webnovel

Soul Emperor - Pewaris Kaisar Roh

Seorang pemuda biasa bernama Arya Narendra Yaswanta secara tak sengaja harus terlibat dengan urusan dunia para Praktisi Roh karena ketidak sengajaan. Namun siapa sangka hal ini malah membuka takdirnya yang sebenarnya. Takdir seorang Soul Emperor alias Kaisar Roh akan menuntunnya mengungkapkan kebenaran dunia Praktisi Roh dan akan mengguncang Dunia Fana, Dunia Roh bahkan Dunia Alam Dewa.

Kuroiya · Fantasy
Not enough ratings
51 Chs

Bab 12 - Makan Malam

Sekarang sudah sekitar pukul 9 malam, itu yang ditunjukkan oleh jarum jam dinding di ruang makan keluargaku.

Disini kami berempat yaitu aku, Gita, adikku dan kakekku tengah duduk sambil menikmati makan malam.

Walau sudah agak larut untuk makan malam, namun kami tetap menikmatinya.

Aku duduk disamping Gita, sementara Kakek dan adikku duduk diseberang kami.

Diatas meja makan terhidang makanan yang terbilang sederhana berupa nasi, tumis kangkung, tempe goreng dan telur mata sapi.

Untuk minumannya tersedia gelas berisi teh hangat dan sebuah teko untuk mengisi ulang.

Meski pun cukup sederhana tapi semua hidangan ini terasa sangat nikmat, karena dimasak oleh Kakekku yang cukup handal dalam memasak.

Rasa lapar karena pertarungan sebelumnya juga membuat nafsu makanku jadi sangat besar.

Walau aku harus menikmati makan malam ini dengan suasana canggung tapi aku tetap lahap dalam menelan semua hidangan ini.

Salah satu penyebab suasana yang tidak nyaman ini karena adik perempuan ku yang satu ini.

Kulihat adik perempuanku ini makan dengan wajah yang cemberut, sepertinya dia masih kesal karena aku membawa seorang gadis pulang.

Meski wajah cemberutnya cukup imut, tapi aku jadi tak enak hati kepada Gita yang jadi sumber kekesalan adikku.

Dari kecil adikku suka sekali menempel padaku, mungkin juga karena dilingkungan rumahku ini dia tidak punya teman sebaya.

Jadi akulah yang sering menemaninya bermain, dia juga suka tidur disampingku sesekali jika dia merasa susah tidur, karena itulah kami bisa jadi sangat dekat.

Sikap manjanya itu juga yang membuat aku sangat menyayanginya.

Yah karena kedekatan kami mungkin yang membuatnya jadi cemburu jika nanti kakaknya lebih dekat dengan orang lain.

Sementara itu kulihat selain adikku yang makan dengan cemberut, Kakek dan Gita bisa makan dengan cukup santai.

Sepertinya hanya aku yang terlalu kepikiran akan sikap adikku, lebih baik aku lanjutkan makan saja.

Beberapa saat setelah kami menyelesaikan makan, kakekku yang memiliki kumis dan rambut beruban dengan botak besar ditengah rambutnya memulai pembicaraan untuk memecahkan suasana ini.

"Ehem… Jadi kamu adik dari Karsana Sanjaya. Aku sudah dengar semua tentangmu dari kakakmu dan nampaknya kamu memang sama luar biasanya dengannya."

"Ya tuan... perkenalkan nama saya Gita Trisha Sanjaya, ngomong-ngomong anda terlalu memuji saya. Jika dibandingkan dengan kakak, saya rasa masih terlampau jauh dengan kakak. Dan saya ucapkan terimakasih karena dahulu telah membimbing kakak saya, terimakasih banyak tuan Ekawira Mahanta."

"Oho ho… tenang saja, kakakmu dulu adalah murid yang luar biasa. Sudah kesenangan bagiku bisa melatih murid yang berbakat."

"Saya juga mulai sekarang mohon bimbingannya tuan."

"Kamu kan mulai sekarang akan tinggal disini, jadi panggil saja mbah Eka. Itu terasa lebih akrab dan nyaman, jadi tak usah sungkan."

