1 Sebuah Awal Cerita Bagian Pertama

Di luar angkasa sana banyak misteri yang belum dipecahkan, hanya ruang hampa, bintang, planet, galaksi, dan juga Mungkin dunia lain di sana. Akan tetapi misteri itu akan bertambah karena munculnya sebuah portal aneh yang terbuka di dekat Planet Mars, apakah ini akan menjadi sebuah awal yang baik atau akan dimulainya konflik tanpa ujung? Itu masih akan menjadi hal yang dipertanyakan.

Lalu berpindah ke sebuah planet ketiga di tata Surya yang kita kenal. Cukup unik untuk memberikan sesuatu berwarna putih halus disana, melihat sekilas itu hampir seperti seekor kucing, meski harus dikatakan itu sebuah rambut disana, melakukan pose yang tidak dapat diikuti dia tertidur pulas seperti seekor kucing, berapa lama untuk pose itu bertahan, jika kita melakukan sedikit penelitian, durasi bagi seseorang untuk mempertahankan satu pose untuk tidurnya mungkin sekitar 1 jam atau lebih, tapi itu berakhir—sebuah suara dari jam berhasil melakukan sinkronisasi dan melihat angka nya itu menunjukkan 08.30 pagi.

"Mmmmmmuuuh—"

Berpikir itu cukup untuk waktu tidur—

"Itu mengganggu".

mengeluarkan kalimat itu sebagai keluhan, aku kira aku sudah terbiasa untuk itu. aku melihat langit-langit dengan sedikit cahaya dari luar, mengalihkan pandangan menuju jendela yang masih ditutupi tirai—ada cahaya yang mengalir diselanya, lalu seolah mengambil perhatianku, bunyi derit pintu terdengar yang kemudian membuatku mendapatkan serangan cahaya dua arah, pertama untuk jendela dan yang kedua lorong yang berada didepan kamarku

Melirik sekilas aku menemukannya berdiri disana, memberikan senyum menyebalkan dia bersandar dipintu—

"Tidak bisakah kau segera bangun dan mandi? yang lain sudah menunggu kita dibawah," perintah dari orang itu. Meski tidak menyenangkan mendengar perintah nya, aku bertanya—

"Apa yang membuat yang lain menunggu kita? Mereka bisa makan tanpa menunggu kita kan, lagi pula bukankah itu merepotkan,"

"Bagaimana jika aku mengatakan bahwa mereka akan memberikan kita kejutan spesial hari ini?"

"Itu tidak akan menjadi kejutan ketika kau mengatakannya,"

"Kalau begitu segera bangun, aku akan merapihkan tempat tidurmu sebagai hadiah untukmu, jika kau segera bangun,"

"Terdengar baik, baiklah itu untukmu".

Memberikan apa yang dia inginkan, diriku kemudian pergi dari tempat tidurku dan keluar dari kamar dan hanya untuk menuju kamar mandi, aku tidak akan mengatakan bahwa aku adalah seseorang yang akan membenci mandi hanya karena aku tidak menyukai hal yang merepotkan, bagaimanapun aku melakukannya dengan cepat dan pergi ke ruang ganti pakaian yang terpisah dari kamarku setelahnya.

Mengambil awalan aku akan memperkenalkan diri, namaku Yozora Hikari, umurku 13 tahun, sebelum lanjut aku akan mengatakan bahwa aku tidak terlalu ahli dalam memperkenalkan diriku, aku hanya bisa memberikan beberapa yang diperlukan untuk itu, ah, melupakannya aku merasa bodoh bagaimanapun itu satu bagian penting—aku tinggal di Osaka, lalu... Apa lagi ya..? oh iya orang yang tadi ada di kamarku itu adalah saudara kembarku dia bernama Yozora Hazuki. Usia kami hanya berbeda 7 menit dan dia memiliki fisik yang hampir sama denganku terutama tingginya yang berukuran 170 cm, mata yang berwarna biru, dan bentuk mukanya. Yang membedakan kami adalah rambut, dia berwarna biru dengan garis aneh di rambut berwarna putih sedangkan aku sebaliknya rambutku berwarna putih dengan garis biru aneh di tengah rambutku. Lalu bentuk mata, dia lebih sipit dan berbeda denganku yang lebih sedikit lebar, meskipun begitu dia tidak berkacamata bahkan penglihatannya lebih tajam dibandingkan denganku. Satu lagi fakta menarik tentangnya, Hazuki-kun adalah seseorang yang memiliki kemampuan menulis menggunakan kedua tangannya yang mana hal ini lumayan langka terjadi.

