webnovel

Bab 441 seorang ninja

Jeep kembali melaju dengan kencang melewati jalan utama.

aku dan Rei duduk berdampingan di atas cap mobil dan tangan ku dengan sengaja menyentuh tangannya yg ada di sebelah ku.

Rei segera menatap ku saat merasakan tangan ku tiba tiba memegang tangannya.

"maaf... memegang tangan mu rasanya sangat nyaman." aku berusaha melepaskan tangan ku tapi Rei dengan cepat menangkapnya. "tidak apa apa, aku juga merasa nyaman di pegang oleh mu."

aku tersenyum ringan dan menebarkan pesona ku padanya yg membuatnya kembali memerah. "terima kasih Rei, aku sangat bahagia bertemu dengan mu" tangan ku yg lain perlahan membelai pipinya dengan lembut.

Rei perlahan mendekati wajahnya ke arah ku dan aku juga mendekatkan wajah ku arahnya.

tanpa menunggu lama, bibir kami segera bertemu dan ciuman mesra pun segera terjadi.

tapi hanya beberapa waktu berlalu, penutup cap bundar di dekat kami tiba tiba terbuka dan kepala Takashi tiba tiba muncul sambil berkata dengan tegas. "Rei, dia pasti memiliki niat jahat. jangan sampai tertipu oleh nya."

Rei melepaskan ciuman kami dengan wajah terkejut, lalu menatap Takashi dengan expresi kesal. "kenapa kamu berkata seperti itu, apa kamu cemburu dengan Robert."

"itu..." Takashi menunjukan keterkejutannya mendengar kata kata Rei.

"Robert kehilangan ingatannya dan aku hanya ingin membantunya."

"tapi kenapa kalian saling berciuman?" Takashi langsung ke intinya yg membuat Rei tidak senang.

"apa yg salah dengan itu, memang siapa kamu untuk melarang ku mencium seseorang. aku hanya berharap dengan ciuman ku ingatan Robert bisa pulih kembali."

"Rei.... aku tidak ingin kalian bertengkar gara gara ku. sebaiknya aku pergi saja Rei." kata ku sambil menunjukan expresi sedih.

"tidak... kamu akan tetap bersama ku." jawab Rei dengan tegas, lalu aku memasang expresi tidak nyaman. "Rei... aku...." Rei dengan cepat menutup mulut ku dengan jarinya.

"kamu akan bersama ku.... jangan cemas ok...." Rei memeluk lengan ku dan mendekatkan tubuhnya ke arah ku.

Takashi yg di abaikan segera merasa kehilangan di hatinya, tapi sekali lagi dia melihat senyum jahat ku yg seakan mengejeknya yg membuatnya kesal.

tapi dia segera menahan amarahnya, dia merasa bahwa Robert sengaja melakukan semua itu untuk memancing emosi nya.

dia segera mengepal erat tangannya dan berjanji dalam hatinya akan membongkar kedok Robert.

"Robert, kenapa kamu tidak di serang oleh para zombie dan kenapa kamu terlihat tidak takut di dekat mereka." pertanyaan Rei di dengar oleh semua orang dan mereka segera melebarkan telinga mereka untuk mendengarkan jawaban ku.

"entah lah, aku merasa mahluk itu tidak mengancam ku."

"lalu kenapa kamu merasa tidak nyaman di dekat teman teman ku.?"

"itu...." aku menatap Rei sambil tersenyum canggung. "mereka terlihat agak mesum... terutama Seiko... aku takut dia akan tersinggung jika aku tidak sengaja menatapnya...."

semua orang yg mendengar perkataan ku tersenyum canggung dan mereka segera mengalihkan pandangannya pada Seiko yg hanya mengenakan celemek dan pakaian dalam.

tapi Seiko hanya memalingkan wajahnya dengan acuh tak acuh dan tidak peduli dengan semua itu.

Rei mengembungkan pipinya dengan kesal. "jadi kamu tergoda oleh Seiko.."

aku menganggur kepala ku dengan canggung. "aku juga tidak mengerti... hanya saja aku sedikit gelisah... tapi saat memegang tangan mu, kegelisahan ku tiba tiba hilang. jika kamu merasa aku tidak baik, aku bisa pergi dari sini.... aku sudah biasa sendiri, itu lebih baik bagi ku."

"jangan bicara omong kosong itu lagi, pegang saja tangan ku dan kamu akan baik baik saja."

aku terdiam sesaat sambil menatap Rei sebelum berkata dengan bingung. "Rei... jantung ku tiba tiba berdebar kencang mendengar kata kata mu.... apa menurutmu ada yg salah dengan ku...."

blus merah kembali muncul di pipi Rai dan dia segera memalingkan wajahnya sambil berkata. "tidak ada yg salah... pegang saja tangan ku dan itu akan kembali normal."

"baiklah.." aku kembali memegang tangan Rei dengan lembut, tapi mobil tiba tiba mulai melambat karena sekumpulan zombie berkumpul di depan kami.

