembangkan kemampuan sihir kami. Edie adalah seorang kakak yang luar biasa bagiku. Dimana saat para anggota keluargaku yang lain memperlakukanku secara tidak adil dibandingkan dengan saudara kembarku yaitu, Edie itu sendiri.

Jika boleh jujur, Edie telah memiliki kemampuan yang luar biasa, bahkan tanpa diajari maupun belajar apa yang diajarkan disekolah ini.

Tetapi dengan rasa sayangnya kepadaku, ia tetap saja belajar dan bersekolah di sekolah ini bersamaku.

Aku biasa mendeskripsikan diriku sebagai bukanlah seorang murid yang percaya diri akan penampilanku dan menyebut diriku sendiri sebagai 'Orang Populer'. Bukan berarti aku membenci para golongan populer, karena Edie adalah salah satu orang populer di antara golongan itu. Hanya saja aku berbeda dengan kakakku.

"Erie, apa kau tidak akan ke perpustakaan?" tanya seorang teman sekelasku yang baru saja melewatiku.

"Aku hanya tidak mood untuk pergi ke perpustakaan hari" kataku.

"Jika kau ingin pergi ke perpustakaan, kau pergi duluan saja. Kau bisa meninggalkanku" kataku.

"Baiklah sampai jumpa di jam pelajaran selanjutnya" kata teman sekelasku itu.

Aku merasa tidak nyaman untuk bersosialisasi, dan bahkan untuk berteman. Maka dari itu aku menyebut diriku sendiri 'Berbeda' karena aku tidak bisa nyaman untuk bersosialisasi seperti orang lain.

"Hai cantik. Apa yang kau lakukan disini?" tanya seorang laki-laki yang tiba-tiba berhenti di depanku.

"Berhenti menggangguku, Hidion" kataku.

Glochidion Molle, atau yang sering dipanggil Hidion. Dia adalah salah satu dari kelompok orang populer yang aku sebutkan tadi. Aku yakin setelah kakakku, Hidion adalah laki-laki populer di antara para gadis di sekolahku. dan tidak jarang aku mendengarkan teman-teman sekelasku menyebut-nyebut namanya. Tetapi aku yakin para gadis itu buta, karena laki-laki ini adalah laki-laki teraneh yang ada di hidupku. Laki-laki ini terlalu sering menggangguku dan dia senang menggangguku dan itulah yang membuatku membencinya. Tetapi di saat-saat tertentu dia bisa menjadi seorang laki-laki yang bisa diandalkan disaat aku memiliki masalah.

"Ayolah. Aku hanya bertanya" katanya memprotes kalimat ketusku.

"Maka dari itu jangan pernah memanggil seorang gadis dengan sebutan cantik. Untuk seorang gadis seperti diriku" kataku memutar bola mataku jengah.

"Apakah salah ketika aku menyebut seseorang yang jelas-jelas cantik dimataku?" tanyanya tidak mengerti akan sikapku.

"Hey, Brother! Jangan mengganggu adik Edie" tiba-tiba seorang gadis cantik melewati kami dan menepuk pundak Hidion.

"Hai, Erie. Maafkan adikku yang tidak tahu manner kepada seorang wanita" kata gadis itu menepuk punggung Hidion.

"Hai, Henny. Tolong ajarkan laki-laki ini sebelum aku merapalkan mantra penghilang otak kepadanya" kataku dengan nada bercanda.

"Ouh, Brother! Jangan ganggu dia lagi kau sudah terlalu bodoh dengan otakmu. Bagaimana jadinya ketika kau tidak memiliki otak?" kata Henny mengikuti alur bercandaku.

Parthenium Molle adalah kakak Hidion. Dari penampilan dirinya saja sudah tertera jelas bahwa dia adalah orang yang populer. Jika Edie adalah laki-laki terpopuler, maka Henny adalah gadis terpopuler.

"Aku tau kalau kau adalah penyihir paling pintar disini. Tapi kau tidak bisa merapalkan mantra pada penyihir lain di area sekolah" kata Hidion mengejekku.

