webnovel

Melarikan Diri dari Penculik

"Hahah anak-anak desa memang sangat mudah untuk diculik ternyata," ucap si kusir yang ternyata seorang penculik.

Ia pun turun dari tempatnya di depan dan mengecek keadaan gerbong di belakang. Dilihatnya ketiga anak hasil tangkapannya langsung terkena efek gas tidur. Ia pun mengikat tangan ketiga anak tersebut dan menyumpal mulut mereka.

"Untung banyak hari ini hahaha... akan kujual di tempat biasa," ujar si penculik.

Setelah mengamankan semuanya Ia kembali mengendarai kereta kuda tersebut dengan hati-hati sampai masuk ke kota. Takutnya beberapa kerikil yang lumayan besar akan membangunkan mereka sebelum sampai ke tujuannya.

Tanpa sepengetahuan si penculik, salah satu dari anak tersebut yakni Gonocos ternyata tidak terkena efek dari gas tidur yang menyembur tatkala mereka duduk.

"Untung aku masih memiliki kesadaran sebelum menghirup gas tidur yang terlalu banyak ini. Aku sempat curiga kenapa dia begitu baik terhadap kami. Aturan pertama, jangan pernah percaya siapa pun. Yah, kecuali mungkin dua saudara kandungku ini," batin Gonocos.

Ia melihat sekeliling gerbong kereta kuda. Tali yang diikatkan padanya tadi pun terasa kencang. Ia bingung harus berbuat apa untuk keadaan yang seperti itu. Kedua saudaranya pun masih terkena efek gas tidur tadi.

"Apa yang harus kulakukan sekarang? Berpikirlah! Apa aku harus melarikan diri dan meminta bantuan dari orang lain? Atau aku harus melawan si penculik ini yang sendirian?" pikir Gonocos.

Setelah memikirkan banyak pilihan, akhirnya Gonocos lebih memilih yang risikonya tidak terlalu tinggi. Ia lebih merasa aman jika tetap bersama kedua saudarinya itu. Maka dari itu, Gonocos tetap berpura-pura tertidur sambil menunggu Sintri dan Tan Metri bangun. Selain itu, menurutnya dengan hal itu Gonocos bisa mengetahui lokasi para penculik berada dan saling bertransaksi.

"Sepertinya penculikan anak-anak kerap terjadi di daerah sini. Bagaimanapun juga aku harus melindungi kedua saudariku," batin Gonocos.

Selepas berjalan agak lama, akhirnya kereta kuda yang dikendarai si penculik pun memasuki kota. Sayangnya Gonocos tidak bisa melihat pemandangan kota karena masih berada di dalam gerbong yang tertutup rapat itu. Gonocos hanya bisa mendengarkan keramaian orang-orang di dalamnya. Mungkin mereka mengira kalo di dalam gerbong ini hanyalah terdapat barang-barang dagangan.

Kereta kuda yang dikemudikan oleh si penculik pun terus berjalan. Hingga Gonocos mulai merasa kalau keadaan mulai sepi, tak ada orang yang lalu lalang dan saling bertegur sapa seperti tadi.

"Mungkin sebentar lagi sampai di markas para penculik. Kedua kakakku yang sedari tadi dibangunkan masih saja tak mau bangun. Sebegitu kuatnya efek gas tidur itu ternyata. Mulai dari sini, aku harus berpura-pura tidur," pikir Gonocos.

Benar saja, tak lama setelahnya, kereta kuda mereka berhenti di tempat yang sunyi. Gonocos mendengar si penculik itu berkata, "Oh akhirnya sampai juga. Ayo hasilkan uang untukku, anak-anak."

Saat itulah si penculik turun dan kemudinya dan mengecek mereka bertiga di gerbong. Dengan cepat Gonocos berpura-pura tidur. Diangkutnya satu persatu ketiga anak itu dan dibawanya masuk ke dalam rumah yang lumayan besar.

Setelah si penculik itu berhasil membawa masuk ketiga anak kembar yang didapatkannya dengan aman, ia langsung menemui kedua temannya yang sedang berkumpul di sebuah meja dan hendak melakukan transaksi.

"Hei, Bolan! Lumayan juga hasil buruanmu! Sepertinya taktikmu itu berjalan dengan lancar terus!" ucap salah seorang teman si penculik yang diketahui bernama Bolan.

