1 PROLOG

Langit suram dan badai

Angin berhembus kencang membuat pepohonan diluar sana bergoyang menimbulkan suara gaduh. Petir menyambar-nyambar di atas langit, bergemuruh menciptakan ketakutan.

Pada saat ini didalam gubuk sederhana yang mulai lapuk seorang perempuan dengan nafas lemah tampak berjuang sekuat tenaga. Keringat dingin yang bercucuran dipelipisnya tersamarkan dengan kondisi tubuhnya yang basah kuyup oleh air hujan.

Wanita itu berbaring di atas tikar jerami usang dengan posisi setengah duduk, satu tangannya menggenggam lima jemari orang disampingnya yang sejak tadi mendukungnya. Wajahnya gusar dan ketakutan, tetapi berusaha membantu.

Mata wanita itu bergerak sedikit, setengah terbuka dan setengah tertutup menahan rasa sakit di perut bagian bawahnya. Raut wajahnya tidak tertandingi, meskipun pucat dengan rambut basah yang berantakan, ekspresi dan wajah halusnya tetap tak akan bisa mengalihkan pandangan orang lain. Kabut putih tersebar diantara alisnya.

Tiba-tiba nafasnya tergesa-gesa dan cengkeraman di lengannya mengencang. Otot-otot lehernya menegang mengalirkan butiran keringat. Rasa sakit yang begitu dahsyat menjalar diseluruh tubuhnya.  

Di luar hujan masih mengguyur begitu derasnya, petir menyambar sekali lagi. Di puncak rasa sakit yang menghujam tubuhnya, muncul suara tangisan bayi yang terdengar nyaring saling tindih dengan gemerisik air hujan.

Xin Qian segera mengulurkan tangan untuk mengambil bayi itu. Bayi laki-laki berwajah segar seputih kapas bergerak lembut dalam gendongannya. Xin Qian tak bisa menyembunyikan rona bahagianya dalam isak tangis yang tertahan.

Dia menatap orang yang bersandar lemah di atas tikar, wajahnya dengan cepat mengeringkan semua warna dan tak bisa lagi menahan airmatanya. Xin Qian menyerahkan bayi laki-laki itu pada Yu jie.

Dipandanginya bayi mungil nan suci seputih kapas dalam pelukannya. Lalu dengan lembut mencium keningnya. Bulir air mata menetes pada pipi bayi itu. Dia membuka matanya lagi. Ekspresi Yu Jie nampak redup, seolah ia tenggelam dalam ingatan yang luas. Setelah diam beberapa saat, ujung jarinya membelai pipi bayinya yang sehalus kelopak bunga anggrek,

"Qian-er"

"Saya disini ." Jawab Xin Qian setengah menunduk

"Ikuti perintahku, setelah hari ini tidak ada siapapun yang tahu kebenaran kisah kelahiran anakku. Tidak terkecuali kaisar." Yu Jie menyerahkan bayinya pada Xin Qian

"Bawa dia pergi dari tempat ini secepatnya, dan jauhkan dia dari sana. Ingat! Siapapun yang mengungkapkan kebenaran ini, akan kupastikan hidupnya sepenuhnya hancur!"

💐💐💐

Note*

Ini bukan novel terjemahan, ataupun historycal dan fiksi sejarah. Cerita ini murni imajinasi saya sendiri.

avataravatar