1 Reva dan Brian

"Huh, aku kira kamu tidak akan masuk sekolah lagi. Dengan begitu hidupku akan semakin tenang" Ucapnya di depan sosok berjaket biru, Brian.

"Oh, Hai Reva. Terima kasih atas sambutan hangatmu," Brian menunjukan wajah kesalnya. Para cewe yang dari tadi menunggu kedatangan Brian dari tempat duduknya, ikutan kesal mendengar perkataan sinis Reva. Brian yang baru saja keluar dari rumah sakit setelah dirawat beberapa hari karena typus, langsung lemas dan duduk di bangkunya. Reva juga kembali ke tempat duduknya, dia mulai merasakan aura mengancam dari para cewe yang kesal kepadanya.Tanpa Reva sadari, ada sosok yang diam-diam menghampirinya. Sosok itu adalah Alicia.

"Hoi…, Kenapa kamu malah sinisin Brian, Hah?!"

"Uh, Cia! Kamu ngagetin aja!" Reva langsung panik, mengetahui Alicia sudah ada di belakanganya. Tanpa banyak bicara lagi, Reva menarik Alicia ke belakang kelas. Alicia yang sudah tau tujuan Reva langsung memasang wajah menantangnya.

"De-dengar ya, tadi itu aku hanya pura-pura sinis ke Brian. Ha-habis dia bikin aku khawatir," bisik Reva. Pipinya memerah saat menyebutkan nama Brian.

"Owh…, kalau begitu selamat untuk akting yang bagus!" Alicia memberikan tepuk tangan yang cukup keras. Reva jadi malu dan mulai kedua jari telunjuknya sehingga membuat putaran kecil. "Kalau gitu, kapan kamu mau nembak Brian?" Alicia kembali menggoda Reva

"Nem-Nembak! Mana mungkin! Aku itu bukan tipenya Brian, tauk! Dan aneh, kalau cewek yang nembak cowok!" Kini wajah Reva sudah berubah warna sepenuhnya, menjadi warna merah padam.

"Eh…, nanti dia diambil orang lain loh"

Mendengar itu membuat Reva menelan ludah. Dia tahu kalau hal yang dibilang Alicia bisa saja terjadi, dan dia memang sudah sering memikirkannya.

*

Lagi, Reva membuka twitter setelah waktu belajarnya. Dan itu melanggar waktu jam tidurnya. Sama seperti yang kemarin-kemarin. Hari ini Reva menstalk twitter Brian. Dia tidak rela kalau dia melewatkan sedikit informasi tentang Brian. Kegiatan menstalk ini baru dia jalankan selama tiga minggu lamanya. Tepatnya dua minggu setelah dia di tembak oleh panah cinta milik malaikat cinta.

Waktu itu Reva sedang mengembalikan beberapa buku yang dipinjamnya ke perpustakaan sekolah. Ia harus mengambil kursi untuk membantunya meletakkan buku itu di raknya, di bagian paling atas. Saat hendak turun dari kursi, ia kehilangan keseimbangannya. Untung ada Brian yang kebetulan melewati bagian rak itu, dan sigap menangkap tubuhnya. Dari situlah Reva mangenal Brian. Dan dari situlah dalam sekejap rasa tertariknya mencuat mengusik hatinya.

Reva membaca dengan teliti dan cermat setiap tweet Brian, setiap ada hal menarik untunya dia catat di note kecil 'Khusus tentang Brian' miliknya, dan buku itu selalu dia bawa kemana–mana. Hari ini Reva menstalk twitter Brian tepat pada waktu Brian sedang on.

@Brian_ : Sebenarnya berat mengucapkan "Selamat Tinggal" tapi aku harus mengucapkannya.

Tweet terbaru Brian membuat Reva kaget tidak karuan. Brian mengucapkan Selamat Tinggal? Brian akan pergi kemana? Reva menunggu tweet Brian yang selanjutnya. 2 menit kemudian Brian mengetweet seperti ini:

@Brian_ : Aku akan merantau ke negeri seberang, semoga kita bisa bertemu kembali.

Reva semakin kaget. Apa benar Brian akan meninggalkan Indonesia? kemana? Selanjutnya Brian terus menggetweet hal-hal yang berkaitan dengan kepergiannya,

@Brian_ : Singapura adalah negeri yang selanjutnya akan aku tinggali

@Brian_ : Semoga kita bertemu lagi, teman – teman seperjuanganku

@Brian_ : Minggu depan akan menjadi minggu yang menyedihkan bagi kita

Dari ketiga tweet itulah sudah dapat dipastikan kalau Brian memang akan pindah dari Indonesia ke Singapura minggu depan. Di tweet selanjutnya, Brian bilang kalau kepindahannya itu karena, ayahnya dipindah tugaskan oleh bosnya. Mau tidak mau, Brian serta keluarganya juga harus ikut pindah. Brian juga akan mengadakan pesta perpisahan. Brian memang populer di sekolah, sudah pasti anak cewek dan cowok yang mengenalnya akan datang. Pestanya akan dilaksanakan tiga hari sebelum keberangkatan Brian ke Singapura.

Reva termenung, Singapura bagi Reva adalah tempat yang jauh untuk di jangkau. Reva merasa tak ada waktu lagi untuknya. Brian pergi, itu artinya tinggal sedikit waktu untuk bisa melihat Brian.

**

Pesta perpisahan Brian diadakan di halaman belakang rumah Brian. Halaman rumah itu cukup luas, sangat pas untuk membuat pesta kebun yang ramai. Tamu yang datang tidak hanya dari kelas 10 – 2, kelas Brian dan Reva, tapi dari kelas lain juga, bahkan nampak beberapa kakak kelas mereka.

