1 SSRoE 1 Bencana diujung hari

Elleta Ido tidak tahu harus berbuat apa.

Wanita usia awal tiga puluh tahun itu hanya bisa diam berdiri mendapati dua sosok tidak bernyawa dihadapannya. Seorang pria berkaca mata yang kaca matanya sendiri sudah tidak berada diposisi yang seharusnya, tergeletak menghadap jendela pecah menuju taman belakang.

Sedangkan, sosok gadis kecil satunya berada tidak terlalu jauh dari pintu kamarnya sendiri. Mata gadis itu masih membelalak terkejut. Jelas kematiannya tidak pernah ia sangka akan datang secepat ini. Bahkan usianya baru menginjak lima tahun.

"Elliot, apa yang terjadi?" pekik Elle lirih. Kemudian berjalan cepat ke tubuh suaminya yang tergeletak.

Pertanyaan Elle sama sekali tidak mendapat jawaban dari suaminya. Mungkin bisa dibilang sudah menjadi mendiang suami. Pria itu jelas sudah tidak dalam keadaan hidup. Napasnya jelas sudah menghilang lebih dari sepuluh menit yang lalu.

Bahkan tubuhnya mulai pucat dan kaku.

Ada bekas tembakan di dada kiri tubuh Elliot. Tepat mengenai jantung. Jelas itulah sumber kematian bagi pria malang tersebut.

Elle semakin frustasi dangan terus menggoyang-goyangkan tubuh Elliot, berharap pria yang tujuh tahun lalu mengucap sumpah janji setia sebagai pasangan hidupnya akan membuka matanya. Kembali hidup.

Elle masih berharap Elliot akan kembali sadar dan semua ini hanyalah keisengan yang mereka lakukan karena 35 menit lalu mereka bertengkar karena hal sepele lalu ia pergi begitu saja setelah Ellisa meminta dibelikan beberapa kaleng soda di minimarket terdekat.

Elle jelas mengingat apa yang telah membuat ia dan Elliot berdebat, semua itu tidak lain dan tidak bukan hanya karena masalah pekerjaan Elliot semata. Tentang pekerjaan Elliot sebagai dokter Istana Utama di Kekaisaran Galaksi Solar yang amat sangat menyita waktu untuk keluarga kecilnya.

Selama ini Elle tidak pernah merasa keberatan akan kesibukan Elliot yang hanya pulang satu hari sekali dalam satu bulan. Hanya saja, hari ini adalah hari ulang tahun Ellisa yang kelima.

Hari yang seharusnya mereka habiskan bersama demi buah hati mereka tercinta namun nyatanya terganggu oleh panggilan mendadak dari Istana Utama.

Dari situlah ia dan Elliot bertengkar memperdebatkan niatan Elliot yang akan pergi meninggalkan mereka menuju Istana Utama. Perjalanan yang harus ditempuh dalam waktu dua setengah jam serta menembus malam berkabut.

Perlu diingat, malam-malam di bulan Februari disebagian besar wilayah Kekaisaran Galaksi Solar rawan berkabut dan sangat tidak ramah untuk perjalanan jauh.

Pada akhirnya, Elle berhenti menggoyang-goyang tubuh Elliot karena hanya menjadi sebuah tindakan percuma. Pria-nya kini tidak akan mungkin bangun untuk menjelaskan apa yang terjadi sebenarnya.

"Ellisa..." pekik Elle kemudian berpindah berlari kearah puterinya terbaring tidak bernyawa.

Dihadapan tubuh putih pucat nan kaku anak semata wayangnya, Elle tidak bisa lagi menahan tangis. Air matanya berderai seperti banjir bandang. Lagi dan lagi.

Putrinya yang cantik kini telah tiada dengan cara yang Elle tidak tahu bagaimana dan kenapa. Dan hal itu hanya semakin menambah deras tangis Elle.

Begitu dengan Elliot sang ayah, pun dengan Ellisa terdapat jejak peluru di dada kiri. Tepat mengenai jantung.

Dalam beberapa detik tangisnya Elle meraung pilu.

Malam yang ia hadapi terlalu kejam untuk bisa ia terima dengan akal sehatnya. Tidak. Elle tidak bisa menerima hal ini begitu saja.

Elle berusaha mengusap pipinya dengan salah satu tangan, sedangkan kedua matanya ia palingkan keseluruh ruangan. Ruang tamu villa mungilnya kini menjadi sangat berantakan. Seperti sesuatu yang berbau perkelahian dan tembakan telah terjadi.