"Oi! Hikari-kun cepatlah ke sini!" teriak Hazuki dari bawah.

"Iya sebentar!"

Kami berasal dari klan kuno yang masih bertahan sampai era modern ini, mungkin aku akan beritahu tentang klanku ini nanti. Mungkin setelah aku pergi menyusul ke bawah tepatnya di ruang makan keluarga, aku penasaran kenapa Hazuki menyuruhku untuk cepat.

Tiba-tiba...

"Selamat Ulang tahun Ke-14 tahun!" semuanya bersorak kepada diriku dan Hizuki mulai dari ibu, ayah, kakek, kakak-kakak dan adikku, bahkan sepupuku juga datang.

"Eh!? Hari ini ulang tahunku ya?" tanyaku dengan heran.

Sesaat kemudian Hazuki memukul kepala belakangku dengan kertas koran.

"HEI!!! dapat dari mana kau? Kenapa kau memukulku dengan keras?" tanyaku sembari menahan sakit dari kertas koran itu.

"yang aku tanyakan kenapa kau bisa lupa hari ulang tahunmu sendiri!?" jawabnya dengan kesal.

"Memangnya sekarang tanggal berapa Hazuki?"

"31 Mei 2031 bo...doh," jawab saudara kembarku sengaja memanjangkan tiap suku kata bodoh.

"Aduhhh... itu kan kertas koran biasa kok bisa sakit?"

Lalu Hazuki membuka isi kertas itu yang ternyata sebuah stik kayu.

"Hehehee.. kenapa? sakit ya...?" Hazuki berkata demikian sembari mengeluarkan senyum jahatnya.

"Dasar! kau kira kepalaku besi ya? Seenaknya memukul kepalaku." Aku mengelus bagian kepala yang masih terasa sakit.

"Hentikan senyum jelekmu itu tahu, melihatnya saja aku ingin mual!"

"Hikari-kun apa katamu!?" geram Hazuki

"Hazuki-chan, Hikari-chan, sudahlah kalian ini. Karena kalian berulang tahun ke-14 sesuai janji ibu, ibu masak masakan yang kalian suka." Ibu datang membawa makanan kesukaan kami di hari ulang tahun ini yaitu udang tempura pedas.

"Hore!!!!" sorak kami berdua.

"Tapi kalian jangan berebutan ya." Senyum ibu kepadaku dan Hazuki.

"Oh iya satu lagi,"

Lalu ibu menaruh udang tempura pedas di meja makan.

"Ada apa ibu?" ujar saudara kembarku.

"Bukan ibu saja loh yang memberikan hadiah kepada kalian, coba kalian lihat kepada semuanya yang hadir di sini." Ibu membalikkan badan kami kearah kepada semua yang hadir di meja makan.

"Lihat, Bahkan kakek ingin memberikan sesuatu ayo hampiri!"

"Hazuki, Hikari, sini kakek ingin berikan sesuatu." Kakek melambaikan tangannya ke atas-bawah bermaksud untuk menyuruh kami kearahnya.

Seketika suasana sekitar menjadi menegangkan tetapi bahagia, kakak, adik, semua yang hadir atau bahkan ibu dan ayah tersenyum menatapku. Aku dengan perasaan senang bercampur heran mendatangi kakek yang menyiapkan dua kotak untuk diberikan kepada kami.

"Hari ini adalah ulang tahun kalian berdua, oleh karena itu terimalah pemberian kakek dua kotak ini, dan juga kalian lebih baik membukanya sekarang." Kakek memberikan dua kotak tadi kepada kami

"Maaf ya cucu kakek tersayang, kakek hanya bisa memberikan hadiah sekecil ini." Kakek tersenyum kepada kami, sepertinya ada sesuatu yang disembunyikan kakek kepada kami lewat hadiah yang diberikan itu.

