webnovel

chapter 00 : manusia adalah makhluk lemah

Manusia adalah makhluk yang istimewa bukan karena meraka abadi, bukan karena mereka memiliki tubuh sempurna, akan tetapi karena mereka punya keinginan dan berusaha mati-matian.Karena mereka tau jika nyawa mereka tidak abadi, tapi ketika mereka mati semuanya akan di lanjutkan oleh para penerusnya. Mereka tau jika tak bisa mengulang waktu, tapi mereka terus maju meski pernah jatuh ribuan sampai miliaran kali, mereka akan terus mengulangnya hingga ke penerusnya. Ayahku adalah orang yang selalu gagal, untuk mencapai tujuannya, dan pada titik dimana dia tau bahwa ia tak bisa mencapai tujuannya, dia menciptakanku. Mungkin lebih tepatnya dia menikah dan ibuku melahirkanku.

Bayangan itu entah mengapa sangat jelas di pikiranku saat ayahku akan pergi keluar ke tempat persemediannya atau tempat dimana dia berusaha mencapai tujuannya, dia sempat menghamipiriku saat bermain balok, sebuah mainan yang sering di pakai anak manusia lain untuk bermain. Aku ingat sekali aku menghadap kearah dapur yang dimana terlihat ibu sedang mengunakan celemek dan memasak makanan kesukaanku. Ayah mendekatkan wajahnya kepadaku dan berbisik "jaga ibumu, jika tidak bisa tak apa aku tak kan menyalahkanmu. Hidup hanya sekali dan umur ayahmu ini juga tak panjang. Semoga kau bisa menjadi wadah yang bagus untuk tujuanku. Dan tujuanku adalah ...…" hanya itu yah hanya itu yang aku ingat setelahnya aku blank atau lupa seperti terhapus oleh kedewasaanku. Dan tepat malamnya aku mendengar berita bahwa tempat persemedian ayahku yang berada di goa longsor dan mayat ayah tak pernah di temukan.

Entah ayahku telah mati atau masih hidup aku masih belum mengetahui tapi ibu dan seluruh keluarga besar telah mengikhlaskan kepergiannya. Hanya aku seorang yang tak pernah menyerah mencoba menemukan cara untuk mengetahui keadaan ayahku saat itu.

"hey, anak haram!! kau mau lanjut kemana ?" ucap norman dengan nada tinggi, dia adalah anak penindas si lemah sepertiku. Dan dengan sadar aku langsung melancarkan kepalan tanganku yang tertahan selama 3 tahun di smp. Sambil marah meluapkan amarahku ketika melihat hasil ujianku tak sesuai ekspektasiku. Entah mungkin karena perasaanku atau diriku sedang pada tahap ingin meledak iya terpental jauh sekitar 3M menjauh dari tempatku dan ia kehilangan 4 giginya.

Seketika itu pula aku di panggil oleh tim guru BK untuk menerima hukumanku. Ibuku datang sambil wajahnya merah antara malu serta marah denganku. Tanpa penjelasan tamparan keras mendarat di pipiku membuat wajahku memerah. Kulit pipiku dapat merasakan tangannya yang telah kasar karena harus bekerja sebagai buruh cuci demi kami berdua bertahan hidup setelah ayahku meninggal waktu itu. Aku hanya bisa tertunduk dan terdiam tanpa kata. Setelah itu aku mendapat skorsing hingga acara wisudaku pun tak di perbolehkan naik ke atas panggung dan hanya di perbolehkan ambil ijazah ketika sudah wisuda.

