1 Prolog

Gya tersentak dalam tidurnya ketika mendengar suara bantingan pintu dan keributan dibawah. Samar-samar dia mendengar suara amarah Ayah. Dengan penasaran, Gya menyikap selimut, berjalan mendekat ke pintu kamarnya. Sekarang dia bisa mendengar cukup jelas permasalahan dilantai bawah.

Suara Ayah terdengar kesal dan menahan amarah, lalu Ibu berusaha menenangkannya. Gya bisa membayangkan saat ini Ibu pasti berusaha menahan Ayah agar tetap duduk, terkadang Ayah bisa lepas kendali jika amarahnya sudah memuncak. Tidak perlu mencari tahu ada siapa lagi dibawah sana karena Gya sudah menebak hal ini akan terjadi cepat atau lambat.

Suara kakaknya yang menangis tersedu-sedu terdengar lirih tapi Gya tahu saat ini kakaknya sangat terpukul. Gya tidak tahu apa tepatnya yang terjadi namun dia menebak, rencana pertunangan kakaknya batal malam ini juga. Tidak, bahkan sebelum keributan ini terjadi, rencana itu sudah batal.

Gya hanya menunggu suasana tegang itu selesai sampai terdengar suara Ayah yang menyuruh kakaknya untuk beristirahat dengan masih ada sedikit amarah disuaranya. Tidak lama terdengar suara samar langkah kaki menaiki tangga lalu Gya membuka pintu kamarnya sedikit untuk mengecek keadaan. Gya mendapati kakaknya dalam keadaan terpuruk. Kakaknya yang biasanya terlihat cantik dan lembut, telah berubah menjadi sangat kacau. Matanya sembab, riasannya luntur, dan raut wajahnya terlihat sangat lelah.

Perempuan itu menyadari keberadaan Gya dibalik pintu kamarnya. Dengan sisa tenaga yang ada, dia berusaha menampakkan senyum lembutnya. Bahkan Gya bisa melihat bibir kakaknya bergetar karena terpaksa tersenyum.

"Maaf ya, kamu jadi bangun. Kamu tidur lagi sana." Kemudian dia pergi melewati Gya yang masih bertahan dibalik pintu.

Gya hanya bisa menatap kepergian kakaknya memasuki kamarnya tanpa bisa berkata-kata. Memangnya apa yang bisa Gya katakan dalam keadaan seperti ini. Meskipun Gya sangat ingin berkata, 'aku sudah bilangkan kalau dia bukan cowok baik', tapi rasanya sindiran itu hanya akan menambah beban kakaknya.

Gya bersiap menutup pintu kamarnya namun Ibu muncul diujung tangga sambil membawa sesuatu yang panas dalam cangkir kecil. Ibu menghampiri Gya, memberikan cangkir panas itu. Aroma harum teh chamomile menguar dari cangkir itu.

"Tolong kasih ke kakakmu dan jangan tanya apapun."

Gya sedikit kesal. Dia tidak perlu mencari tahu apa yang terjadi pada kakaknya karena dia sudah sering mengatakan jika kejadian ini akan terjadi. Kenapa semua orang tidak ada yang percaya padanya?

~~~

Linda menutup pintu kamarnya dengan pelan lalu air matanya kembali mengalir. Linda kembali terisak dan berjalan ke ranjang, membiarkan tas kerjanya tergeletak di lantai. Kemudian dia meringkuk seperti bayi sambil terus menangis.

Dia tidak bisa melupakan rasa sakit di dadanya ketika melihat Doni, kekasih yang hampir empat tahun lamanya, hampir bercumbu dengan perempuan lain. Lebih parahnya lagi, Ayah yang lebih dulu memergoki mereka sebelum Linda sadar dan berusaha menahan Ayah menghampiri Doni dengan amarah yang meluap-luap. Padahal belum ada satu minggu Doni mengatakan pada Ayah bahwa dia akan melamar Linda.

Masih teringat jelas bagaimana Doni mengatakan dengan gampang bahwa dia tidak jadi melamar Linda kemudian pergi bersama perempuan itu. Tatapan laki-laki itu begitu dingin dan muak, Linda sangat tertegun melihat sosok yang tidak pernah dia lihat pada Doni. Selama mereka menjadi kekasih, Doni selalu bersikap baik dan sopan padanya. Tidak pernah sekalipun Doni tidak tersenyum ketika bersama Linda.

Linda tidak mengerti kenapa Doni mengkhianatinya sekejam ini. Apa yang sudah dia perbuat? Linda tidak pernah menyinggung atau membantah Doni, lalu kenapa Doni dengan mudahnya membatalkan pertunangan mereka?

Linda tidak tahu harus berbuat apa saat ini. Dia benar-benar malu, pada dirinya sendiri dan juga Ayah. Linda merasa sudah benar-benar melukai perasaan Ayah. Padahal Ayah sudah mulai mempercayai Doni namun sekarang laki-laki itu menghancurkan segalanya.

Linda terus menangis dan bertanya-tanya apa kesalahannya pada Doni hingga akhirnya dia kelelahan dan tertidur.

avataravatar