1 Malu

Suasana di sekolah "Informatika" tampak ramai seperti biasa. Para murid tampak tidak beraturan. Dengan berpakaian tidak rapi tanpa mengenakan dasi berjalan dengan percaya diri.

Ashima adalah gadis berusia 17 thn. Dengan tinggi hanya 160 cm ia tidak tampak seperti gadis yang cerdas. Kulitnya sawo matang, putih tidak hitam tidak. Wajahnya tidak begitu cantik .

Saat itu Ashima seorang siswa kelas 2 SMK jurusan informatika. Menjadi seorang murid di informatika bukanlah keinginan Ashima dia lebih ingin menjadi seorang model, pramugari, polwan atau setidaknya menjadi photography. Tapi tidak satupun menjadi cita-citanya. Dia tau semua keinginan nya tidak akan terpenuhi karena dia sadar keluarganya tidak ada yang mampu membiayai sekolah seperti permodelan, pramugari dan polwan dengan keadaan ekonomi yang paspasan. Bahkan dia tidak mempunyai ahli menjadi seorang photography.

Ashima seorang gadis yang baik, meskipun kedua orang tua nya tidak bisa memenuhi keinginan nya, dia tetap berbakti kepada kedua orang tua nya. Ashima seorang anak sekaligus murid yang taat pada aturan, apalagi dia mempumyai ayah yang begitu tegas terhadap apapun dan siapapun termasuk Ashima.

Bagi Ashima menjadi siswa di sekolah informatika tidak begitu membosankan dia bertahan demi merubah kehidupan Ashima dan keluarga. Meskipun pada awal semester kelas 1 dia jarang masuk sekolah, sejak kecil dia sering sakit-sakitan meskipun bukan penyakit mengerikan entah apa alasannya namun itu terjadi sejak duduk di bangku kelas 2 SD.

Ashima tidak pernah putus asa, ia bertekad untuk membanggakan orang tua nya sebelum dia melakukan gaya hidup sesuai keinginan nya. Ashima tidak begitu cantik tapi ia gadis manis yang memikat banyak hati pria, Tapi Wildan bukan salahsatunya.

Wildan adalah pria yang ia sukai semenjak bertemu dengannya. Ia menghambakan dirinya hanya untuk mencintai dalam diam. Wildan adalah kakak kelas Ashima, tetapi wildan tidak pernah mencintai Ashima. Bagaimana Ashima tidak jatuh cinta, Wildan pria yang tampan tapi dia bukan tipe pria yang tebar pesona, ia pria yang polos tidak tahu cara memanfaatkan ketampanannya untuk menggoda para wanita, tetapi hal ini yang membuat Ashima begitu tertarik pada Wildan, ia semakin mengejar-ngejar Wildan, tidak sedikit pria di kehidupan Ashima tidak sedikit pula yang menjadi kekasih Ashima di Sekolah, saat itu tidak ada cinta untuk pria manapun kecuali Wildan.

Bagi Ashima mempunyai pacar di sekolah tidak begitu penting, seorang pacar baginya hanya les tambahan di sekolah tidak lebih, meskipun tidak ada perubahan pada ranking Ashima. Ia tetap berada di sepuluh besar di kelas.

Wildan menjadi inspirasinya untuk setiap harinya di sekolah, ia adalah alasan untuk Ashima tetap tersenyum dalam keadaan apapun, ia menjadi alasan Ashima tetap sehat. Ashima hanya mencintai Wildan, tidak ada pria manapun yang dapat menarik hatinya. Bagi Ashima tidak ada komitmen dan tidak ada aturan dalam hubungan Ashima, tidak suka ya tinggalkan, itu prinsip Ashima dalam berpacaran. Banyak pria patah hati hanya karena Ashima sering memutuskan sebuah hubungan hanya karena alasan kecil.

Tapi ada juga saatnya Ashima hancur hanya karena masalah hati. Wildan yang tidak pernah melirik Ashima membuat Wildan tidak menjadi tokoh utama dalam hati Ashima, mungkin hanya tinggal setengahnya. Kehancuran Ashima berawal di mesjid sekolah, setiap pukul 10.00 WIB dijam istirahat sekolah Ashima selalu pergi ke mesjid bersama mila dan ulfah untuk Shalat dzuha, beruntung Ashima mempunyai teman yang baik dan religius, sehingga Ashima tidak pernah terjerumus pada hal yang negative.

Tio dan Ashima sering bertemu sebelum dan setelah shalat dzuha, tapi saat itu mereka tidak saling mengenal. Sepulang sekolah Ashima berfoto selfie dan meng-upload ke instagram miliknya sembari menunggu ayahnya menjemput sekolah di pos satpam.

Dan sampainya ia dirumah, Ashima langsung pergi rebahan diatas kasur empuk dikamar Ashima tanpa mengganti baju. Tak lama saat ia sedang membuka instagram dan masuk pada akun instagram milik Ashima dari Tio.

"kakak terlihat sangat cantik"

"efek kamera mungkin" balasnya

"tidak, aku yakin kakak seorang gadis yang cantik parasnya juga hatinya"

"ah masa?...….. bodo" dasar gombal ujarku dalam hati"

"iya kak, setiap hari kita bertemu saat shalat dzuha, masih ragu?"

Aku heran ternyata dia mengenaliku, "sudahlah tidak begitu penting terus membalasnya" menggerutuk sendiri dengan nada sinis. Tapi Ashima penasaran karena pria itu memanggil dia kakak, Ashima pun langsung membalas pria itu kembali.

"oh,ternyata kamu sekolah di kejuruan informatika juga, gak ngomong sih, kebanyakan gombal" jawabku sinis

"iya kak, maaf saya lancang"

"telat, kamu kelas 1? "

"sekali lagi maaf kak"

"saya kelas 2 kak" balas Tio

"nha lho, terus kalo samaan kelas 2 ngapain panggil kakak, emangnya aku udah kelihatan tua?" balas Ashima dengan nada kesal.

"ya memangnya kenapa , bahasa tidak membeli bukan? Memanggil kakak bukan berarti kamu terlihat tua, tapi hanya saja cara untuk menghormati kamu sebagai wanita" balasnya.

"oh" balas Ashima singkat

Saat itu Ashima benar-benar merasa malu dengan ucapan pria itu, dia merasa sedang duduk manis di kursi sambil di nasehati ibunya. Entah apa yang membuat Ashima berperasaan aneh. Namun kisah itu baru saja dimulai.

avataravatar
Next chapter