Kami pulang dan aku langsung masuk kekamar aku bisa dengar ibuku menangis di depan pintuku sambil meratapi hidupnya dan aku juga ikut menangis serta menahan teriakan yang tak bisa mengeluarkan suara itu. Hari itu malam jum'at kliwon kelelahan membuat terlelap. Aku bermimpi berada di sebuah ruangan gelap dan hanya ada lampu tempat di atasku, jarak pandangku mungkin sekitar 1m kedepan setelah itu entah kenapa hitam gelap gulita aku hanya berdiri terdiam. Dan tiba-tiba ada sebuah wajah mendekat padaku dan berbicara jelas "kau ???". Diriku secara bingung melihat samping kiri dan kananku dan hanya melihat kegelapan dan tak ada siapapun. Tanganku menunjuk diriku seraya berkata "maksudnya aku ??, bapak siapa yah ???" balik tanyaku aku bilang bapak karena wajahnya seperti orang laki-laki yang sudah cukup tua. "yah dirimu ? memangnya siapa lagi? tak perlu kau tau siapa aku? akan tetapi ayahmu telah menitipkanmu untuk bersekolah di Sekolah Menengah Kanuragan dimana kamu terpilih sebagai orang kedua yang memiliki kualitas jiwa terbaik dari daftar calon siswa tahun ini maka dari itu persiapkanlah dirimu untuk masuk ke Sekolah menengah kanuragan dan mengikuti tes pada umumnya siswa biasa agar tidak ada kecemburuan serta tau identitasmu, jika kau terbaik kedua. Tes masuk akan di mulai pada 1 minggu dari hari esok.yang perlu kau persiapkan adalah sebuah benda milik ayahmu yang paling berharga, yang paling mahal, dan tak ada duanya di dunia ini." Aku belum sempat berkata ada cahaya putih menyilaukan datang kearahku dan seketika itu aku terbangun dari mimpiku dan melihat jendela telah terbuka atau lebih tepatnya kacanya pecah.

Aku pun bingung serta beranjak dari tempat tidurku lalu berjalan kearah jendela tersebut dengan sedikit berhati-hati sebab banyak pecahan kaca di lantainya aku melihat keluar. Aku menoleh kekiri dan kanan sepertinya sangat ramai tepat di depan rumahku banyak orang berkerumun. Diriku pun melihat mereka focus melihat ke taman depan rumah. Seketika aku mengarahkan pandanganku ke taman belakang yang dimana itu di lantai 1 dan aku di lantai 2.

"IBUUUUUUUUU!!!!!!" teriakku sekencang-kencangnya, Diriku yang awalnya mengantuk langsung terkejut melihat tubuh ibu terkapar seperti telah lompat dari jendela kamarku. Seketika itu langsung berlari menuruni tangga dan menuju taman depan rumahku seolah berharap ibuku masih tersadar dan dapat bangun lagi. Setibanya di depan tubuh ibuku tubuhku lemas lututku terjatuh dan mulai terisak-isak seakan harapanku tadi hancur dan pupus, "huargghhhhhhh!!!!! IBUUUUUUU!!!! " hanya satu kata pertanyaan yang terucap keras dari mulutku "KENAPPPAAAAA!!!!!". Seketika teriakanku kembali tak mengeluarkan suara hingga tubuhku lemas akhirnya terjatuh tepat di samping tubuh ibuku tak sadarkan diri.

Aroma menyengat serta hangat menyerebak di hidungku, karena itu aku mulai mencoba membuka mataku serta sedikit sadar. Secara sontak aku langsung mencoba bangun sebab teringat oleh ibuku seraya berteriak "IIBBUUUUU!!!!" tubuhku tertahan oleh tangan dan terlihat keriput. Aku memalingkan padanganku kearah datangnya tangan tersebut dan wajah yang telah kukenali yaitu nenekku, secara tiba-tiba langsung ku dekap dengan erat.