"Bagaimana jika kita berteleportasi terlebih dahulu? Apa kau ingin mencoba memastikan apakah kata-kataku serius?" tanyaku mengukurkan tanganku kepada Hidion.

"Selesaikan pertengkaran kalian dengan santai. Aku tak akan mengganggu 2 anak kecil seperti kalian" kata Henny meninggalkan kami pergi ke kelasnya.

"Dengarkan satu nasehatku. Berhati-hatilah. Jangan terlalu membenciku. Karena benci dan cinta hanya dibatasi oleh pembatas yang bahkan lebih tipis daripada secarik kertas" kata Hidion mengacak-acak rambutku lalu pergi ke kelasnya.

"Selalu membicarakan hal yang tidak mungkin" kataku menertawakan kata-kata Hidion sinis.

"Miss Erythrina, Mr. Glochidion, apa yang kalian lakukan disini? Bukankah 5 menit lagi pelajaran akan dimulai?" seorang wanita berkostum merah wine itu menghampiri kami.

"Mrs. Wade. Kami sedang menuju kelas kami" kataku berbohong kepada guru spelling kami itu.

"Benar. Kebetulan saya dan Erie berpikir untuk menjadi satu kelompok di pelajaran anda" kata Hidion.

Aku langsung meliriknya memperingatkan dirinya.

"Benarkah?" tanya Mrs. Wade kepadaku.

"Ten.. tu saja.." kataku terpaksa.

"Kebetulan di pelajaran kita selanjutnya setiap partner harus memiliki partner masing-masing" kata Mrs. Wade.

'Tamatlah nilai sempurnaku..' pikirku.

"Aku harap kau bisa membantu Glochidion, Erythrina" kata Mrs. Wade.

"Saya akan berusaha" kataku.

"Kalau begitu, kalian berdua harus masuk kelas sekarang, bukan?" tanya Mrs. Wade.

"Iya, Mrs. Wade" kata kami berdua lalu masuk ke kelas kami.

(*❛‿❛)→(*❛‿❛)→(*❛‿❛)→(*❛‿❛)→(*❛‿❛)→(*❛‿❛)→

Setelah sekolah usai, aku menunggu Edie di depan kelasnya untuk kembali ke asrama bersama.Tetapi setelah 30 menit menunggu, Edie tidak menampakkan dirinya.

"Erie? Apa kau mencari Edie?" Henny yang baru saja keluar dari kelasnya berhenti di depanku.

"Iya. Aku mencari Edie" kataku.

"Edie sejak makan siang diberikan tugas oleh Mr. Slartzman untuk menguji mantra kuno yang baru ia temukan saat melakukan perjalanan ke Spanyol" kata Henny.

"Begitu rupanya" kataku.

Hal ini sangat biasa terjadi. Para guru disekolah kami mengakui kemampuan Edie dan mulai untuk mempergunakannya.

"Baiklah. Sampai jumpa lagi" kata Henny lalu pergi mendahuluiku.

Akhirnya aku pergi menuju asrama sendirian.

Sekolah kami dengan asrama kami dipisahkan oleh hutan yang cukup luas dan cukup menyeramkan. Memang karena kawasan sekolah kami ditutupi oleh hutan untuk alasan keamanan.

Aku melangkah terburu-buru ke asramaku karena takut. Tiba-tiba terdengar suara ranting yang terijak dari arah kananku. Aku pun secara otomatis berhenti dan perlahan menoleh ke arah kananku.

Aku melihat sekelabat bayangan yang melewati pepohonan yang jaraknya 100 meter dariku.

"Siapa disana?" kataku.

Bayangan itu kembali bergerak dan menghilang kembali. Kini jaraknya 50 meter dariku.

"Apa ada orang disana?" kataku.

Kini bayangan itu bergerak ke arahku dengan cepat. Aku jatuh kebelakang karena terkejut saat bayangan itu berhenti.

"Si.. Si..apa diri..mu?" tanyaku tenggorokanku tercekat.

Orang di depanku ini benar-benar terlihat kacau. Bajunya tersobek dimana-mana. Dan darah mengalir diantara robekan itu.

"Tolong aku..." kata orang itu jatuh tak sadarkan diri di depanku.

avataravatar
Next chapter