Kaca-kaca dari jendela dan pintu belakang menuju taman pecah berhamburan memenuhi seluruh ruang tamu. Sofa dan bantal dipenuhi lubang peluru dari jarak jauh.

Ini tidak masuk akal, pikir Elle...

Dalam mengurai tangis dan mencoba berhenti menangis Elle mengangkat tubuh mungil putrinya keluar, ia berniat membawa ke rumah sakit. Begitu juga dengan Elliot.

Setelah memasukkan tubuh Ellisa di kursi belakang, Elle kembali kedalam rumah untuk membawa tubuh suaminya. Namun, sesuatu hal tidak terduga terjadi.

"Jangan bergerak, nyonya." bisik seorang pria dari arah dapur dengan suara kejam.

Keadaan rumah tidak terlalu gelap dan remang-remang, Elle bisa melihat pria tersebut sedang menodongkan pistol kearahnya. Berdiri tegap dalam jarak tidak kurang dari lima meter disudut pintu dapur.

"Apa maumu?" pekik Elle mencoba tidak panik.

Tentu bohong jika ia bisa bersikap setenang elang. Elle hanya mencoba menggertak pria itu yang walaupun jelas ia tahu betul tidak ada gunanya. Samar bisa Elle lihat jika pria itu menyeringai sinis padanya.

"Berikan kotak itu, nyonya. Jika ingin nyawamu aku ampuni. Sekarang!" desis pria itu perlahan berjalan mendekat.

Langkah kakinya terdengar menggema di seluruh ruangan yang sunyi. Suara yang dihasilkan dari gesekan sepatu boot besi pria itu dengan lantai marmer menyanyat hingga ke ulu hati Elle.

Jelas pria itu bukan orang sembarangan yang bisa takut oleh getakan kecil Elle.

"Kotak?" Elle tidak bisa berpikir jika yang pria itu maksud adalah kotak cincin pernikahan yang Elliot lempar ke bawah tempat tidur tadi ketika mereka bertengkar.

"Jangan pura-pura tidak tahu, nyonya. Suamimu, sebelum kematiannya mengatakan benda itu ada padamu." pria itu kembali berdesis. Jarak antara mereka sekarang hanya tiga meter.

Jika benat kotak yang pria itu maksudkan maka itu hanyalah sebuah kotak cincin warna hitam emas kosong tanpa isi. Tidak ada apapun didalamnya selain kain yang membalut kotak terbuat dari plastik kaca.

"Sungguh aku tidak mengerti apa yang kamu maksud. Kotak apa itu? Ada terlalu banyak kotak didunia ini dan aku pun jarang berurusan dengan benda berkotak yang kamu maksud itu dan ... atau semacamnya." teriak Elle histeris.

Ia kesal, amat sangat merasa kesal kepada Elliot.

Bagaimana Elle tidak kesal kepada suaminya yang seharusnya ia tangisi karena mati mendadak?

Kenapa diujung kematiannya, pria egois itu masih membawa-bawa namanya untuk menyelamatkan diri?

Apa sebenarnya kotak yang pria gila itu cari?

"Benarkan?" cebik pria itu menyeringai buas.

"Sungguh. Jika kamu bisa katakan lebih detail kotak sialan apa itu, tentu saja, dengan senang hati akan aku cari untukmu." tangis Elle frustasi. Air matanya kembari berderai jatuh di kedua pipinya.

"Jaga bicaramu, nyonya." ujar pria itu tidak senang. Raut wajahnya kini terlihat jelas.

Pria itu sungguh menakutkan.

...

Tiba-tiba Elle teringat akan Ellisa yang sendirian didalam mobil.

Jika Elle tidak cepat menyelesaikan urusannya dengna pria misterius penggila kotak sialan peninggalan Elliot yang entah dimana oleh mendiang suaminya sembunyikan maka tubuh Ellisa akan semakin membiru bahkan bisa meracuni seluruh mobil dengan baunya.

Setidaknya, Elle harus menguburkan anaknya secara layak terlebih dulu. Akan tetapi, sepertinya Elle tidak bisa melakukan apa yang ingin ia lakukan kepada jasad putrinya.

Elle harus menyelamatkan dirinya sendiri.

-tbc-

avataravatar
Next chapter