Bau khas tanah merah kuburan terbasahi oleh air hujan sangat terasa menyengat saat mengiringi proses mengebumikan ibuku waktu itu. "ibu tenanglah disana !!" ucapku sambil menaburkan bunga di makamnya. "aku pasti akan terus hidup bahagia dan tumbuh sebagai orang tua yang lebih hebat serta baik kepada anak-anaku nanti" ucapku dengan sedikit percaya diri. Setelah semua selesai diriku pun mulai beranjak masuk ke dalam mobil perlahan lalu di antarkan oleh kakekku sampai depan rumahku yang sekarang akan aku tinggali sendiri itu. Setelah aku menutup gerbang rumahku aku berhenti sejenak melihat rumahku dari depan dalam anganku "apakah aku akan minta tinggal dengan kedua kakek nenekku saja agar tidak terlalu kesepian dirumah ini atau aku akan berjuang sendiri di rumah ini sendiri dengan keadaan sebatang kan, dan akan sekolah di SMA yang muncul dalam mimpi tadi malam. Aht!!! sudahlah!." Ucapku sambil termenung, aku pun melangkah menuju depan pintu dan membuka pintu yang aku ingat tidak aku kunci sejak kejadian tadi malam. "Selamat datang tuan !!!." sontak aku terucap "eeeeehtttt!!!, siapa kau ???" terperanjat tepat di depanku ada seorang ART (Asisten Rumah Tangga) yang wajahnya mungkin seumuranku dan seingatku keluarga kami tidak memiliki seorang ART.

"perkenalkan namaku Narumi Mia, Panggil Narumi atau Mia, saya serahkan tuan untuk memilihnya. Saya mulai pada hari ini akan membantu tuan mengurus pekerjaan rumah dan membantu tuan." Jawabnya dengan sopan dan sambil menunduk. "tunggu sebentar!!!, lah terus kamu di pekerjakan oleh siapa ?, yang menggajimu siapa?, sedangkan aku belum bekerja ??? dan umurmu bukannya seumuran denganku ?" tanyaku beruntun tanpa memberinya jeda buat menjawab sebab diriku cukup kaget serta panik. "yang memperkerjakanku adalah keluarga besar ibu tuan yaitu keluarga besar Satya Dewa atau disebut keluarga besar SatyaD(1.dibaca "Satyadi"). Yang menggaji hamba tentunya dari keluarga besar ibu tuan. Mungkin ibu tuan belum pernah bercerita hal tersebut karena ibu tuan menikah dengan seorang dengan kasta rakyat biasa yaitu ayah tuan. Dan keluarga tuan mulai menganggap tuan sebagai salah satu calon penerus keluarga yang terakhir dari ratusan calon lainnya. Dan tuan lah yang terakhir terpanggil menjadi kandidat penerus." Jelasnnya yang semakin lama semakin membuatku bingung dengan curiga. "aku hanya rakyat biasa sama seperti ayahku, serta ibuku sepertinya menginginkan itu juga, lalu kenapa aku bisa jadi calon penerus keluarga besar?, sedangkan ada ratusan calon lainnya." Bantahku.

"Bukan tuan maupun hamba yang menentukan itu kita sebagai manusia hanya bisa mengikuti takdir yang telah di tentukan di awal kelahiran. serta hamba juga memohon maaf tidak tahu menahu tentang hal itu. Abdi hanya bertugas sesuai arahan keluarga besar sebagai pengabdian hamba kepada keluarga besar." Terangnya menjawab pertanyaanku. "oke kalau begitu aku menerimamu sebagai ART di rumahku tapi ada satu pertanyaanku yang belum terjawab dari tadi berapa umur ?" ucapku sambil mulai menerima kenyataan itu bulat-bulat serta membiarkan hal tersebut menjadi tantangan dihidupku yang mungkin baru saja akan dimulai. "umur hamba 15 tahun sama dengan umur tuan." Terangnya sentak aku terkejut memotong kalimatnya