"Tentu, dengan senang hati."

Bila kudengar dari percakapan mereka berdua, tak kusangka Kakek punya hubungan dengan keluarga Sanjaya.

Tak habis pikir kenapa Kakek tak pernah bercerita apapun tentang hal ini.

Pantas saja dia dulu menyarankan diriku untuk bekerja di perusahaan Sanjaya Corp., ternyata dari awal dia sudah punya relasi.

Dan juga Gita akan benar-benar tinggal bersamaku, aku sungguh masih bingung sekaligus senang akan hal ini secara bersamaan.

"Kakek... jadi Kakek sudah kenal dengan keluarga Sanjaya. Dan lagi kenapa Kakek tak pernah bercerita apapun padaku ?"

"Memangnya semua hal pribadiku harus kuceritakan semua padamu, aku pikir kamu juga tidak akan menceritakan semua hal privasimu bukan?"

Aku mengerutkan dahiku saat mendengar jawaban Kakek.

"Kugh… Ah baiklah aku mengerti, tapi bagaimana soal Gita yang akan tinggal bersama kita. Setidaknya bisakan cerita dahulu padaku."

"Hmmm… jika aku beritahu pada cucuku ini yang sudah menjomblo selama 20 tahun hidupnya. Bahwa akan ada seorang gadis yang tinggal bersama kita, aku tak tahu apa yang mungkin akan cucuku ini persiapkan untuk melakukan hal yang tidak-tidak nantinya."

Dia mengatakan itu dengan cengiran disertai tatapan mengejeknya.

Aku menggebrak meja namun tidak terlalu keras secara reflek saat itu juga.

"Uwaaa… Aku mengerti... Aku tak akan banyak ikut campur, dasar kakek kurang ajar."

Ucapku dengan kesalnya, lalu aku menengok kearah Gita yang sudah pasti mendengar itu untuk melihat reaksinya.

Dan dia terlihat menahan tawanya, sial aku sungguh malu.

"Gita mohon maafkan sikap Kakekku ini yang agak kurang beres. Tak usah terlalu ditanggapi semua perkataannya."

"Tenang saja, ini tidak mengganggu kok. Justru bagiku kalian terlihat sangat akrab."

"B-baiklah jika begitu, ah… tunggu, ngomong-ngomong kamu belum berkenalan dengan adikku kan? Biar aku perkenalkan dulu kamu dengan adikku. Namanya Dhita Esita. Ayo Dhita, perkenalkan dirimu pada kak Gita."

"Humph."

Dhita hanya memalingkan wajahnya sembari mengembungkan pipi, ketika menunjukkan ekspresi kesalnya.

"Dhita jangan tidak sopan begitu, hormati tamu kita!"

Dia tetap diam saja masih dengan wajah cemberutnya.

"Arya, tidak mengapa... Mungkin dia masih belum terbiasa dengan orang asing. Aku bisa memakluminya."

Aku pun menghela napasku karena rasa bersalah pada Gita atas sikap adikku ini.

"Huft… yasudah kalau begitu, Dhita kembali ke kamarmu dan renungkan perbuatanmu !!!"

Aku mengatakan itu sambil memberi isyarat dengan jempolku yang kuarahkan ke pintu ruang makan.

Dhita berdiri dengan kesal dan berjalan dengan agak menghentak ke lantai.

"Uuuhhh… Kakak bodoh !!!"

Dhita pun meninggalkan kami bertiga, setelah membuka pintu dan keluar, Dhita menutupnya dengan agak kasar..

"Hufft… dasar anak ini."

Kemudian wajah kakek mulai berubah serius setelah Dhita sudah pergi.

"Jadi sekarang kita bisa masuk ke pembahasan yang sebenarnya."

"Jadi Kakek, apa yang ingin Kakek ingin tanyakan ?"

"Arya, nampaknya kamu sudah memasuki tahap dasar roh tingkat 1. Bagaimana itu bisa terjadi ?"

Apa ? Aku sungguh tersentak mendengar itu.

Kakek juga tahu mengenai tahapan roh, bagaimana mungkin ?

