33 Part 33

Jiyong sedang termangu sendirian di ruang tamu apartemennya. Mengingat keadaan jimin sepulang dari taman tadi siang. Pemuda mungil itu menangis di pelukannya. Menangis pilu seakan menunjukkan sebuah kerinduannya pada seseorang yang sempat di temui nya tadi. Jiyong sudah mengetahuinya, mengetahui perihal pertemuan jimin dengan mantan suaminya dari Tin, pemuda Thailand itu.

Jiyong tahu bahwa jimin sangat merindukan orang itu namun dengan berat hati ia menepis semuanya, jimin ingin meninggalkan masa lalunya namunย  hatinya seolah mengkhianati.

Jiyong ingin sekali membujuk jimin agar mereka kembali saja ke Korea namun, ia juga tak ingin pria Jeon itu menyakiti jimin kembali. Mengembalikan ke mantan suami jimin? Tentu itu juga bukan pilihan yang bagus. Jiyong pernah mendengar dari pengakuan jimin jika pria itu pun sama saja. Pria tempramen yang tak mau mendengar penjelasan terlebih dulu. Tapi, yang membuat jiyong mendengus kala jimin sangat mencintai suaminya di samping sifat tempramen pria itu seorang yang romantis dan penuh kasih sayang hanya berubah seperti iblis saat pria itu marah.

Jiyong menatap pintu kamar jimin yang tertutup rapat mungkin tengah di kunci dari dalam. Setelah menangis tadi jimin langsung masuk ke dalam kamar hingga malam ini ia belum juga keluar. Jiyong menghela nafasnya lelah kemudian ia mengusap wajahnya kasar. Sebenarnya ia ingin jimin bahagia meski ia tahu jimin lah bukan siapa-siapa hanya seseorang yang kebetulan mirip dengan kekasihnya dulu. Dan kembali jiyong menghela nafasnya sambil menatap langit-langit ruangan itu hingga suara ponselnya memecah keheningan saat itu.

๐˜ฟ๐™ง๐™ฉ๐™ฉ ๐˜ฟ๐™ง๐™ง๐™ฉ๐™ฉ

Terlihat di layar ponselnya seseorang yang sudah beberapa hari yang lalu menghubunginya hanya menanyakan kabarnya karena telah lama tak bertemu. Dengan enggan jiyong mengangkat telepon itu dan langsung terdengar suara seorang pria menyapanya.

"Hai bro!"

"Hum.. Ada apa?" Ucap jiyong dengan malas.

"Yah... Sudah lama tak bertemu dan beberapa hari yang lalu kau baru bisa di hubungi. Seperti inikah tanggapanmu?!" Ucap orang di seberang sana tak Terima.

"Hah.. Maaf bukan maksudku tak menghargai kau menghubungi ku. Hanya... Aku dalam mood yang kurang baik."

"Ada apa? Ceritakan padaku. Kita sudah berteman lama dan 8 tahun kau menghilang begitu saja. Sekarang aku baru mengetahui kabarmu dan sekarang dalam keadaan yang tak baik. Hei.. Kau anggap apa aku?! Apa benar kita masih berteman?" Ucap pria itu tak Terima.

"Oke maafkan aku. Aku sedang dalam masa yang sulit saat ini. Kau tahu, setelah mendengar bahwa jinan telah pergi aku begitu frustasi dan saat seseorang datang.. Ah tidak, aku menariknya masuk dalam kehidupanku. Namun sekarang aku merasa bersalah padanya karena keegoisanku."

"Heol.. Kau menemukan penggantinya? Siapa apa aku mengenalnya?"

"Tidak, kau tidak mengenalnya namun orang itu sangat mengingatkanku pada sosok jinan seakan dia adalah reinkarnasi dari gadis itu." Ucap jiyong sambil menerawang jauh kedepan.

"Kau jatuh cinta pada wanita itu?"

"Sayang sekali dia bukan seorang wanita."

"M-maksudmu?"

"Dia pria, dia seorang pria yang sangat mirip dengan gadis itu."

"Tunggu.. Tunggu.. Maksudmu seorang pria yang mirip dengan jinan?"

"Ya."

"Aku jadi mengingat seseorang yang juga mirip dengan jinan. Namun sekarang dia pergi entah kemana."

"Benarkah?" Ucap jiyong sambil menaikkan kedua alisnya.

"Hum, dia adik dari kekasihku."

"Bagaimana dia bisa pergi apa dia lari dengan kekasih atau di..culik?"

"Dia di bawa lari oleh pria yang katanya terobsesi padanya tapi, setelah beberapa minggu kemudian dia menghilang entah kemana."

"Apa pria itu yang membawa kabur?"

"Tidak. Keadaan pria itu sama frustasinya dengan suami pemuda yang menghilang itu."

"Dia sudah menikah?"

"Ya, tapi mereka sudah bercerai." Jiyong mengerutkan keningnya. Sepertinya....

"Tunggu dulu. Pemuda yang menghilang itu punya suami namun sudah bercerai dan pria itu menghilang dari pria yang membawanya kabur dari suaminya?"

"Benar."

"Boleh tahu siapa nama pemuda itu?" Jiyong merasa dadanya sesak menunggu jawaban dari temannya. Berharap bukanย  pemuda yang saat ini bersamanya.

"Park Jimin."