"Tidak apa-apa kakek, lagipula berkumpul dengan keluarga seperti ini saja aku sudah bersyukur," jawab saudara kembarku

Setelah memberikan kotak itu aku dan Hazuki membukanya bersama-sama. Awalnya mungkin aku tidak berharap terlalu besar kepada isi kotak kecil itu namun yang terpenting itu adalah kebersamaan dan hubungan yang erat saja itu lebih dari cukup.

Saat dibuka ternyata....

"Heeh!!" aku dan Hazuki terkejut.

"Kakek serius memberikan kami ini? Bukankah yang lain lebih pantas daripada kami," ucapku

"I..ini bercanda kan? Hei Hikari kakek sedang bercanda kan!?" ujar Hazuki dengan nada seolah tak percaya sembari wajahnya menghadap ke aku.

Kakek menepuk pundak kami sembari berkata.

"Ini kan hari yang spesial untuk kalian, kakek tidak bercanda kok. Jadi kakek ingin berpesan, jagalah klan ini dan buat masa depan yang cerah. Walau banyak rintangan menghadang tetapi pasti kalian bisa saling membahu satu sama lain untuk mewujudkannya, Ingat walau kita tak selamanya namun kita selalu bersama." Kakek memeluk erat kami begitu juga denganku dan Hazuki.

"Tapi kakek yakin dengan keputusan ini, yang lain kan...,"

"Ssst, ini sudah dibicarakan dengan semua yang hadir di sini juga kepada kakak-kakak dan adikmu itu. Jadi tenang saja."

"terima kasih hadiahnya," ucapku dengan nada senang.

"iya aku juga berterima kasih atas hadiah yang kakek berikan," ucap Hazuki

"ya sama-sama, berusahalah untuk mewujudkannya," ucap kakek dengan halus

" Baik, kami akan berusaha." Perlahan aku dan Hazuki melepaskan pelukan kakek.

Suasana yang begitu bahagia di waktu ini, semua momen berharga seperti ini akan selalu menusuk ke dalam ingatanku walau sampai akhir hayat nanti.

"Sekarang pakailah kalung itu!" suruhnya.

Hadiah yang diberikan kakek adalah dua kalung yang satu berbentuk bintang dan yang lainya berbentuk bulan. Apabila salah satu seorang dari Klan Yozora diberikan kalung itu maka sesuai waktu peran yang bergantian maka dia akan menjadi ketua klan atau wakilnya. Kakek adalah perwakilan dari Bulan jadi yang menjadi ketua adalah orang yang memakai kalung bintang yaitu aku sedangkan wakilnya adalah saudara kembarku yang lebih tua dariku siapa lagi kalau bukan Hazuki.

Walau begitu aku perlu latihan untuk benar-benar untuk menjadi ketua klan ini, bukannya aku bermaksud sombong tapi mereka memang bilang aku mempunyai sifat pemimpin karena aku dikenal sebagai orang yang perhitungan, hati-hati, terbuka menerima pendapat, dan tidak terlalu kaku untuk memerintah. seperti yang kakek suruh barusan, aku dan Hazuki memakai kalung pemberian kakek.

"Baiklah bukannya aku bermaksud menghancurkan suasana tetapi bukan kakek saja yang ingin memberikan hadiah kepada Hika-Zuki tahu!" ucap salah satu seseorang berambut merah.

"Oh iya benar juga hahahaha." Kakek tertawa sampai sampai gigi palsu nya keluar.

"Hahahhahahaha..," semua yang menyaksikan juga ikut tertawa karena gigi palsu yang lepas itu.

Orang berambut merah itu menghampiri sembari membawa bungkusan hadiah yang melihat dia membawakan hadiah saja aku dan Hazuki sudah senang karena dia adalah orang spesial yang kami sukai.

"Waah adikku ternyata sudah tambah besar yaa hahahaha, tapi aku masih boleh memanggil kalian berdua Hika-Zuki kan?" orang itu bertanya dengan sedikit tertawaan kecil.