"Uh… Bagaimana Kakek tahu mengenai tahapan roh ?"

Gita membuka matanya lebar-lebar setelah sadar akan sesuatu ketika mendengar pertanyaan ku.

"Ah… jadi kamu tak pernah diberitahu sekalipun mengenai dunia Praktisi Roh? Semua jadi menjelaskan rasa penasaranku, kenapa cucu mbah Eka tidak tahu apapun soal dunia praktisi roh. Padahal nama mbah Eka cukup terkenal dikalangan organisasi Pengawas Roh."

Tunggu, Kakek punya latar belakang seperti itu?

Setahuku dia hanya mantan veteran militer saja yang sudah pensiun.

"Apa maksudmu Gita ?"

"Dengar Kakekmu ini dahulu termasuk dari salah satu jajaran 10 Tetua Ksatria Roh dibawah pimpinan langsung Pemimpin Organisasi Pengawas Roh ke 11. Dan dimasa pensiunnya dia sempat menjadi mentor kakakku, itulah kenapa aku bisa mengenalnya."

Aku terpaku tidak percaya setelah mendengar fakta yang dibeberkan oleh Gita.

Tidak bisa aku percaya, Kakek telah menyembunyikan semua hal ini dariku.

Aku mencoba menenangkan pikiranku sejenak untuk mencerna semua hal ini.

Sambil menundukkan kepala, aku berlanjut bertanya pada Kakek untuk mencari kepastian dari mulut Kakek sendiri.

"Kakek, apakah itu semua benar?"

"Huft… itu benar, aku adalah salah seorang mantan 10 Tetua Ksatria Roh."

"Yang kutahu soal cerita kisah kakek yang merupakan mantan veteran kemiliteran hanya kebohongan saja?"

"Sebenarnya tidak sepenuhnya bohong, aku hanya mengubah sedikit versi cerita masa laluku. Karena organisasi Pengawas Roh juga seperti organisasi militer namun mengurus hal yang berbeda dari urusan orang awam pada umumnya. Maaf telah menyembunyikan masa lalu keluarga kita yang sebenarnya. Tapi itu semua aku lakukan demi dirimu juga."

Aku mengucurkan keringat dingin, karena ada satu hal yang sangat ingin kupastikan saat ini juga.

"Masa lalu keluarga kita yang sebenarnya? Lalu apakah masa lalu soal Ayah yang meninggal karena kecelakaan itu juga bohong."

Diriku bergetar saat menanyakan hal yang sangat sensitif bagi keluarga kami terutama untukku.

Tanpa kusadari mataku mulai berkaca-kaca, aku jadi terkenang masa kecil yang kulalui tanpa Ayahku disaat teman-temanku yang lain bisa bermain dan ditemani bersama Ayah mereka.

Aku jadi teringat hal itu lagi, yang dulu pernah aku lihat secara tidak sengaja.

Dan itu adalah hal yang paling menyakitkan dalam hidupku yaitu tangisan dirinya, tangis seseorang yang paling berharga bagiku.

Hal itu menyebabkan badanku mulai gemetar karena semua perasaan negatif yang menyeruak dari dalam hatiku.

Aku telah kehilangan sesuatu bahkan ketika belum sempat memilikinya.

Wajah kakek juga berubah menjadi murung, ketika dia mendengar pertanyaanku yang begitu menyesakkan untuk dibahas.

"Heuh... jujur memang bukan kecelakaan yang jadi penyebab kematian Ayahmu."

"Jadi…?"

"Ayahmu dulunya juga merupakan seorang Ksatria Pengawas Roh Tingkat Atas, tetapi ia terbunuh karena perseteruan dengan seorang buronan paling dicari di Dunia Fana dan Dunia Roh. Dia memiliki level buronan tingkat SS. Dan kejadian itu terjadi pada saat malam kelahiranmu."

Aku tak bisa menahan luapan emosi ini, seluruh tubuhku tak bisa berhenti bergetar sangat kuat.

Semua kesedihan dan penyesalan itu ternyata disebabkan oleh seseorang.