3 第2章

Hari telah berganti, siang itu pemuda mungil kembali menghela nafasnya jengah. Sudah tiga hari dirinya terjebak di dalam kamarnya. Meski kamarnya sangat luas namun Zhimin merasa ruangan itu seperti menghimpit nya dan membuatnya sesak. Ia sungguh bosan karena selama beberapa hari ini yang ia lakukan hanya makan, tidur, membaca buku untuk mengalihkan rasa bosannya, dan memainkan ponselnya. namun, kemarin malam ayahnya merampas ponselnya saat ia tengah menghubungi temannya hanya sekedar untuk mengobrol.

Kembali menghela nafas saat teringat kejadian itu. "Aku bosan! Kenapa papa tega membuatku seperti ini, Apa ia memang ingin membuatku mati dalam keadaan seperti ini?" Zhimin merasa sangat kesal pada ayahnya. Namun ia juga tidak bisa berbuat apa-apa. Zhimin pun membanting tubuhnya ke ranjang nya dan kembali menghela nafas.

Tanpa Zhimin ketahui di dalam ruangan lain tepat nya ruangan pengawas di mana terletak beberapa layar monitor menampilkan setiap sudut rumah dan ruangan lain juga bagian luar rumah itu. Zhu Yi long, ayahnya tengah mengawasinya dengan tersenyum tipis duduk di depan layar monitor yang sedang menampilkan aktivitas Zhimin di ruangan pribadi yang ada di dalam sana. Tidak mungkin bukan orang lain yang  mengawasi putra manisnya yang entah akan melakukan apa saja nantinya di dalam kamar itu.

"Putraku manis sekali saat merajuk, sayang sekali sedikit membangkang." Ucapnya sambil melipat kedua tangannya di depan dada.

𝙏𝙤𝙠 𝙏𝙤𝙠 𝙏𝙤𝙠

"Duibuqui xiansheng, saya membawa beberapa catatan pelajaran yang sudah saya copy serta rekaman penjelasan dari setiap mata pelajaran." Ucap Jacky yang baru saja masuk dan menyerahkan beberapa kertas dan sebuah tape recorder ke atas meja yang ada di depan Yi Long.

"Bagaimana ke adaan di pelabuhan Shanghai? Apa Bao yu mampu mengawasi semuanya?" Tanya Yi Long pada Jacky.

"Sempat terjadi kendala, karena perompak dari Italia datang."

"Angelo?"

"Shi tuan, karena pelabuhan Shanghai baru saja menjadi markas baru kita setelah Shenzen dan Guangzhou, tuan Angelo tidak mengetahui jika pelabuhan Shanghai telah beralih tangan. Namun, semua telah teratasi dengan baik." Jelas Jacky. Yi long hanya menganggukkan kepalanya mengerti dan berniat untuk mengetahuinya secara jelas dari anak buahnya yang bernama Bao yu yang ia tugaskan untuk mengawasi pelabuhan itu.

"Ah.. Tuan maaf, ada masalah di gudang senjata yang berada di Beijing"

"Masalah apa?"

"Tuan Lim memalsukan sebagian surat pengiriman dari senjata yang akan di kirim ke Jepang. Tuan Lim menambahkan jumlah kurang lebih 10% dari barang yang akan kita kirim dan berniat menyelundupkan nya ke Singapura."

"Kau sudah menyelidikinya?"

"Sudah tuan, Tao sudah memberikan copy an dari surat pengiriman dan sebuah video CCTV yang menayangkan pembicaraan tuan Lim dengan seseorang di salah satu ruangan di Gudang itu."

"Bagus, terus awasi Lim dan buat pengiriman ke Singapura gagal. Setelah itu seret pria itu ke hadapanku." Ujar Yi Long dengan tenang meski hatinya menahan Amarah.

"Shi Xiansheng, saya permisi." Ucap Jacky dengan membungkukkan badannya kemudian meninggalkan ruangan itu.

"Kita lihat Lim, sampai mana kau berkhianat." Ucap Yi Long sambil menyeringai dan matanya kini kembali menatap putranya yang saat ini tengah terlelap di ranjang nya dengan posisi telentang dengan mulut yang sedikit terbuka.

"Hah.. Lihatlah anak manis ku ini, cara tidurnya sungguh menggemaskan." Ucapnya sambil terkekeh.

***

Di tempat lain, Zhu Yi Feng saat ini sedang berada di Bandara Shanghai Pudong International untuk menjemput salah satu temannya dari Korea di temani sang sahabat, Xiao Zhan.

Berkali-kali Yi Feng melirik ke arah pergelangan tangannya yang terdapat sebuah jam tangan yang melingkari nya. Sudah hampir satu jam Yi Feng menunggu bersama Xiao Zhan yang saat ini tengah duduk sambil melihatnya mondar mandir di depannya.