"jumlah zombie terlalu banyak, kita tidak bisa menerobos dan harus mengambil jalan memutar." seru shizuka saat kepalanya menoleh kebelakang untuk memundurkan mobil.

tapi sayangnya di belakang mereka sudah banyak zombie yg berkumpul mendengar suara mobil kami.

"Robert, berbaring lah..." Rai segera berbaring di cap mobil sambil membidikkan senjatanya, tapi aku masih dengan tenang duduk sambil menatap ke depan.

"Robert..." seru Rei dengan cemas.

"aku merasa bisa mengalahkan semua zombie di depan." kata ku dengan santai.

"jangan main main, diam lah disini." Rei menatap ku dengan tatapan tegas dan aku membalasnya dengan senyum mempesona. "jantung ku berdebar kencang, seperti mendesak ku untuk melawan zombie didepan untuk melindungi mu."

"Robert...." mata Rei sedikit berkaca kaca, tapi aku segera melompat turun dari mobil dan berjalan ke depan dengan santai.

"Robert kembalilah..." teriak Rei dan dia bergegas turun dari cap mobil di ikuti oleh saeko, Takashi, saya dan kohta.

"Mungkin itu dapat membuat ingatannya pulih, sebaiknya kita biarkan dia bertarung dan membantunya dari belakang." kohta memberi penjelasan logis sambil memperbaiki kaca matanya.

mereka segera menganggukkan kepala dan mulai membidik senjata ke arah zombie yg ada di sekitar ku.

tapi saat itu Robert merentangkan kedua tangannya dan empat kunai tiba tiba di tembakan ke dua sisi jalan.

kawat tipis dapat di lihat terikat di kunai tersebut.

dengan anggun Robert memainkan jarinya dan kunai mulai mengubah arahnya melewati tiang listrik dan bergegas ke arah zombie.

lalu kunai saling menyilang di depan kumpulan zombie sebelum berbelok arah ke bagian belakang zombie.

saat itu Robert langsung menarik kedua tangannya dengan erat dan kawat yg terjalin di tiang mulai mengencang.

lebih dari dari 50 zombie terperangkap menjadi satu dalam jeratan kawat tipis.

Robert terlihat menarik tangannya sekuat tenaga yg membuat suara melengking dari gesekan kawat dengan tiang di setiap sisi jalan.

tidak butuh waktu lama, tubuh para zombi langsung terpotong potong menjadi beberapa bagian dan kunai mulai bergerak mundur sampai kembali ke tangan Robert.

dengan lambaian tangan kunai tiba tiba menghilang dan Robert bergegas ke sisi Rei sambil tersenyum lembut padanya

semua orang menatap ku dengan penuh kejutan, sampai Rei bertanya pada ku. "Robert, bagaimana kamu melakukannya."

"itu..." aku menatap Rei dengan wajah bingung. "aku hanya merasa bisa melakukannya, seakan tubuh ku bergerak sendiri."

melihat expresi rumit Rei, aku kembali berkata dengan nada menyesal. "aku hanya ingin melindungi mu, jika kamu tidak suka maka aku tidak akan melakukannya lagi."

"tidak tidak..." Rei segera memeluk tangan ku dengan panik. "jangan salah paham, aku hanya sedikit terkejut."

"Rei... aku tiba tiba ingin mencium mu." aku berkata dengan malu malu yg membuat pipi Rei kembali memerah. "kamu tidak perlu mengatakannya di depan umum."

Rei melirik yg lain dengan wajah menahan rasa malu. "tapi aku takut kamu marah."

"aku tidak akan marah, kamu bisa mencium ku sesuka hati mu" Rei berkata dengan tergesa gesa dan aku segera mencium bibir Rei sambil memeluk pinggangnya.

Rei juga memeluk leherku dan menikmati ciuman kami berdua.

tapi Takashi tiba tiba melihat bahwa aku meliriknya dengan mata mengejek yg membuatnya kembali geram. "sebaiknya kita segera berangkat, ini sudah sore dan kita harus mencari tempat untuk beristirahat."

kami berhenti berciuman dan Rei menatap Takashi dengan kesal sebelum menarik ku untuk naik ke cap mobil.

saeko yg menyaksikan semua itu menatap ku dengan expresi rumit di wajahnya, matanya terlihat seperti sedang membayangkan sesuatu.

tapi dia segera mengabaikannya dan masuk ke dalam mobil bersama yg lainnya.

"mungkin Robert adalah seorang ninja, instingnya yg tajam membuat dia tidak merasakan ancaman pada zombie. aku dengar ninja juga memiliki teknik agar langkah mereka sulit di deteksi yg memungkinkan zombi tidak menyerangnya." kohta segera memberikan hipotesisnya segera setelah mobil kami bergerak maju yg membuat orang mengangguk setuju.

"walaupun dia kehilangan ingatan, tapi insting bertarungnya masih ada. tubuhnya masih mengingat semua gerakan yg biasa dia lakukan." kohta kembali menambahkan yg membuat semua orang kembali menganggukkan kepala.