1 Part 1

*•~•~•~•~•~•~•~•*

Selαmαt membαcα

READERS💜

*•~•~•~•~•~•~•~•*

Dikeheningan malam nampak seorang gadis yang tengah berjalan menuju sebuah tempat yang sering digunakan orang-orang untuk menunggu bis disana. Gadis itu bernama Tasya.

Ia berjalan menuju halte bis dengan langkah perlahan diiringi raut wajahnya yang sangat kusut. Langkah itu seketika terhenti saat ia mendengar seseorang di belakang memanggil namanya.

"Tasya," teriak seseorang dari arah belakang. Ia segera menoleh ke arah panggilan itu dan yang ia lihat temannya sedang melambaikan tangannya dan berlari kecil menghampirinya.

"Sya lo pulang sendiri?" dia mensejajarkan langkahnya dengan Tasya, seseorang itu yang tak lain adalah teman dekatnya Tasya yaitu Atin. Tasya mengangguk membalas pertanyaan itu.

"Oh ya udah kalau gitu lo bareng gue aja rumah kita kan searah, supir gue lagi d jalan bentar lagi dia datang," tawar Atin pada Tasya.

"Nggak ah gue malu nebeng mulu sama lo, gratis lagi," balas Tasya tertawa kecil.

"Lo ngomong kayak sama siapa aja, kita kan udah lama temenan, mana tega gue lihat lo sendirian nungguin taksi malem-malem," gerutu Atin sambil melihat kearah Tasya dengan tatapan tajam. Tasya hanya tersenyum malu saat sahabatnya berbicara seperti itu.

Tiba-tiba sebuah mobil berhenti tepat di hadapan mereka berdua. "Tuh mang Ujang udah dateng," ucap Atin sambil menarik lengan Tasya dengan paksa agar ia ikut dengannya.

Awalnya sih Tasya menolaknya tapi setelah masuk mobil dia hanya pasrah. Di dalam mobil Tasya dan Atin saling bertukar cerita satu sama lain, seperti hal yang biasa cewek lakukan.

Ckiiiiittt

Mobil pun terhenti tepat di depan rumah Tasya. Ia pun segera turun. Atin hanya mengantarnya sampai di luar gerbang tidak masuk ke dalam.

"Makasih ya, ya udah sana pergi bye," Tasya melambaikan tangannya.

"Iya ini juga mau pergi, maaf gue nggak bisa mampir ke rumah lo, titip salam buat ayah sama bunda ya," ucap Atin, Tasya hanya mengangguk dan tersenyum kearahnya.

"Lain kali gue bakal main ke rumah lo ya udah gue pergi dulu ya dahh," ucap Atin melaimbakan tangannya begitupun dengan Tasya.

Tasya segera masuk dan membuka gerbang sendiri lalu menutupnya kembali. Karena hari ini pak Amir yang bekerja sebagai supir keluarganya sekaligus penjaga rumah tidak masuk kerja dikarenakan sakit.

"Billa pulang," ucap Tasya saat masuk rumah dan langsung menghampiri bunda dan ayahnya yang berada di ruang tamu, "selamat malam," Tasya mencium pipi keduanya.

"Selamat malam," balas mereka berdua dengan senyuman hangat.

"Billa ke atas dulu ya bun," ucap Tasya sambil melangkah pergi tapi berbalik lagi, "Oh iya lupa ada salam dari Atin buat ayah sama bunda."

"Kamu bareng sama Atin pulangnya?" tanya Reni.

Tasya duduk di samping bundanya, "Iya bun, tadi istrinya pak Amir nelpon katanya gak bisa jemput sama mau cuti selama seminggu, untungnya ada Atin deh."

"Aduh kasihan juga ya anak kita bun," Revan tertawa mengejek anaknya.

"Ihh ayah apaan sih, tega bener sama anak sendiri," kesal Tasya, "eh tapi bun kasihan deh Atin orang sebaik dia masih ada aja yang jahatin keluarganya," lanjutnya.

"Jahatin gimana?" ucap Reni.

"Ya itu suka neror gitu, kayak nya mereka iri deh bun sama kemajuan bisnis keluarganya, ayah gak mau gitu bantuin mereka? kan ibunya Atin teman ayah juga"

"Iya tuh mas bener bantuin sana mantan terindah mas kan," sinis Reni kepada suaminya.

"Yang terindah di dunia ini tuh ya cuma kamu sayang hanya kamu Reniku sayang," Revan merayu Reni agar tidak marah dan cemburu.

"Preett," Tasya tertawa mendengar ucapan ayahnya itu, "ihh ayah geli tahu dengernya," lanjutnya.

"Iya mas geli tahu ih," ucap Reni menghindar saat Revan ingin memeluknya.