"Hmmph tidak boleh, aku tidak suka itu!!" tegas Hazuki.

"tapi saudaramu saja tidak ada masalah dengan itu benar kan Hikari?"

"Iya kak Kazura," jawabku.

Orang berambut merah itu bernama Yozora Kazura, dia kakak tertua dari kami yang merupakan lima bersaudara, usianya 16 tahun. Warna rambutnya seperti mencerminkan sifatnya, dia sangat di sukai oleh anak-anak, sering sekali dia mudah tertawa dan tersenyum terhadap orang-orang di sekitarnya walaupun sedikit mudah marah dan kekanak-kanakan. Kak Kazura di kalangan klan dikenal mempunyai sebuah julukan istimewa yaitu Sang penumbuh tunas, karena dia sangat suka mengajarkan anak-anak di Klan atau sekitarnya beberapa hal kecil seperti menulis, menghitung, membaca, dan lain sebagainya dalam waktu senggangnya. Bahkan sebelum aku dan Hazuki bersekolah kami diajarkan menghitung, membaca, dan menulis oleh kak Kazura. Aku sangat bersyukur karena mempunyai kakak seperti Kak Kazura.

"Baiklah Kak Kazura akan memberikan hadiah ulang tahun ini jadi terimalah." Kak Kazura memberikan hadiah itu kepada kami berdua.

"Bilang apa kalau sudah diberikan sesuatu oleh orang lain?" tanya Kak Kazura dengan senyum.

"Iya kak kami tahu kok, terima kasih hadiah nya," sorak aku dan Hazuki dengan gembira

"Tapi bukan kepadaku saja ya, kalian juga harus mengucapkan kata terima kasih kepada orang yang merencanakan hadiah ini untuk kalian,"

—Setelah kak Kazura berbicara, datang seseorang dari arah belakang kak Kazura sembari menepuk pundak saudaraku itu lalu dia langsung berkata.

"Yaa seharusnya kau jangan bilang bahwa aku yang merencanakannya." Senyum orang itu.

"Heeeh!!!!" semuanya terkejut karena melihat orang itu tersenyum.

Wajah itu seakan ibarat es yang telah mencair di musim semi, memang benar orang itu merupakan orang bisa dibilang sangat jarang tersenyum. Sekalinya tersenyum bisa diibaratkan menemukan harta Karun di dalam hutan salju yang sangat dingin.

"yaa tidak apa kan Ren-kun?" tanya Kak Kazura.

"Tidak apa-apa sih, tapi kan bukan aku saja kak." Entitas bernama Ren itu bersandar di dinding seraya melipat kedua tangan.

Dia bernama Yozora Ren adik dari kak Kazura sekaligus kakak kedua kami, usianya setahun lebih mudah dari kakakku yang pertama meskipun anehnya mereka bisa sekelas di sekolah, perawakan Kak Ren tampak seperti pergabungan antara Hazuki dan Kazura. Rambut berwarna putih dengan garis merah aneh, ya-lagi dan lagi ada hal seperti itu. Di antara kami yang paling tampan dan cerdas dalam hal akademis ya siapa lagi kalau bukan kakak keduaku, Ren. Aku heran, mengapa orang seperti dia yang jarang tersenyum, dingin, dan memiliki aura sadis justru sangat disukai wanita sampai-sampai dijuluki Pangeran Es. Dasar kak Ren, kenapa dia disukai dibandingkan wanita padahal aku kan lebih hebat iya kan? Baiklah lupakan saja lagipula umurku belum cukup untuk mengenal romansa.

Tak lama kemudian aku mendengar suara lari yang semakin lama semakin kencang suara lari itu, saat aku melihat ke belakang ada seorang anak kecil berusia sekitar 12 tahun sengaja menabrak perutku hingga aku terjatuh dengan keras ke lantai.

"Aduh!.. kau ini tidak bisa sedikit lebih halus kepada kakakmu ya!?"