"Kau berani menawarnya berapa, Bion? Kalau harga kecil lebih baik aku tawarkan ke yang lain saja. Mereka ini masih bersih dan pantas untuk dihargai mahal! Hahah..." kata Bolan.

"Jangan begitulah, Kawan. Kau tahu aku pun aku menjualnya lagi pada para bangsawan yang kaya raya, bukan? Nanti kau pun akan aku berikan sebagian keuntungan yang kudapat," bujuk Bion.

"Hah! Kalian ini tidak ada bosan-bosannya menculik anak desa," ujar seorang pria berjenggot menyeramkan. Pria besar yang bernama Gendon itu baru saja menegak minumannya dan menaruh kembali gelasnya di atas meja.

"Itu jauh lebih baik dari pada kau yang cuma niat menculik anak-anak kota seenaknya sendiri saja. Terlebih lagi kau selalu seenaknya sendiri dalam bertindak!" Bion merasa tidak suka dengan tindakan penculikan Gendon.

"Hah! Memangnya aku peduli dengan hal itu? Lagian mereka saja yang selalu ikut campur urusanku," ucap Gendon dengan menunjukkan ekspresi meledek pada Bion.

Bion merasa jengkel dibuatnya. Melihat hal itu, Bolan berusaha menengahi perdebatan yang ada.

"Sudahlah kalian berdua! Lebih baik kita segera menjual mereka bertiga dan berpesta untuk merayakannya!" kata Bolan.

Gelak tawa tiga penculik itu memenuhi seantero rumah. Mereka masih asyik mengobrol dan minum-minuman.

Barulah sesaat mereka menyadari bahwa ketiga anak yang diculik oleh Bolan ternyata telah melarikan diri setelah mereka mendengar langkah kaki yang cepat dan tidak adanya ketiga anak tersebut.

Sementara itu, beberapa menit yang lalu....

"Gawat! sepertinya mereka benar-benar akan menjual kami untuk dijadikan sebagai budak!" batin Gonocos mulai merasa was-was.

Kedua saudarinya tetap saja belum sadarkan diri. Namun Gonocos tetap berusaha untuk membangunkan mereka. Entah berkat usaha Gonocos yang berhasil atau memang efek dari gas tidur yang telah pudar, Tan Metri terbangun. Tan sangat kebingungan dengan keadaannya yang seperti itu.

Gonocos akhirnya bisa menarik napas lega. Ia yang berada di samping Tan memberi sebuah kode untuk tetap tenang.

Tan mengamati sekelilingnya. Ia akhirnya tahu dengan keadaannya sekarang dan harus berbuat apa. Hanya dengan tatapan mata saja mereka berdua seakan saling memahami harus bertindak bagaimana.

Dengan sihir api milik Tan, ia langsung membakar talinya perlahan tanpa membuat sedikit pun pergerakan yang mencurigakan. Di sisi lain, para penculik masih tak menyadari hal itu. Secepat mungkin Tan juga membakar tali yang mengikat kedua saudaranya dan membuang sumpalan di mulut mereka.

"Ayo kita lari," bisik Gonocos.

"Cih! Padahal aku ingin melawan para penculik itu dan membakarnya sampai hangus," lirih Tan Metri.

"Seram sekali kau, Tan. Mereka bukan lawan kita untuk saat ini," ujar Gonocos.

Dengan hati-hati Gonocos menggendong Sintri yang masih belum sadar. Dengan ditemani Tan Metri mereka bertiga akhirnya bisa kabur dari rumah penculik itu.

"Sialan! Anak-anak itu telah melarikan diri! Ayo kita kejar mereka sebelum mereka jauh dari sini!" teriak Bolan tatkala melihat ketiga anak yang diculiknya sekarang tidak ada di tempat mereka diletakkan.

Dengan segera ketiga orang penculik itu pun mengejar Sintri, Gonocos, dan Tan Metri yang belum cukup jauh dari wilayah itu.

"Ayo, Tan Metri! Kita harus cepat pergi ke tempat yang ramai!" perintah Gonocos.

Tan Metri yang sangat tidak suka dengan kelelahan pun sudah tidak kuat berlari lagi meski baru beberapa detik. Ia berhenti sejenak untuk mengatur napasnya.

"Diam kau! A-aku sudah ca-capek sejak berja-lan me-nuju kota!" bentak Tan Metri yang tersengal-sengal.