"Yi Feng, bisa kah kau berdiri dengan tenang tanpa mondar-mandir?! Kau tahu, aku pusing melihatmu seperti itu hampir satu jam!" Ucap Xiao Zan.

"Bì zuǐ! (𝘋𝘪𝘢𝘮𝘭𝘢𝘩)"

"Suí nǐ. (𝘛𝘦𝘳𝘴𝘦𝘳𝘢𝘩.)" Ucap Xiao Zan mengangkat bahunya acuh.

Setelah sepuluh menit berlalu Yi Feng dan Xiao Zan masih menunggu di bandara itu dan tak berapa lama seorang pria memakai kaca mata hitam dengan koper di tangan kirinya tengah berlari ke arah mereka.

𝘿𝙧𝙖𝙥 𝘿𝙧𝙖𝙥 𝘿𝙧𝙖𝙥

"Hah.. Hah.. Mianhe membuat.. kalian menunggu.." Ucap pria itu sambil membungkukkan badan dengan kedua tangan bertumpu pada lututnya dengan nafas yang tersengal akibat berlari.

Yi Feng menatap datar pada pria itu dan Xiao Zan kini berdiri dari duduknya.

𝙋𝙚𝙡𝙚𝙩𝙖𝙠

"Sialan kau! Kalau bukan temanku sudah ku lubangi kepalamu." Pria itu tampak meringis ngeri mendapat pukulan di belakang kepalanya juga setelah mendengar ucapan temannya yang sangat santai dengan wajah datarnya.

"Mianhe, tadi pesawat ku delay karena ada masalah pada mesinnya dan harus mengalihkan penumpang pada pesawat lainnya." Ucapnya menyesal

"Em.. Duibuqui, kalian melupakanku!" Ucap Xiao Zan tak Terima karena di abaikan.

"Kekanakan." Gerutunya Yi Feng sambil memutar bola matanya malas.

"Baiklah kenalkan dia sahabatku Xiao Zan dan Xiao Zan kenalkan dia Jackson Wang. Dia lahir di negara ini hanya saja ia di buang orang tuanya ke Korea untuk tinggal dengan zufumu."

"Brengsek! Siapa yang di buang sialan! Mereka menyuruhku tinggal di Korea karena memintaku menemani helmonie dan haraboji ku saja!" Ucap pria bernama Jackson tak terima.

"Shii.. Tepatnya di usir secara halus."

"Yak!!"

"Sudahlah kalian ini, apa kalian lupa kita masih di tempat umum?" Ucap Xiao Zan mengingatkan.

"Apa peduli ku?!" Ucap Yi Feng acuh kemudian berjalan meninggalkan dua orang yang kini menganga tak percaya.

"Dasar bukit es, masih sama saja sifatnya." Ucap Jackson sambil menggelengkan kepalanya.

"Duibuqui Jackson, moodnya sedang buruk saat ini."

"Ada apa memangnya?"

"Dia sedang kesal pada ayahnya karena adiknya."

"Jimin?"

"Zhimin tepatnya."

"Aku lebih suka memanggil si imut itu jimin lebih mudah di lidah orang Korea seperti ku."

"Hao ba, dou keyi (baiklah, terserah) , kita pergi sekarang." Ucap Xiao Zan sambil melenggang pergi meninggalkan Jackson dengan raut penasarannya. Kemudian ia pun beranjak mengikuti Xiao Zan keluar dari bandara.

"Yak! Katakan apa yang terjadi dengan Jimin hingga membuat Yi Feng kesal! Hei.. Yak! Sialan!"

***

𝙆𝙡𝙞𝙠

𝘾𝙚𝙠𝙡𝙚𝙠

Yi long membuka kunci pintu kamar Zhimin, kemudian ia pun masuk ke dalam kamar itu. Matanya menangkap pemandangan di mana putra manisnya kini tengah meringkuk dengan kernyitan di kening. Yi Long pun mendekat ke arah ranjang Zhimin, mendudukkan diri pada tepi ranjang. Membawa tangannya terulur untuk mengusap lembut pipi Chubby Zhimin yang berhiaskan memar kemerahan yang mulai memudar.

Yi Long merasa bersalah saat mengingatnya, dimana ia telah menyakiti putranya itu. Dan kini ia menghela nafasnya untuk menepis rasa sesak yang ia rasakan.

"Eunghh.." Sebuah lenguhan keluar dari bibir tebal Zhimin. Merasa terusik saat merasakan sebuah tangan mengusap pipinya.

Yi Long menarik tangannya saat putranya menggerakkan tubuhnya untuk meregang.

"Emm.. Jam berapa ini?" Gumam Zhimin masih dengan menutup matanya.

"Masih pukul 5 sore sayang." Jawab Yi Long dengan senyum nya.

"Jam 5?"  Zhimin mengangguk kan kepalanya belum sadar dengan sekitar, hingga..

𝙎𝙧𝙚𝙩

Zhimin menegakkan tubuhnya dengan membelalakkan matanya saat sadar bahwa ada seseorang di kamarnya.

