webnovel

Sistem Kaisar Kekacauan(Indonesia)

Penyebrangan yang tidak jelas, dan sebuah sistem yang memungkinkannya untuk menguasai dunia telah menyebabkan hidup Xu Huang berubah total. Perjalanan untuk mengejar ambisi yang penuh gairah pun dimulai. Misi : Mendapatkan 100 poin pujian Hadiah : Tekhnik dasar Chaos Emperor Art Hukuman gagal : Dilenyapkan tanpa kesempatan untuk bereinkarnasi.

Yeyu_Zuojia · Eastern
Not enough ratings
7 Chs

Sebelum Perjalanan

Setelah situasi mulai tenang, Xu Buang dan Sun Hilang berdiri melihat keadaan. Mereka terkejut melihat LvBu yang berlutut satu kaki menahan tubuhnya supaya tidak jatuh dengan tombaknya. Sedangkan Pemimpin Serigala sudah roboh di tanah dengan tubuh berkedut.

"LvBu, bagaimana keadaanmu, apakah baik-baik saja?" Xu Huang menghampiri LvBu seraya bertanya.

"Jangan khawatir, Yang Mulia. LvBu masih bisa bertahan," Jawab LvBu dengan nada tegas. Dia adalah orang gila perang, semakin besar pertarungan, semakin bahagia dia.

Sun Yiling yang sedari tadi memperhatikan LvBu pun memberi saran, "Lebih baik kita cari sebuah goa untuk beristirahat terlebih dahulu."

Sesungguhnya Sun Yiling sangat penasaran dengan orang besar di depannya, bagaimana menurutnya orang kuat seperti itu mau memanggil dengan gelar seorang yang tidak punya basis kultivasi.

Mereka bertiga sepakat untuk mencari sebuah goa terlebih dahulu. LvBu memanggil tunggangannya yang sudah bersembunyi sebelum pertarungan tadi. LvBu mengajak Xu Huang dan Sun Yiling menunggangi punggung sapi hitam itu. Dia juga sempat memotong kaki Pemimpin Serigala.

"Xiao Hei, pergi cari goa yang bagus untuk istirahat," LvBu memberi perintah seraya menepuk punuk Xiao Hei.

Melenguh.. Moo..

Xiao Hei melenguh sambil menganggukan kepalanya. Setelah itu, disertai getaran hebat dari tanah, Xiao Hei dengan badannya yang besar berlari dengan cepat keluar dari lembah menuju kedalaman hutan.

****

Kerlip cahaya samar-samar terlihat digelapnya malam hutan. Di depan sebuah goa berukuran sedang. Terlihat tiga manusia mengelilingi api unggun, dengan dua pasang kaki mirip kaki serigala di atas api.

Sun Yiling selalu memperhatikan LvBu, dia sangat penasaran dari mana orang ini berasal. Dia juga merasa Xu Huang tidak lah sesederhana itu.

Xu Huang, yang melihat rasa penasaran dari mata Sun Yiling pun mendekat, dia duduk disampingnya seraya memainkan kaki panggang.

"Ayo, apa yang ingin kamu tanyakan, tanyakan sekarang apa yang ingin kamu ketahui," Xu Huang berkata.

"Mm, siapa kamu sebenarnya, darimana asalmu? Tidak mungkin orang sepertimu yang bisa mendapatkan gelar Yang Mulia dari orang sekuat dia adalah orang biasa." Sun Yiling bertanya dengan penasaran, sesekali akan melirik LvBu yang fokus memanggang.

Xu Huang merenung selama beberapa saat sebelum akhirnya dia berkata, "Saya juga tidak tahu darimana asal saya. Saya tidak dapat mengingatnya. Kalau soal LvBu, saya merasakan aura yang akrab darinya. Tentang gelar, saya tidak mengingatnya,"

Sebenarnya, Xu Huang belum siap memberi tahu Sun Yiling yang sebenarnya. Karena, itu terlalu tidak nyata, jadi dia hanya menjawab dengan kebohongan.

Setelah menjawab pertanyaan Sun Yiling, Xu Huang berdiri dan berjalan ke arah goa. Dia menepuk pundak LvBu saat berjalan melewatinya, sambil berkata, "Jangan terlalu keras dengan diri sendiri, manusia butuh istirahat." Setelah itu, dia melanjutkan berjalan ke goa.

"Jendral harus selalu melindungi Yang Mulia!" LvBu berdiri mengahadap punggung Xu Huang yang sudah memasuki goa dan berkata dengan keras.

Sun Yiling yang merasa tidak puas dengan jawaban Xu Huang, berjalan mendekati LvBu dan bertanya, "Hei orang besar! Dari mana asalmu, dan mengapa kamu selalu memanggil anak tanpa kultivasi sebagai Yang Mulia?"

"Yang Mulia bukanlah orang tanpa kultivasi, kamu yang belum mengerti dirinya," LvBu menjawab dengan wajah datar khas tentara. Sejujurnya dia merasa Yang Mulia selalu menyembunyikan kemampuannya.

"Saya memanggilnya Yang Mulia karena insting, saya merasakan aura Bintang Ungu  yang cukup kental darinya," Lanjut LvBu, setelah itu dia mengambil dua kaki serigala di atas api dan berjalan ke arah Xiao Hei. Dia memberinya satu dan memakan yang satu lagi.