"Hah!!! Sama dengan umurku???, yang benar saja!!!, bukannya itu melanggar aturan Negara ini." reaksiku terperanjat tidak percaya kenapa bisa seperti itu. "sebab ada sebuah alasan untuk itu tuan, jadi hamba ini dari keluarga yang lebih rendah dari kasta keluarga tuan serta dulu waktu saya sekolah di sekolah dasar keluarga saya meminjam uang untuk biaya sekolah saya lalu keluarga saya tidak mampu membayar hutang tersebut. Dan berakhir hamba di abdikan di keluarga besar tuan agar semua hutang di hapuskan dan gaji hamba sepenuhnya di berikan kepada hamba dan keluarga. Akan tetapi saya tidak di perbolehkan kembali ke masyarakat hingga ada anggota keluarga besar tuan membebaskan hamba atau memecat saya." Tambahnya tapi itu juga sebuah alasan konyol yang digunakan untuk seseorang memperkerjakan anak di bawah umur. aku pun tanpa bicara panjang langsung mengambil handphoneku yang ada di sakuku akan tetapi secara reflek dia meraih tanganku dan mengambil handphoneku. "hamba tahu tuan akan telpon siapa, serta akan berbuat apa ?".

Ia langsung berlutut tempat di bawah kaki seraya berkata "Hamba mohon tuan jangan mengadu pada keluarga besar tuan hamba hanya ingin menyelamatkan kedua orang tuaku yang telah berjuang menyekolahkan hamba meski hanya sekolah dasar. Untuk kali hamba hanya ingin membalas kebaikan kedua orang tua hamba yang mati-matian mencari uang untuk hamba bisa sekolah. Hamba siap melakukan apapun yang tuan perintahkan bahkan sebagai ART di keluarga SatyaD. sudah sangat normal jika kami melayani tuan layaknya budak. hamba mohon tuan terima hamba sebagai." Sebelum ia menyelesaikan kalimatnya aku mengangkat tubuhnya dengan megang erat lengannya dan langsung menampar pipi lembut mungilnya seraya berkata dengan nada keras sambil sedikit meneteskan air mata "jangan bodoh !!! kau itu manusia bukan hewan!!! Mungkin manusia tidak punya insting seperti halnya hewan. Tapi manusia punya akal dan jiwa untuk berusaha hingga tak tau kapan ia bisa berhenti. Jadi jangan pasrah seperti itu. Kau tau aku juga tidak lebih sama sepertimu kita sama!!!" teriakku marah.

Aku langsung mengambil pisau kecil yang sering aku pakai untuk buka paket dan mengoreskan kecil di jari ku dan juga menggoreskan pisau tersebut ke jarinya serta menempelkan kedua jari kami yang terluka tersebut hingga kedua darah kami bertemu. "lihat darah kita sama MERAH yang dimana itu artinya kita sederajat tidak ada biru ataupun warna lain. Jadi kau mengerti sekarang jangan pernah menyerah seperti itu lagi!!! aku bukan ayahmu atau kakak laki-laki mu, tapi mulai saat ini kau adalah tangung jawabku sepenuhnya mengerti !!!?" Dia menangis dan menganggukkan kepalanya.

"Aku takkan pernah terbersit hal konyol seperti yang kau katakan atau bahkan menjadikanmu budak. Jika itu terjadi kau boleh membunuhku jika aku melakukannya. Pegang janjiku jika aku bisa menjadi salah satu anggota penerus itu hal yang pertama aku lakukan adalah mengangkatmu kembali ke masyarakat serta hidup tenang." ucapku penuh harapan memegang kedua tangannya dengan bersimpu didepannya. itu adalah janji pertamaku pada seorang manusia aku sangat emosional sekali sampai aku tidak tahu bahwa itu akan menjadi sakral hingga janji tersebut terwujud. hal ini dikarenakan darah kami saling bertemu dan tercampur serta aku mengucapkannya dengan sangat emosional akan tetapi aku belum menyadari tersebut.

sore itupun kami akhiri dengan saling mengobati luka sayatan kami berdua. aku pun pergi kamar mandi dan mulai membasuhi diri. ia pergi ke dapur dan memasak makan malam. 