"Hora!.. kau menungguku ya Kak Hikari?" bukannya meminta maaf, dia malah tersenyum lebar kepadaku yang masih merasa sakit karena dia menabrak perutku tadi.

"Asuka, minta maaf dulu kepadaku!"

Dia berdiri dari perutku seraya berkata.

"Tidak mau, Asuka tidak mau." Dia menjulurkan lidahnya sebagai tanda dia mengejekku.

Tadi anak itu berkata Asuka kan? Benar, itu adalah namanya atau nama panjangnya adalah Yozora Asuka. Kita mulai dari ciri fisik, Asuka memiliki bentuk mata yang sangat mirip denganku namun dengan iris berwarna merah seperti Kak Kazura ditambah dengan rambut berwarna putih semua tidak seperti aku yang ada garis biru aneh-di antara rambut putihku itu. Sifatnya yang merupakan pergabungan antara Kak Ren dan Kazura walau lebih cenderung ke sifat kakak pertamaku. Asuka akan menjadi periang dan suka bercanda jika berada di dekat orang tersayang atau terdekatnya. Sebaliknya dia akan menjadi dingin dan pendiam di dekat orang asing atau orang yang dibencinya. Terusnya adikku itu juga memiliki bakat terutama soal teknologi, dia pernah menjadi juara satu merakit komputer dan juara satu lomba permainan Battle Royale Solo di umur 11 tahun walau dia sekarang sudah berumur 12 tahun.

—Membahas soal game tadi aku jadi teringat saat aku membuat Asuka menangis karena berebut konsol game. Membuat adikku itu menangis sama aja seperti menghadapi Kucing yang telah berubah menjadi singa, memang aku payah dalam hal mengibaratkan tetapi Asuka marah karena hal itu dia menjadi dingin, pendiam, dan tidak mau bicara denganku beberapa waktu. Yang lebih parah lagi dia tidak mau makan bila ada aku di meja makan.

Sebagai tanda minta maafku aku membelikan konsol game yang sangat dia inginkan walau... tabunganku juga yang harus dikorbankan, yang jelas membuat Asuka marah adalah hal yang sangat berbahaya. Sampai kapan dan di mana pun aku akan menjaga dan menyayangi adikku yang menyebalkan sekaligus imut itu.

Sekedar mengingat masa lalu, aku bertanya.

"Sekarang mana hadiah untuk Kak Hikari dan Kak Hazuki?" tanyaku.

"Hmmph.... Kak Hikari jahat, aku kan sudah patungan dengan Kak Kazura dan Ren. Kok aku ditagih lagi sih?" jawab adik imutku itu dengan nada merajuk.

"Lah kan aku mana tahu kau juga ikutan patungan dengan Kak Kazura dan Ren,"

"Kak Ren!!!!!" dia berteriak ke arah kak Ren.

"Iya kenapa?" jawab kak Ren dengan wajah sedikit takut.

"Kak Ren katanya berjanji untuk mengatakan bahwa aku juga ikutan membantu membeli hadiah,"

"Eh Kan aku sudah bilang bukan aku dan Kak Kazura saja yang ikutan mengumpulkan uang untuk kita bertiga membelikan hadiah." Kak Ren menepuk pundak Asuka seraya kembali berkata.

"Kalau kau ingin menjadi orang baik kau harus merelakan sesuatu hal walau orang tidak menganggapmu." Kak Ren mengeluarkan senyumnya kepada Asuka yang hampir menangis.

Asuka berjalan ke arahku, dengan wajah seperti menyesal dia berkata "Soal tadi mungkin Asuka bercanda berlebihan kepada Kak Hikari, jadi Asuka minta maaf." Dia membungkukkan badannya sebagai tanda dia meminta maaf.

Ibu yang melihat terasa lega karena Asuka juga mulai memiliki perkembangan. "Asuka-chan." Aku mendekati Asuka dan memeluknya, Asuka pun juga memeluk diriku dengan erat.

"Terima kasih karena kau juga perhatian kepada kakak payahmu ini,"

"Tidak kak, kau merupakan salah satu kakak terhebat yang pernah ku miliki,"

"Dan satu hal lagi." Baru dia berkata begitu suasana yang tadi menjadi haru tiba-tiba dia menjadi kembali tegang karena Asuka menatapku dengan tatapan serius seperti mau marah, entah kesalahan apa yang telah ku perbuat.

