1 Prolog

Pagi ini, sekolah mengadakan kegiatan bersih-bersih. seluruh anggota sekolah dilibatkan dalam kegiatan ini termasuk kedua sahabat yang dari tadi tidak berhenti adu mulut, mereka adalah Teressa dan Natha. Siapa sih yang tidak mengenal dua sejoli itu?

"Astaga, Tessa! Natha!" bentak bu Indah membuat keduanya seketika diam mematung.

"kalian ini ya, bisa ga sih sehari aja jangan berantem? kepala ibu pusing liatnya," ucap bu Indah lagi.

"yaudah bu jangan diliatin kalo gitu," celetuk Natha sambil memasukan kedua tangan nya kedalam saku celana.

Tessa segera menyenggol lengan Natha, memang cari mati cowo itu.

"berani jawab kamu, Natha?" kata bu Indah sambil tersenyum penuh arti.

seketika nyali Natha menciut, "Hehe, engga bu."

"Yaudah, sekarang kalian kembali ke tugas masing-masing." ucap bu Indah lalu meninggalkan keduanya disana.

"lo sih, pake rebut kemoceng gue." kata Tessa.

"gue ga rebut, Tes. Gue cuma mau pinjem,"

"ya tapi kan lagi gue pake kemoceng nya," ucap Tessa penuh penekanan.

"Teressa! Natha!" ucap bu Indah dari jauh, ternyata beliau masih memperhatikan keduanya.

ya, dari tadi Tessa dan Natha bertengkar hanya karna masalah kemoceng. Natha memaksa untuk meminjam kemoceng Tessa, sedangkan Tessa tidak mau memberikannya. jelas lah, orang kemoceng nya masih dipake. akhirnya mereka berdua beradu mulut dan rebut-rebutan kemoceng. Sebenernya kemoceng di kelas masih ada satu lagi tapi Natha gamau dengan alasan kemoceng itu udah buluk, padahal mah Natha nya aja sengaja nyari masalah ke Tessa.

"yaudah nih, gue mau bantu Jihan aja." kata Tessa lalu melempar kemoceng itu pada Natha.

langkah Tessa pun kini beralih menghampiri sahabatnya bernama Jihan yang sedang mengelap kaca.

"kenapa tuh muka ditekuk gitu," celetuk Jihan.

Tessa tidak menjawab, gadis itu hanya mengambil alih semprotan kaca di tangan Jihan.

"Natha gangguin lo lagi?" tebak Jihan membuat Tessa kini berdecak dan mengangguk.

"kenapa sih anak itu selalu menghantui hidup gue? capek tau ga," curhat Tessa membuat Jihan tertawa.

"suka kali sama lo," Tessa kini menatap tajam mata Jihan.

"Plis ya ji, jangan bikin gue mimpi buruk nanti malem," Jihan kembali tertawa mendengarnya.

•••

Nama gue, Teressa Mutiara Tamie. Temen-temen sekolah sih biasanya panggil Tessa atau Tere. Beda lagi kalau Natha yang panggil gue, biasanya dia suka manggil gue dengan nama Terenosaur pas gue lagi ngomelin dia. Kadang suka manggil Tamie juga pas gue lagi banyak ngemil. Dan suka manggil Mutiara pas dia lagi ada maunya. Emang anak titisan dajjal begitu bentukan nya.

"Natha! balikin minuman gue!"

"Sini ambil sendiri!" balas Natha sambil berlari.

Tadi itu namanya Vante Nathanael Putra, dia itu sahabat gue dari kecil. Bahkan dari janin kali kita udah sahabatan, ya karna orangtua gue sama orangtua dia juga udah sahabatan dari mereka masih muda dulu. Sahabatan sama Natha itu bikin darah tinggi, gimana ga darah tinggi coba tiap hari kerjaan dia selalu bikin gue emosian. Tapi mau gimanapun Natha itu sahabat gue, mau dia se- nyebelin apa dia tetep selalu ada buat gue.

"Natha! gue lapor bunda nih!" Ancam gue yang masih berusaha untuk ngejar Natha.

sedangkan Natha, dia cuma ketawa nanggepin ancaman gue barusan. "Ga seru lo mainnya ngadu sama Bunda!"

"Yaudah, balikin minuman gue!"

Natha tetaplah Natha, dia itu adalah cowo yang paling keras kepala. Sebenernya percuma juga sih gue ngancam dia kaya tadi karna dia bakal tetep ngisengin gue.

"TESSA NATHA!" teriak Sonya, ketua kelas.