19.30 WIB malam itu sedikit gerimis hawa dingin mulai terasa aku turun dengan baju tidur yang aku beri outer jaket tenunan yang di buat ibuku. aku menuju meja makan sedikit kaget dan terperangah hampir 20% makanan warteg lengkap tersaji hampir memenuhi meja aku pun pergi dapur dan mencari Mia. "Astaghfirullah!!!, Mia ini mau buka warung makan di rumah apa gimana? Warteg lengkap tersaji di meja makan! Mana gerimis begini, makin laper jadinya." gumamku sambil melangkah ke dapur. "Mia, kamu di mana? Mau makan bardua atau mau buka jasa catering?" teriakku ke seluruh penjuru rumah.

Dari arah pintu masuk ada pintu terbuka seperti ada tamu aku pun langsung menuju ke arah pintu masuk aku melihat Mia sedang membantu menaruh payung seseorang tamu yang masuk, sepertinya itu nenek dan juga kakekku. aku pun langsung menyapa sebab kaget kenapa malam-malam bertamu padahal baru saja tadi siang mengantarku pulang "owhhht assalamualaikum nenek dan kakek, aku kira ada apa kok Mia memasak hampir sewarteg padahal hanya buat berdua." ucap sapaku dengan berpura-pura agar kejadian tadi sore tidak langsung terungkap. "jadi kamu memangil Budakmu dengan namanya langsung yah, baiklah sepertinya memang masih ada jiwa bangsawan yang ada pada dirimu, di karena ada sesuatu yang harus kita bicarakan jadi mari kita bicara sambil makan terlebih dahulu, Mia kamu sebaiknya tunggu di dapur sebab disanalah tugasmu" balas nenek dengan ketus serta dengan nada memerintah. aku nenek serta kakek langsung menuju meja makan. 

di sela-sela kami makan nenek mulai membicarakan tentang warisan dan cerita tentang SatyaD." sambil kamu makan nenek akan sedikit mulai menceritakan tentang background keluarga dari ibumu," ucapnya sambil mengambil terong balado kesukaan ibuku di taruh di piringnya. Dahulu saat pada zaman majapahit ada sebuah keluarga yang memiliki trah ras yang sangat unggul dari bangsa brahmana yang telah turun temurun melindungi penguasa dari nusantara dari setiap generasi dan akan terus berlanjut hingga saat ini seperti halnya pada zaman majapahit patih gajah mada juga salah satu keluarga dengan satyaD, lalu pada zaman soekarno ada s****i melik, lalu pada zaman soeharto secara khusus memiliki badan intelejen yang memiliki ketua dari satyaD, pada zaman pak SBY secara terang-terangan memiliki squad kepresidentnan untuk menangkal dan menangani hal-hal gaib oleh karena itu pada zaman tersebut di secara rahasia pak sby membuat sebuah sekolah khusus untuk menampung talenta serta para calon kerluarga kita agar dapat di tempa secara khusus di sana yaitu SMK(Sekolah Menengah Kanuragan) sebuah sekolah yang mendidik dan membangun para calon pelindung bangsa dalam hal MYSTIC serta GHAIB. "oke cukup penjelasaannya !" selat ku memotong pembicaraan dari nenekku. " saat ini aku sudah mengerti hingga sampai cerita keluarga besar ibuku, namun yang aku paling ingin aku tanyakan adalah kenapa aku tiba-tiba terpilih menjadi penerus serta kenapa Mia menjadi ART pada saat umur dia seharusnya menempuh pendidikan?" tanyaku dengan sedikit nada memaksa. 