๐˜ฟ๐™š๐™œ

Jiyong seketika terperanjat berdiri dari duduknya dengan kedua mata yang melebar.

"A-apa? P-park Jimin?"

"Ya jiyong. kenapa kau mengenalnya?"

"D-daniel... D-dia ada b-bersama ku." Ucap jiyong terbata.

"APA?! jadi kau....

"Tidak, dengarkan aku dulu Daniel-ah. Aku akan menceritakan padamu kenapa Jimin ada bersamaku." Ucap jiyong dengan cemas dan berharap Daniel mau mendengarkan penjelasannya.

"Aku tak menyangka kau berbuat seperti ini Kwon Jiyong! Kau ternyata sama saja dengan pria Jeon itu!" Ucap Daniel dengan nada tingginya. Dia tak pernah menyangka jika jimin bersama Jiyong teman lamanya.

"Tidak Daniel-ah, ku mohon dengarkan aku sekali saja. Aku akan menjelaskan semuanya padamu kenapa jimin bersama ku.".

"Baiklah katakan apa yang ingin kau jelaskan padaku?!"

Setelah itu jiyong pun menceritakan asal mula dari jimin yang kini tinggal bersama tanpa menambah atau mengurangi di setiap ceritanya.

"Jadi jimin sendiri yang setuju ikut denganmu?"

"Ne keadaannya baik di sini. Aku menjaga jimin seperti aku menjaga adik ku sendiri. Meski harus memendam perasaanku padanya." Kemuduan jiyong mendengar helaan nafas dari Daniel.

"Baiklah aku mohon jaga jimin di sana. Mungkin aku dan Sungwoon akan menyusulmu ke Thailand untuk mempertemukan jimin dengan kakaknya. Kau tahu Sungwoon setiap hari menangisi jimin karena ia mengkhawatirkan nya dan juga karena jimin tengah hamil."

"Ne Daniel-ah aku menjaga jimin dengan baik dan untuk kandungan jimin juga baik-baik saja aku selalu menemaninya saat jadwal cek up nya setiap bulan. Dan syukurlah bayi dalam kandungannya dalam keadaan sehat."

"Syukurlah. Gomawo jiyong-ah.. Aku titip jimin padamu. Aku dan Sungwoon akan segera menemui kalian di sana."

"Pasti, aku pasti akan menjaga jimin dengan baik. Ku tunggu kunjungan kalian. Jika kalian sampai di Thailand aku yang akan menjemput kalian di bandara."

"Ne jiyong-ah. Baiklah aku tutup sampai jumpa jiyong-ah."

"Nde Daniel-ah."

Sambungan pun akhirnya terputus, jiyong pun akhirnya bernafas lega kemudian ia baru ingat jika malam ini jimin belum keluar untuk makan malam.

Ia pun melangkahkan kakinya ke arah kamar jimin lalu mengetuk pintunya.

๐™๐™ค๐™  ๐™๐™ค๐™  ๐™๐™ค๐™ 

"Jimin-ah! Apa kau sudah tidur?" Tak ada sahutan dari dalam dan jiyong pun mencoba membuka pintu kamar jimin berharap jimin tak mengunci pintu itu.

๐˜พ๐™š๐™ ๐™ก๐™š๐™ 

๐˜›๐˜ฆ๐˜ณ๐˜ฃ๐˜ถ๐˜ฌ๐˜ข

Pintu nyatanya tak di kunci oleh jimin. Dengan perlahan jiyong memasuki kamar itu. Berjalan mendekat ke arah ranjang yang di isi oleh pemuda mungil yang kini meringkuk di balik selimut tebalnya. Mungkin jimin tertidur karena lelah menangis.

Jiyong pun mendudukkan dirinya di tepi ranjang menatap jimin yang tampak tertidur pulas kemudian perlahan tangannya terulur untuk mengusap pipi jimin yang memerah akibat terlalu banyak menangis matanya pun tampak membengkak.

"Bebanmu begitu berat sehingga kau seperti ini jimin-ah. Mungkin terdengar egois tapi.... Tak bisakah kau memandangku sebagai seorang pria dan bukan sebagai kakak untukmu jimin? Aku sangat mencintaimu bukan karena kau mirip dengan jinan tapi, karena aku tulus mencintaimu dari hati ku. Hah... Namun jika memang tak bisa, aku tetap senang jika hanya sebagai seorang kakak untukmu. Aku akan menjagamu dengan bayi yang ada di dalam perutmu. Aku berjanji padamu." Lirih jiyong kemudian ia mendekatkan wajahnya pada jimin. Kemudian memberikan kecupan pada kening pemuda mungil yang sedang terlelap itu. Setelahnya jiyong pun beranjak pergi dari ruangan itu.

Setelah jiyong benar-benar keluar dari kamar jimin,ย  nyatanya pemuda mungil itu membuka matanya menatap lurus pada pintu kamarnya. Jimin sebenarnya sudah terlelap namun ia merasa tidurnya terusik saat jiyong menyentuh pipinya dan saat akan membuka matanya, jimin mendengar jiyong berbicara kemudian jimin mengurungkan niatnya untuk membuka matanya dan memilih mendengarkan ucapan jiyong hingga selesai.

"Mianhe hyung.." Ucap jimin dengan di ikuti air matanya yang menetes dari sudut matanya.

๐™๐˜ฝ๐˜พ

avataravatar
Next chapter