"P-papa?" Ucap Zhimin gugup. Kemudian Zhimin pun menundukkan kepalanya. Masih merasa takut pada ayahnya.

"Kenapa sudah bangun? Bukannya baru setengah jam kau tertidur." Zhimin menggelengkan kepalanya.

"T-tidak papa."

Yi Long mengulurkan tangannya untuk mengusap kepala Zhimin.

"Apa kau marah pada Papa karena sudah memukulmu sayang?" Tanya Yi Long dengan menatap Zhimin lembut.

"Tidak pa, Zhimin tidak marah pada Papa karena memang Zhimin yang bersalah." Yi Long pun tersenyum.

"Kemarilah." Zhimin mendongakkan kepalanya menatap uluran tangan yang ada di depannya setelah mendengar ucapan ayahnya.

"Kemari sayang." Ucap Yi Long lagi dan Zhimin pun membalas menerima uluran tangan besar ayahnya dengan ragu.

Setelah Zhimin menerima uluran tangannya, Yi Long menarik putranya untuk turun dari ranjang kemudian membawanya mendekat padanya untuk mendudukkan putranya di pangkuannya.

"Ternyata bayi kecil papa sudah dewasa sekarang. Sudah berani membangkang." Ucap Yi Long sambil memeluk putranya menenggelamkan tubuh mungil putranya ke dalam pelukannya di depan dada dengan kepala Zhimin yang berada di ceruk leher sang ayah hingga dapat tercium harum maskulin yang menenangkan.

Zhimin tersenyum dengan rona pipi yang kini memerah. Zhimin sangat merindukan saat-saat seperti ini dimana ayahnya selalu memberikan perhatian dan pelukan seperti saat ini.

"Duibuqui papa, Zhimin telah melakukan kesalahan hingga papa marah."

"Sstt.. Sudah ya sayang, papa minta maaf sudah memukulmu."

"Um." Yi Long pun tersenyum kemudian ia pun teringat sesuatu. Yi Long pun mengambil beberapa kertas dan tape recorder yang sedari tadi berada di sampingnya.

"Sayang, papa membawakan catatan pelajaran untuk beberapa hari yang lalu dan juga rekaman penjelasan dari beberapa materi mata pelajaran. Tadi Jacky yang memberikannya." Zhimin pun melepas pelukan ayahnya menatap tumpukan kertas dan tape recorder yang ada di pangkuannya.

"Eh.. Jacky Gege membawakannya untuk ku?"

"Shi, papa yang memerintahkan nya agar kau tak tertinggal mata pelajaran saat kau libur." Zhimin tersenyum hingga menampilkan senyum bulan sabit khasnya.

"Xiexie papa!" Ujar Zhimin dengan memeluk tubuh kekar ayahnya. Yi Long pun tersenyum melihat putra manisnya senang meskipun itu hanya hal kecil saja. Namun, dapat membuatnya sangat senang.

Yi Long pun mengecup puncak kepala putranya, "Hao ba, sekarang belajarlah. Malam nanti papa akan ke Beijing untuk mengurus masalah di sana." Jimin mengerutkan keningnya menatap sang ayah penasaran.

"Masalah?"

"Shi, si tua Lim membuat masalah di sana. Papa harus turun tangan kali ini."

"Apa Juan Gege tidak bisa menyelesaikannya tanpa papa turun tangan?" Tanya Zhimin sedikit berharap sang ayah tak meninggalkannya hari ini karena ibunya sedang berada di Jepang dan kakaknya? Entahlah.

Yi Long tersenyum, "Tidak bisa sayang, Juan tidak bisa menyelesaikannya sendiri, kali ini hanya papa yang bisa menyelesaikannya.

"Hao ba, berhati-hatilah. Zhimin tidak ingin papa terluka." Ucap Zhimin yang tampak khawatir terlihat dari raut wajahnya yang berubah sendu sambil tangannya mengusap rahang tegas ayahnya.

"Tenang saja sayang, Papa akan baik-baik saja ada Minghao bersama Papa." Sekali lagi Yi Long mengecup kepala putranya kemudian ia mengangkat tubuh mungil Zhimin bridal style ke arah meja belajar dan mendudukkan Zhimin ke kursinya.

"Belajar lah yang rajin, jangan khawatirkan papa. Papa janji akan pulang dengan keadaan baik-baik saja." Yi Long mencoba meyakinkan putranya. Kemudian Zhimin pun tersenyum dan menganggukkan kepalanya kemudian mengecup pipi kiri dan kanan papanya.

"Papa pergi sekarang."

"Um, hati-hati!" Setelah itu Yi Long pun pergi dari kamar Zhimin meninggalkan putranya yang kini mulai mencatat copy an dari kertas-kertas materi dari Jacky, tangan kanan ayahnya.

𝙏𝘽𝘾

avataravatar
Next chapter