"sepertinya memang sudah saatnya kamu mengetahui alasan utama dirimu terpilih namun untuk garis besarnya mungkin kami juga belum tahu pasti," ucap neneku setelah menelan makan malamnya. "dan yang bisa kami jelaskan adalah dirimu bisa terpilih di karenakan ayahmu telah memanam sebuah jiwa murni yang kami sendiripun belum mengetahui jiwa jenis apa dan kekuatan seperti apa yang di milikinya." tambah kakekku menjelaskan. "jadi sebelum ayahku menghilang ia sempat menanam sebuah jiwa yang belum pernah ia jelaskan dan para keluarga besar hanya menggunakan pendekteksi jiwa saja untuk mengetahui jiwaku murni atau tidak serta mereka belum pernah tau seberapa ukuran kekuatan jiwaku?" tanyaku balik setelah mendengar penjelasan mereka.

"Benar sekali," jawab nenekku. "Ayahmu memang sengaja merahasiakannya dari semua orang, termasuk kami. Dia ingin kamu tumbuh dan berkembang dengan normal, tanpa beban dan ekspektasi yang berlebihan. Dia percaya bahwa kamu akan menemukan jalanmu sendiri dan menggunakan kekuatanmu untuk kebaikan."

"Tapi, Nenek," kataku, "kenapa aku harus mengetahui ini sekarang? Dan apa yang harus aku lakukan dengan informasi ini?"

Kakekku mengusap mulutnya dengan lap. kakekku pun berdiri dan menuju diriku serta menepuk pundakku dengan lembut. "Sekarang kamu sudah cukup dewasa untuk memahami kenyataan ini," katanya. "Dan mengenai apa yang harus kamu lakukan, itu kami sepenuhnya menyarankanmu untuk menngangkat kembali derajat keluargamu di mata keluarga besar dengan menjadi salah satu punggawa atau bahkan menjadi patriach keluarga SatyaD," lanjut kakekku. lalu kakekku duduk ke ruang tengah di seberang ruang makan kami.

"Menjadi punggawa? Patriach?" Aku ternganga, tak percaya dengan apa yang baru saja kudengar. "Tapi, Kek, aku tidak tahu apa-apa tentang keluarga SatyaD. Aku bahkan tidak pernah bertemu dengan mereka."

Nenekku tersenyum. "Itulah yang ingin kami ubah," katanya. "Kami ingin kamu mengenal keluarga besarmu dan mempelajari trah awal serta sejarah keturunanmu. Kami ingin kamu menjadi bagian dari keluarga besar dan membuat SatyaD kembali ke masa kejayaan mereka masa dimana semua keluarga bergantung pada kita." ucap nenekku sambil mengelap mulut seraya berdiri menuju kakek karena makan malam mereka sudah selesai.

Aku termenung sejenak, mencerna semua informasi yang baru saja kudapatkan. Pikiran berkecamuk di kepalaku. Menjadi bagian dari keluarga SatyaD berarti aku harus meninggalkan kehidupan yang selama ini aku kenal. Aku harus belajar tentang Ilmu baru yang pastinya akan di luar nurul(Nalar), dan tentunya sebuah tanggung jawab baru.

"Aku... aku tidak yakin," kataku akhirnya, suaraku masih ragu. Tapi di tengah keraguan itu, bayangan janji yang kuucapkan bersama Mia melintas di benakku. "Aku tahu, aku tak punya keberanian atau pengalaman kuat," bisikku dalam hati, "tetapi janji itu menguatkan tekadku." Darahku terasa panas mengalir deras, seolah berbisik, "Ayo maju terus, kuatkan tekadmu!"

Aku menyeka mulutku, lalu berdiri dan berjalan menuju ruang tengah. Kakek dan nenek saling berpandangan, mengamati tekad di mataku. Kakek tersenyum dan berkata, "Kami mengerti keraguanmu. Ini bukan keputusan mudah. Tapi, kami yakin kamu memiliki kekuatan dan potensi untuk menjadi pemimpin yang hebat bagi keluarga SatyaD."

Nenek mengangguk setuju, "Dan ingatlah, kamu tidak sendirian. Kami akan selalu ada di sini untuk mendukungmu. Keluarga SatyaD juga akan menyambutmu dengan tangan terbuka."