"Ya udah kalau gitu ayah gak bakalan kasih kalian tiket liburan lagi," Revan melipat kedua tangannya di dada.

"Ih ya gak bisa gitu dong yah," ucap Reni dan Tasya kompak.

"Ya bisa lah terserah ayah dong," Revan meluruskan kakinya ke depan dan menyilangkan keduanya.

Tasya pindah duduk ke samping ayahnya, "Ayah maafin Billa dong," bujuk Tasya.

Reni pun sama membujuk suaminya, "Iya sayang maafin kita dong kan cuman bercanda."

"Hemm," Revan hanya berdehem membalasnya.

Reni dan Tasya pun memeluk Revan bersamaan dengan tangisan yang dibuat-buat oleh mereka berdua.

"Hiks..hiks...maafin billa yah" ucap Tasya tersedu-sedu.

Begitupun dengan Reni, "Bunda juga yah hiks...hiks...,"

"Aduh ibu sama anak sama aja," ucap Revan pusing, "Udah ayah maafin, jangan nangis lagi," lanjutnya.

Mereka berdua pun menghentikan tangisannya.

"Jadi kan yah kita liburannya?" celetuk Tasya.

"Iya jadi," balas Revan.

Tasya pun melepaskan pelukannya begitupun dengan Reni. "Huh akhirnya tangisan kita gak sia-sia bun," Tasya tersenyum kepada Reni.

"Iya sayang," Reni pun membalas senyumannya.

"Kalian ini benar-benar ya," Revan mengacak-acak rambut mereka berdua dengan gemasnya. Tasya dan Reni pun tertawa dan Revan juga ikut tertawa.

Jika saja ada kakak, abang sama ade pasti ayah sama bunda bahagianya lebih dari ini, cepat pulang kami disini merindukan kalian semua, batin Tasya.

"Ya sudah kamu sana cepet mandi bau asem tuh," Revan menutup hidungnya dengan tangan.

"Iya ini juga mau kok," Tasya pun bangkit dari duduknya.

"Tadi orang bengkel udah nganterin motor kesini, jadi besok kamu bisa bawa motor sendiri ke kampus" ucap Revan.

Tasya terlihat senang, "Serius yah?" Revan mengangguk membalasnya.

"Makasih ayah bunda" Tasya mencium sekali lagi pipi Reni dan Revan, "Good Night," lanjutnya.

Reni dan Revan tersenyum melihat anaknya itu, "Good Night," ucap mereka berdua kompak.

Tasya pun melangkah memasuki kamarnya, menaiki anak tangga satu persatu dengan perlahan.

Tak lama Revan dan Rani melangkah memasuki kamar mereka berdua.

Revan memeluk istrinya, "Anak kita makin dewasa ya bun?" Reni menganggung membalasnya.

Setelah Tasya selesai membersihakan badannya, ia mengambil handphone-nya di dalam tas kuliahnya.

"Apa gue telepon Atin ya" gumam Tasya.

Tasya mengkhawatirkan Atin sahabatnya. Saat tadi di mobil Atin di telepon sama mama nya disuruh pulang cepat ada sesuatu yang terjadi di rumahnya dan itu sangat penting.

Tasya semakin cemas, ia terus memikirkan Atin. Kalau dia telepon takutnya masalah di rumahnya belum beres dan juga takut menganggunya.

Tasya membaringkan tubuhnya di sofa kamar agar ia bisa tenang dan dapat berfikir.

"Ihh dasar bego lo Tasya. Bukannya dari tadi kek lo berfikir gitu, dasar tolol lo" geram Tasya kesal. Lalu Tasya mengetikan sesuatu di handphone-nya untuk ia kirim ke Atin.

Tasya 💙

Tin gimana keadaan keluarga lo,

baik-baik aja kan? Gue khawatir banget sama lo, jaga diri lo baik-baik ya.

Sudah beberapa lama Tasya menunggu pesan balasan dari Atin. Karena sudah 15 menit tidak ada juga balasan, Tasya menyalakan tv sambil sesekali lihat handphonenya.

25 menit...

35 menit...

45 menit...

55 menit...

Karena sudah hampir satu jam ia menunggu balasan pesan dari Atin. Tasya memutuskan untuk tidur dan nanti besok ia akan menanyakannya langsung.

_______________________________________

Maaf ya...kalau ceritanya gaje. Soalnya ini cerita pertama author gaes. Kalau ada kata-kata yang salah tolong maafin author, karena author masih belajar. Tapi kalau soal belajar cinta author udah ahlinya wkwkwk 😅 bahkan udah legendary gaes 😱😁.

Jangan lupa vote & komen ya

READERS 💙

avataravatar
Next chapter