Gue sama Natha langsung kicep, Sonya ini galak banget kalo udah marah.

"Itu tuh, Son. Natha nyolong minuman gue," Sonya memijat keningnya.

"Kalian liat nih, lantai jadi kotor lagi!" Kata Sonya sambil menunjuk lantai yang baru aja dia pel.

Gue langsung ngambil botol gue yang ada di tangan Natha, "Gara-gara lo sih, Nath."

"Lo juga salah," kata Natha yang ga terima.

"Heh udah-udah, gue gamau tau ya kalian berdua harus ngepel ulang lantai ini sampe bersih pas pulang sekolah." Kata Sonya lalu keluar dari kelas.

Gue mukul punggung Natha keras, "Natha! Gue jadi gabisa pulang cepet!"

Natha cuma ketawa nanggepin ucapan gue barusan, "cuma disuruh ngepel kelas kan? Gampang. Udah yuk kantin,"

Gue berdecak sebelum nyusulin Natha.

"Kemana aja lo, Tes? Gue dari tadi udah nungguin lo disini," kata Jihan saat Tessa duduk di sampingnya.

Oh iya, kalau yang ini namanya Jihan Anastasya. Gue sahabatan sama dia sejak gue kelas 2 Smp. Walaupun gue kenal sama Jihan ga selama gue kenal sama Natha, tapi Jihan ini satu-satunya sahabat perempuan gue yang paling bisa ngertiin gue.

"Biasa, anak dajjal ngajak main kejar-kejaran." Balas gue seadanya sambil ngambil batagor Jihan.

"Tessa, batagor gue." Kata Jihan sambil cemberut.

"Lebay lo,"

"Kenapa Ji? Tamie nyolong makanan lo lagi?" Celetuk Natha yang entah dari mana tiba-tiba nongol di depan gue sama Jihan.

Jihan ngangguk.

"Dih, Gue kan cuma minta satu doang," kata gue ga terima.

Natha sama Jihan ketawa doang waktu liat gue cemberut.

"Gue mau pesen siomay, mau ga?" Tanya Natha ke gue.

"Bayarin ya," Natha ngangguk ya gue seneng-seneng aja lah. Kapan lagi kan anak itu traktir gue?

•••

Ponsel Tessa bergetar menandakan ada pesan masuk, ternyata itu dari dokter Dion. Beliau memberitau gadis itu bahwa hasil pemeriksaan minggu lalu sudah keluar, dokter Dion juga meminta Tessa untuk segera datang ke rumah sakit untuk menemuinya.

Minggu lalu, entah gimana ceritanya Teressa tiba-tiba mengalami pendarahan hebat. Padahal sebelumnya dia masih sehat-sehat aja. Karena Mama dan Papanya bekerja, akhirnya dia memutuskan untuk pergi ke rumah sakit sendiri, sampai sekarang Tessa belum cerita soal pendarahan dia ke siapapun. Dia gamau bikin orang lain khawatir.

"Mutiara," panggil Natha membuat Tessa memutar bola matanya malas.

"Apa lagi?!"

Natha nyengir, "Gue kayanya gabisa nganter lo pulang deh. Hani minta di jemput soalnya,"

Hani itu gebetan nya Natha dari sekolah lain.

"Iyaa gapapa," kata Tessa lalu hendak menaruh alat pel kedalam lemari khusus alat bersih-bersih.

"Eh, serius Tes?" Tessa hanya mengangguk.

"Udah sana pergi," usir Tessa membuat Natha mengangguk dan segera pergi dari sana.

Tessa menatap punggung Natha yang sudah menjauh dari sana, sebenernya dia kecewa sama Natha karna cowo itu selalu ingkar janji. Tapi kan sekarang dia mau langsung ke rumah sakit, jadi dia ngijinin Natha untuk jemput gebetannya. Ga mungkin dong, Natha nganterin Tessa ke rumah sakit?

"Jadi, gimana dok hasilnya?" Kata Tessa pada Dokter Dion yang kini sudah ada di depannya sambil memegang sebuah map coklat.

"Begini, dari hasil pemeriksaan adek positif mengalami kanker rahim," kaki Tessa seketika lemas mendengarnya.

"Kok bisa dok?" Kata Tessa dengan suara yang bergetar.

"Iyaa, jadi setelah di periksa ulang ternyata faktor penyakit adek ini karna keturunan dari almarhum nenek dek Tessa,"

Seketika, dunia seorang Tessa hancur berkeping-keping.

avataravatar
Next chapter