webnovel

Sisi Gelap Rani

Rani adalah gadis desa yang lugu, dia dicintai oleh bosnya bernama Alin, awalnya Rani menganggap Alin hanya sebatas kakak tapi ternyata Rani salah menilai semua kebaikan yang kak Alin berikan.

S_M_Soediro · LGBT+
Not enough ratings
14 Chs

1. Tentang Aku

#Sisi_Gelap_Rani#

#Part 1#

Cita-citaku sungguh mulia, ingin menjadi seorang guru, tapi apa daya aku terlahir dari keluarga yang tidak mampu, ayahku hanya seorang tukang becak, ibuku buruh tani harian lepas, dan aku terlahir jadi anak pertama dari 3 bersaudara.

Selepas lulus SMP aku ikut salah satu saudara jauh dari ibu untuk mengadu nasib di kota metropolitan, ya ... Jakarta adalah tujuan utamaku, di Jakarta aku bekerja di sebuah kafe cukup ternama, aku bekerja sebagai waiter dengan gaji di bawah UMK namun makan dan tempat tinggalku sudah di jamin, kami semua para karyawan dikasih mes.

Sebut saja namaku rani, aku dikaruniai wajah yang sangat cantik, bahkan semua orang mengira aku keturunan cina, kulitku putih bersih, badanku berisi dan tinggi, aku memiliki wajah bulat telur, pipi cuby dan kemerah-merahan, juga bibir mungil namun berisi.

kecantikan alami yang aku miliki mengundang birahi para pengunjung kafe yang kebanyakan adalah pria-pria hidung belang, dari mereka aku sering mendapat uang tips, kadang ada juga yang mengajak aku kencan, namun semua ajakan kencan aku tolak sebab peraturan kerja yang sangat ketat, dan hampir nggak ada liburnya itu yang menjadikan sebuah alasan untukku menolak ajakan mereka.

namun soal uang tips nggak ada yang aku tolak, lumayanlah bisa buat beli keperluan harianku seperti beli sabun dan kebutuhan lainnya.

Dengan adanya aku sebagai waiter di situ, pengunjung kafe makin hari makin rame, bisa dibilang aku adalah kembang di kafe tersebut, omset kafe juga melejit pesat, dan itu semua membuat salah satu manager disitu curiga, lalu menyelidiki penyebab ramainya para pengunjung kafe.

Sebut saja manager itu adalah kak alin, wanita cukup berumur yang semua karyawan bilang sangat jutek, pemarah dan sangat membenci karyawan laki-laki, kalau kak alin sudah mulai audit semua karyawan bisa dibikin kalang kabut, sebab semua akan kak alin komplin, dari kebersihan, sampai tata letak piring-piring di kabinet juga jadi sasaran sorotan mata kak alin, tapi menurut ku kak alin adalah sosok yang sangat keibuan, ramah, dan menyenangkan.

meski kak alin terkesan tomboy namun sikap kak alin kepadaku sangat lembut dan sangat perhatian, diwaktu jam kerja kak alin sering mengajakku keluar kadang mengajakku ke salon untuk perawatan tubuh, kadang sekedar ngopi atau makan siang, kadang juga kak alin datang hanya untuk memberiku hadiah-hadiah kecil, seperti memberiku jepit rambut, ikat rambut ataupun bendo, sungguh aku merasa terharu dengan kebaikan-demi kebaikan yang kak alin berikan, dan sama sekali tidak merasa curiga sedikitpun dengan semua kebaikan kak Alin.

Sempat salah satu karyawan kafe menasehati agar tak terlalu dekat dengan kak Alin, nanti aku nyesal katanya, sebab dia pernah di jebak, namun aku tak memperdulikan semua nasehat karyawan itu, menurutku dia hanya sirik dan iri saja.

Di suatu pagi kak Alin datang menemuiku di kafe, kebetulan hari itu adalah hari liburku, kak Alin membawa bingkisan yang isinya celana jeans, kaos yang sangat ketat, sepatu, juga tas, mataku terbelalak saat membaca bandrol harga dimasing-masing barang yang kak Alin kasih.

"Kak Alin, maaf ini terlalu mahal buatku,."