"Bisa kah kak Hikari jangan memanggilku -chan? Meskipun aku adikmu, panggilah aku dengan -kun! Hmmph,"

"iya-iya Asuka-kun." Aku merasa was-was karena takut dia akan marah lagi.

"Sudah ayo kita segera sarapan mungkin kita lanjutkan nanti sore karena 49 menit lagi kalian akan berangkat sekolah," ujar ibu.

"iya ibu," jawabku dan Asuka.

Kami semua melanjutkan sarapan sembari mengobrol satu sama lain, seperti kak Ren dengan kak Kazura, Hazuka dengan ibu, dan aku dengan Asuka-kun. Sebenarnya tadi aku melihat sepupuku yang bernama tapi entah kenapa dia seakan menghilangkan dari muka bumi, jangan dianggap serius aku hanya bercanda.

"Ibu Musashi-san ke mana?"

"Musashi-kun? Oh dia tadi pergi mengambil uang ke bank sebentar, mungkin disuruh orang tuanya,"

"Begitu ya,"

"Ayo lanjutkan sarapanmu, sedikit lagi kau berangkat loh," ucap ibu.

"Iya-iya"

Selesai sarapan aku menaruhnya di rak piring kotor lalu mengambil tas dan memakai sepatu bersama Hazuki yang duduk disampingku. Hazuki tiba-tiba bertanya "Hei Hikari-kun, kau sudah mengerjakan PR?", aku menjawab "Oh ada PR ya?" tunggu-ada PR? astaga aku belum mengerjakannya, bagaimana ini bisa-bisa aku terkena hukuman memalukan di sekolah. Gawat!! Hazuki-kun juga adalah anggota OSIS, kalau aku ketahuan lagi maka aku akan di suruh untuk membersihkan kamar mandi. Lalu dengan serentak aku berkata bohong kepada Hazuki "PR yang itu ya, untung saja aku sudah mengerjakan." Semoga kata-kata bohongku ini tidak ketahuan.

"Ah begitu, kau belum mengerjakan PR kan? aku sudah tahu dari nada ucapanmu itu yang berpura-pura tenang, jujur saja jangan bohong kepada belahan jiwamu ini loh Hikari-chan!.. dan sekarang kau merasa panik kan? haha." berkata sembari mengeluarkan senyum jahatnya lagi.

Hazuki sialan! bagaimana bisa dia tahu bahwa aku berbohong dan sekarang aku merasa panik. Ya bagaimana aku tidak panik!! kalau di sekolah nanti aku akan terkena hukuman memalukan, dasar mau bagaimana lagi dasar, aku pasrah sajalah.

"Bisakah kata-kata 'belahan jiwa' itu kau ganti!" ujarku.

"Benarkan? aku benar, kau lupa mengerjakan PR. Nanti disekolah dengan senang hati aku akan menertawakanmu dihukum hahahah." Hazuki tertawa mengejekku.

"BERISIK!!!" ucapku yang kesal.

"Yaa tidak apa-apa karena ini hari ulang tahun kita nanti akan aku ringankan hukumanmu kok, mungkin hanya kusuruh membersihkan kelas kita sendirian hehe."

"Benarkan? belahan jiwaku," ucap Hazuki.

"Ya ampun bisakah kau menghentikan kata-kata itu!"

"Sudahlah buang-buang waktu saja berbicara tidak jelas denganmu di sini." Lantaran mulai muak mendengar kata-kata tak penting, aku berdiri menghampiri saudaraku yang lain.

"Hazuki, Hikari cepatlah berangkat bersama nanti bisa kita terlambat loh!" teriak kak Kazura dari depan pintu.

"Iya sebentar kak,"

"Hei Hikari-kun tunggu!"

"Kami berangkat!!" sorakku dan empat saudara kandungku bersamaan.

Kami melangkahkan kaki bersama-sama menuju tempat menimba ilmu.

avataravatar
Next chapter