Sun Yiling yang ditinggal sendiri hanya menghela napas kecewa, dia kecewa tidak mendapat jawaban yang jelas. Setelah itu, dia juga berjalan ke dalam goa, dia melihat Xu Huang yang tertidur di pojok goa.

Sun Yiling melihat sekeliling goa, ukurannya tidak luas atau pun kecil, kira-kira muat dua Xiao Hei masuk. Dia berjalan ke arah pojok seberang Xu Huang dan duduk bersila sambil memejamkan mata, dia ingin ber kultivasi walaupun sebentar.

Xu Huang membuka matanya dan melihat ke arah dimana Sun Yiling ber kultivasi. Dia memperhatikan dengan seksama wajah cantik Sun Yiling. Dia sebenarnya menyukai Sun Yiling, tetapi karena dia merasa masih terlalu lemah dan tidak mampu melindunginya, dia tidak berani untuk mengatakannya.

Xu Huang berdiri berjalan keluar dari goa. Dia bermaksud mempelajari pernapasan dari LvBu. Saat di dunia independen, dia tidak sempat mempelajarinya dari Paman Sun karena terlalu fokus membaca.

Setelah Xu Huang keluar, helaan napas pelan terdengar samar di dalam goa. Sun Yiling, dengan wajah merah menghela napas, dia sepenuhnya sadar waktu Xu Huang memperhatikannya. Namun dia menahannya, karena kalau tidak pasti akan sangat canggung.

Sun Yiling sebenarnya juga merasa dekat dengan Xu Huang, tetapi belum siap untuk yang lebih. Dia merasa masih terlalu lemah, dia tidak ingin menjadi sebuah beban.

Setelah menenangkan hatinya, Sun Yiling kembali memejamkan mata untuk melanjutkan ber kultivasi.

Di sisi lain, Xu Huang duduk bersila di sebuah batu dekat mulut goa. LvBu berdiri disamping sambil memberi intruksi. Seperti ini, hingga malam berlalu dengan tenang.

---

Suara monster beast terdengar sahut-menyahut di hutan, menandakan dimulainya sesi mencari makan. Seekor lebah berukuran telapak tangan terbang keluar dari sarangnya, dia terbang kearah goa dan hinggap di pundak seorang remaja yang sedang duduk bersila dengan mata terpejam.

Remaja itu membuka matanya pelan, dia menoleh dan melihat seekor lebah di pundaknya. Dia mengulurkan tangan untuk menyentuhnya, lebah itu terbang berputar mengelilingi remaja dan terbang menjauh.

Xu Huang berdiri mengendurkan tubuhnya, suara remukan tulang terdengar dari tubuhnya yang kamu akibat duduk semalaman.

Dari kejauhan, Xu Huang melihat LvBu yang kembali dari hutan dengan membawa lima ekor kelinci seputih salju di tanganya.

Xu Huang tersenyum tipis sambil berjalan ke arah tempat api unggun semalam. Dia juga mengambil ranting  kecil di tanah, dia berniat membuat api.

LvBu, yang melihat dari kejauhan sepertinya tahu tujuan Yang Mulia. Dia dengan cepat berlari ke depan Yang Mulia.

"Yang Mulia, anda sudah bangun. Biarlah LvBu yang melakukan pekerjaan kasar ini. Yang Mulia sebaiknya pergi ke sungai untuk mencuci muka," Sapa LvBu seraya mengambil ranting yang dikumpulkan Yang Mulia. Dia memang orang bodoh gila perang yang tidak bisa berbicara dengan sopan.

Xu Huang memutar matanya sambil mengutuk dalam hati, Sial, apakah saya membuatmu jijik.

Sun Yiling berjalan keluar dari goa, dia mendengar keributan di luar. Dia melihat Xu Huang dan LvBu yang sedang berdiri berhadapan, dia berjalan mendekati mereka berdua dan menyapa.

Setelah saling sapa, Xu Huang dan Sun Yiling berjalan bersama menuju Sungai. Xu Huang juga membawa tiga ekor kelinci di tangan LvBu.

Kali ini LvBu tidak mencegahnya, agar lebih cepat. Mereka harus memulai perjalanan ke kawasan umat manusia secepat mungkin.

---

Di sungai tidak jauh dari goa, Xu Huang sedang membersihkan kelinci sambil menunggu Sun Yiling selesai mandi di balik belokan sungai tidak jauh darinya.

Sambil memberaihkan kelinci, Xu Huang bernyanyi menyanyikan lagu-lagu bumi. Sejujurnya, dia sedikit merindukan kehidupan di bumi yang membosankan. Memang, di dunia ini dia bebas melakukan apapun, namun dengan resiko nyawanya melayang. Berbeda dengan bumi, walaupun dia tidak bebas karena aturan tapi setidaknya tidak ada ancaman nyawa secara terang-terangan.

Sewaktu Xu Huang sedang asik bernostalgia dengan nyanyiannya, tiba-tiba dia dikejutkan oleh sebuah teriakan keras seorang wanita. Dia sangat mengenal suara itu, ya itu suara Sun Yiling.