Aku menarik napas dalam dan berkata, "Baiklah. Aku akan pergi ke SMK(Sekolah Menengah Kanuragan dan Keluarga SatyaD belajar tentang asal-usulku. Aku akan mengikuti Persaingan 100 Penerus Keluarga serta mungkin akan menjadi pengguwa atau bahkan Patriach Keluarga SatyaD serta mengembalikan martabat ibu dan ayahku dimata keluarga besar." ucapku sambil berdiri. 

"Tapi bagaimana aku bisa masuk ke SMK?" tanyaku ragu. "Aku tidak memiliki bakat istimewa seperti para penerus Keluarga SatyaD lainnya."

Kakek terkekeh pelan. "Kemampuanmu tidak hanya terbatas pada bakat istimewa. jika Kamu memiliki tekad, keberanian, dan jiwa murni yang kuat. Itu adalah kualitas yang sama pentingnya bagi seorang pemimpin."

Nenek menambahkan, "Di Sekolah Menengah Kanuragan tidak hanya mencari penerus keluarga dengan bakat istimewa saja, tetapi juga tempat bagi mereka yang memiliki hati yang baik serta jiwa kepemimpinan. Kami yakin kamu memiliki semua itu." ucap nenekku menguatkan hatiku.

"Dan pertanyaan terbesarku adalah, aku tak pernah tahu bagaimana caranya aku bisa mengendalikan atau bahkan memunculkan kekuatan kanuragangku?" tanyaku lagi, ingin lebih memahami penjelasan dari kakek dan nenekku.

"Itulah kenapa kami datang malam ini," jawab kakek, menjawab pertanyaanku. "Bukan hanya untuk menemanimu makan malam seperti biasa, tapi juga untuk menunjukkan bagaimana caramu mengenal dan mengendalikan kanuraganmu."

Nenek berdiri dan berjalan menuju dapur. "Mia!" panggilnya kepada ARTku. "Tolong ambilkan meja batu altar di depan pintu itu dan taruh di ruang tamu."

Aku melihat Mia berjalan dari dapur dengan lap kain yang masih menempel di pundaknya. Dia keluar ke depan rumah dan mengangkat meja batu altar. Dari sudut pandangku, meja itu besar dan berat. Akan tetapi, wajah Mia tetap terlihat datar, seolah-olah dia tidak mengangkat barang berat. Dia mengangkat batu itu di panggul dengan satu tangan dan meletakkannya di pundak kirinya. Dia berjalan menuju ruang tamu dengan tangan satunya lagi untuk menggeser meja dan menaruh altar tersebut di tengah ruangan. Lantai rumah berguncang hebat saat Mia menaruh meja altar itu. Permukaan keramik ruang tamuku muncul retakan yang membentuk cekungan yang lumayan dalam. Mia menunduk, air matanya berkaca-kaca. "Maaf, Tuan. Saya tidak sengaja." Suaranya bergetar, penuh penyesalan. Mia tahu bahwa dia telah melakukan kesalahan besar. Retakan di lantai ruang tamu itu seperti pertanda buruk, sebuah peringatan tentang apa yang akan terjadi selanjutnya.

"tidak apa-apa aku tahu itu berat bukan salahmu " jawabku memaafkannya. "yasudahlah nanti itu di urus " tambah nenekku. "sekarang kamu buka baju lalu berbaring lah di altar ini" pinta nenekku padaku. "kita akan melakukan percobaan astral projection untuk bisa mengaktifkan kekuatan kanuraganmu," jelas kakekku

Jantungku berdegup kencang saat aku mendengar penjelasan Kakek. Perasaan ragu dan takut bercampur aduk di dalam diriku. Altar batu itu tampak dingin dan keras

Your gift is the motivation for my creation. Give me more motivation!

Like it ? Add to library!

Have some idea about my story? Comment it and let me know.

FuuBluecreators' thoughts