"Nggah lah Rani, harga itu sesuai buat kecantikanmu, kamu itu cantik, tinggi, seksi, tak pantas pake barang-barang murahan, kamu pantasnya pake barang bermerek seleeti ini, ayo kakak bantu pakein baju ini, kakak mau nengok kaya mana cantiknya kamu setelah pake baju pilihanku ini, setelah itu kita shoping, biar kamu happy,."

Setelah aku mandi kak Alin membantu berkemas, entah mengapa badanku merinding setiap kak Alin menyentuh kulit, apalagi saat memeluk dari belakang sambil mencium rambutku, dari pantulan cermin rias kami saling menatap, danku lihat ada binar lain di sorot matanya.

Ya ... Binar seperti para laki-laki hidung belang yang sering merayuku di kafe, namun kucoba menepis jauh-jauh semua prasangka burukku.

"Ayo kak lin, saya sudah siap lho ... jadi pergi sekarang enggak."

ucapku memecah kesunyian, sambil ku lepas dekapan kedua tangan kak Alin di pingganggu,

" Oh ... Okey ... i'm sorry rani, aku sungguh sangat terpukau dengan kecantikanmu, kamu cantik, mulai sekarang jangan canggung sama kak Alin ya, sebab mulai detik ini kamu adalah milikku, emmm ..., Maksudnya kamu adalah adikku, "

Kami keluar dari kamar, menuju mobil kak Alin, dan sepanjang jalan menuju mobil, tanganku tak lepas dari genggaman tangannya, aku lihat kak alin sangat bahagia.

Kak Alin membukakan pintu mobil, dan ini membuatku sangat segan, sebab kak Alin adalah manager sekaligus pemilik saham terbesar di kafe, sedang aku hanyalah karyawan biasa, hanya waiters, disalah satu kafe milik kak Alin.

Sampailah kami di sebuah mall yang sangat besar, kak alin mengajakku makan.

"Rani ... berapa umurmu saat ini,"

"Umur saya masih 16"

"Woooowww ... Kakak kira umurmu diatas 17 tahun, postur tubuhmu begitu bongsor ya"

Kak alin menjawab sambil terkekeh, dan aku hanya tersenyum,

"Bagaimana Rani, kamu kerasan kerja di cafe kita, apa ada pembeli yang kadang miang ( gatal ) sama kamu?"

"Iya kak, sering saya digangguin sama pembeli yang miang"

"Heemmmmm ... itu wajar sebab kamu sangat cantik dan mempesona, apa ada salah satu pelanggan yang sudah mencuri hatimu?"

"Nggak ada kak, Rani mau fokus kerja untuk membantu keluarga, lagian Rani masih sangat kecil untuk jatuh cinta"

"Emmm ... Jadi kamu masih virgin dong?"

"Maksud kak alin?"

"Maksudnya kamu belum pernah sama sekali pacaran"

"Oowh ... Belum kak"

"Good Rani, jangan sia-siakan masa mudamu"

"Kak Alin, apa disini ada magic com?"

"Ha ... ha ... kenapa kamu tiba-tiba cari magic com disini, sedang kita lagi makan, melawak aja kamu ha .. ha ...."

"Bukan kak, maksud Rani di mall ini apa ada yang jual magic com!."

"Untuk apa kamu nyari magic com, bukankah pihak kafe udah ngasih catering buat kamu"

"Bukan buat saya kak alin, tapi buat mama dikampung, masalahnya mama masih masak nasi di tungku kayu"

"Oh Tuhan ... Rani ... okey, kamu tinggal sebutin apa aja yang kamu butuhkan buat mama kamu, nanti kakak beliin."

"Nggak usah kak, nggak usah kakak beliin, Rani sudah bawa uang buat beli magic com nya"

"Mana kakak tengok uangnya"

"Ini kak" lalu aku mengeluarkan uang dua lembar seratus ribuan.

" Ha, ha, haha ... Rani ... Rani ... mana dapat uang segitu buat beli magic com, sudah simpan uangmu, dan habiskan makananmu, setelah ini kita sama-sama cari magic com okey, padahal kakak mau ngajak kamu nonton, tapi tak apa, kita beli semua peralatan yang kamu butuhkan, tak usah ragu, anggap saja ini hadiah dari kakak buat adik tersayangnya okey,"

Kak Alin bicara sambil mengacak-acak rambutku dan mencubit pipi cuby ku.