Brian akan pindah pada saat semester pertama di SMA berakhir. Enam bulan berada di SMA adalah waktu yang sangat singkat. Brian yang baru saja mendapatkan teman baru, akan berpisah dalam waktu yang terbilang cepat. Semuanya juga merasakan kesedihan yang sama. Masa pertemanan mereka berakhir di semester pertama ini.

Selama pesta, Reva hanya duduk di deretan bangku yang tersedia. Alicia tidak datang, karena dia ada acara keluarga. Sampai pesta berakhir, Reva tetap pada posisinya; duduk dan memperhatikan Brian. Sebenarnya Reva juga ingin bergabung dalam kerumunan dan mengobrol dengan yang lain. Tapi dia harus mengumpulkan keberaniannya untuk menyatakan perasaannya nanti.

Saat pesta selesai Brian mengantar semuanya sampai depan rumahnya. Reva yang beranjak paling akhir dari tamu-tamu lain, menghampiri Brian tepat sebelum Brian masuk ke dalam rumahnya.

"Brian, bisa bicara sebentar?"

Brian berbalik dan kini Brian dan Reva berhadap-hadapan. "Ya? Ada apa?"

Detik berikutnya Brian nampak bingung, karena Reva tiba-tiba berkata dengan seluruh emosinya yang meluap. "Maaf, selama ini aku menstalk twittermu. Aku diam-diam mengetahui beberapa hal yang kamu senangi. Aku sinis kepadamu hanya semata - mata untuk menutupi perasaanku."

Brian semakin bingung.

Reva nampak gugup, apalagi saat ia berkata, "Aku…, sebenarnya…, aku…"

"Perasaanmu? Kamu kenapa, Reva?"

"Aku…. Aku suka sama kamu." Selesai berkata begitu, Reva sedikit merasa lega.

Brian diam. Dia merasakan jantungnya berdebar secara tidak normal. Bahkan, dia bisa mendengar irama detak jantungnya. Di tempatnya, meski sempat merasa lega, Reva juga merasakan hal yang sama, berdebar-debar. Dia baru saja menyatakan rasa sukanya kepada orang yang disukainya. dan sekarang dia menunggu reaksi Brian.

"Ngng…, kamu bilang… suka?" tanya Brian.

"Yyy-yaa…," ujar Reva malu. "Mungkin juga lebih dari itu, aku mencintaimu," sambung Reva, kali ini disertai dengan pipinya yang memerah.

Hening. Angin malam membisikkan nyanyian dari hati Reva ke telinga Brian. Pipi keduanya menghangat, meski udara mulai terasa dingin. Brian tidak bersuara selama 3 menit. Dia menimbang–nimbang perkataan apa yang akan dia ucapkan. Sampai akhirnya terdengar suara helaan nafas Brian.

"Sebelumnya terima kasih sudah mencintaiku, Reva. Sebenarnya…, aku juga melakukan hal yang sama sepertimu."

Reva tertegun, Brian menstalk twitternya? Sesuatu yang tidak pernah terpikirkan olehnya, mengingat kalau Brian itu tipe orang yang tidak ingin melakukan apa yang menurutnya tidak benar.

"Dan jujur, aku juga menyukaimu sejak pertama kali kita bertemu. Peristiwa di perpustakaan itu, entah mengapa selalu menggetarkan hatiku. Aku jadi makin tertarik kepadamu setelah mengetahui beberapa hal tentangmu dari twitter"

Dalam hati, Reva berteriak keras. Cowok yang disukainya juga menyukainya, dan dia juga melakukan hal yang sama dengannya!

"Aku suka kamu, Reva… tapi mungkin hanya sebatas suka"

"Eh, tapi…, tapi kamu suka sama akukan?"

"Ya. Aku menyukaimu. Aku suka dengan penampilanmu, sikapmu, perilakumu, dan aku merasa kamu adalah sebuah misteri yang amat sulit untuk dipecahkan bagiku. Dan menurutku, arti cinta itu lebih luas daripada kata suka."

Reva terpaku.

"Jadi aku hanya suka sama kamu, tidak sampai aku mencintaimu. Misteri masih belum terpecahkan….," lanjut Brian.

Setelah mengatakan itu Brian membungkukkan badan sebagai tanda maaf. Dia berbalik dan masuk ke dalam rumahnya tanpa menoleh lagi. Reva yang membeku di tempatnya berdiri. Hanya bisa menatap punggung Brian. Punggung yang tidak juga berbalik dan menunjukan wajah.

Seketika dunia Reva meredup. Cahaya hidupnya, Brian, telah menjauh darinya. Setelah cahaya itu menunjukan sinar indahnya. Mata Reva memanas, kemudian air matanya menitik. Reva tidak kuasa menahan perasaannya. Dia senang sudah berhasil menyatakan perasaanya, tapi di saat yang bersamaan dia harus merasa sedih karena jawaban Brian. Orang yang disukainya hanya menyukainya dari sisi penampilan dan sikap. Ditambah, menurutnya Reva itu adalah sebuah teka–teki yang menarik perhatiannya? Alasan yang sulit diterima oleh Reva.

Lusa orang itu akan pergi, dan tak ada harapan baginya untuk bertemu kembali. Cahaya hidup Reva meredup, dunianya menjadi gelap. Entah butuh berapa lama untuk menemukan sumber cahaya yang baru

***

avataravatar