webnovel

Namanya Emma

Pagi sekali pasukan salon dan butik sudah sampai di manssion Tae memenuhi undangan Gwen untuk membersihkan dan mendandani gadis itu.

Mereka menyambut dengan gembira jika diundang oleh keluarga kaya untuk memberikan service. Pelayanan nomor satu bakal disuguhkan untuk menggaet agar usaha mereka menjadi langganan tetapnya.

“Kalian sudah siap?” tanya Gwen

“Sudah Noona.... Apa yang akan kami lakukan? Apakah nona muda manssion ini mau melakukan perawatan?”

“Bisa dibilang seperti itu. Ini gadis desa dari keluarga jauh tuan Tae, tolong di dandani dan dibersihkan hingga layak tinggal di manssion ini. Berikan baju yang sesuai umurnya dan mahal sesuai selera tuan Tae.”

“Baik, itu sudah menjadi keutamaan pekerjaan kami. Noona tahu beres serahkan pada kami.”

“Silakan ini Nona... Dia belum mau memberitahukannya. Kalian bisa mulai saja. Saya tunggu diluar.”

“Kau begitu cantik nona kecil , kenapa kau tak memberitahu namamu padaku?”

“Biar tuan sombong itu yang bertanya. Aku tak mau menyebutkannya jika ia tak bertanya lebih dulu.”

“Kalian mau apa?”

“Kami mau mendandani Nona, ayo kita mandi dan mencuci rambut.. akan kami bantu.”

“No.. gak usah.. aku bisa sendiri! Pergi jangan sentuh aku.. Ahh.. lepas.”

“Biar kami bantu Nona kecil, kalau hasil kami tidak baik kami akan dimarahi oleh tuan Tae.

Usah kami bisa bangkrut tolonglah Nona.. kami mohon.”

“Cih.. orang sombong itu lagi! Apa dia selalu galak dan jahat? Huh.. menyebalkan.” “Tidak noona.. tuan Tae sebenarnya baik asalkan kita melayani dengan baik dan memberikan service yang terbaik.”

“Huuh.. terus aku harus nurut dengan orang jahat itu? Gak mauu!”

“Kalau noona masih sayang nyawa noona ya lebih baik menurut," sahut pegawai salon itu sambil menunduk.

“Hah? A..apa ia bisa menghilangkan nyawaku?”

“Sejentikan tangan noona.”

Dengan mulut tenganga ia menuruti petugas salon itu.

“Nona berendam di air ini yang sudah kami campur dengan bunga dan susu.”

“Untuk apa?”

“Bunga agar harum dan susu agar kulitnya halus.”

“Ini susu beneran?”

“Iya ini susu beneran yang sudah di saring dan diberi vitamin.”

“Bisa Emma minum?”

“Jangan... kan sudah tercampur bunga.”

“Oh iyaa.”

“Rambut Nona kecil sungguh indah, ikal dan berkilau.”

“Biarpun aku miskin aku selalu mencuci rambutku dengan shampo dari petugas sosial. Atau aku mencucinya dengan santan dari sisa pabrik di dekat rumah. Bibi di sana baik suka memberi santan.”

“Oh.. nona kecil sering tergores ya, nanti setiap minggu aku akan ke sini menggosok badan nona kecil hingga luka goresan ini akan hilang perlahan.”

“Biarkan saja, semua goresan itu punya cerita. Ini ketika aku jatuh dari carusel bersama eomma. Dan ini jatuh dari kereta api ketika pergi bersama Eomma. Dan ini jatuh dari perosotan ketika bersama eomma. Katanya aku anak yang tak bisa diam.. hihihi.”

“Wajah nona kecil sangat cantik, jangan ditutupi dengan rambut. Nanti kita ikat ke belakang ya. Agar terlihat pipi yang merah merona ini.”

“Baju noona banyak di lemari sudah kami sediakan silahkan dipilih saja. Ini baju tidur, ini baju rumah dan ini baju pergi. Khusus di lemari gantung untuk gaun.”

“Banyak sekali untuk apa?”

“Untuk berganti ganti.

“Bajuku dirumah dulu hanya 2.”

“Gaun untuk acara formal.”

“Formal? Apa itu? Aku gak akan ke formal.”

“Hahha.. nona ini lucu sekali. Lihat sini.. wajah Nona kecil sangat manis.. ini bedak dan ini untuk pemerah bibir. Minggu depan aku akan kemari lagi untuk melengkapi alat dandan Nona kecil.”

“Untuk apa berdandan?”

“Agar cantik.”

“Untuk apa cantik?”

“Agar tuan Tae sayang padamu.”

“Aku tak perlu disayang siapa pun!”

“Ya sudah, jangan dirusak yaa... di rawat dengan baik.”

“Botol ini apa?” tanya Emma yang penuh ingin tau. Semu hal baru baginya

“Ini untuk disemprot di badan agar wangi.. selalu dipakai sehabis mandi. Ini lotion untuk kulit dipakai di kaki dan tangan agar kulit lembut.”

“Hmm.. aku suka wangi, aku jarang wangi, jadi wangi itu enak ya noona bikin ngantuk.. hihihi.”

Gwen masuk ke dalam kamar..

“Sudah selesai? Nona.. cantik sekali?” Gwen takjub

“Iya gadis ini bagai mutiara dalam lumpur.. di poles sekali sudah bersinar cahayanya.

Sungguh beruntung nanti kekasihnya. Cantik alami.”

“Kau bekerja sangat baik.”

“Kalau begitu kami pamit dulu. Terima kasih semoga Tuan Tae puas dengan service kami dan bisa bekerja sama lagi.”

***

"Tuan, pegawai salon dan butik sudah melaksanakan tugasnya dengan baik." Paman Wong melapor

"Pasti mereka kerja keras untuk membuatnya layak ya. Huh, pemborosan.

Apa perlu mengoperasi mukanya agar layak dipandang. Hahahha. Apa aku rubah seperti Rose atau Lisa? Hahahha." Tae tidak bisa membayangkan gadis itu dikatakan manis.

"Tak perlu tuan wajah gadis itu manis kok. Walau belum terlihat dewasa, tapi kulitnya bersinar."

"Bagaimana bisa? Kau pasti melebih-lebihkan. Sekarang ini apa Gwen yang mengawalnya?" "Iya tuan.”

"Siapa nama gadis itu sih?"

"Saya juga tak tahu,ia hanya mau jika tuan bertanya langsung."

"Anak lusuh itu berani bermain-main denganku rupanya, lihat saja nanti! Bawa kemari!" "Baik."

Pamana Wong mambawa kehadapan Tae.

Tae memandang gadis yang ada dihadapannya. Matanya takjub dan tak berkata kata dalam beberapa saat.

“Tuan! Kenapa bengong? Aku tidak mencuri apapun ya! Baju ini juga diberikan padaku!”

“Apa yang dilakukan pegawai salon itu? Tidak ada perubahan sama sekali? Tetap jelek dan lusuh!”

“Huh? IIiissshh.... aku sudah tau percuma kucir rambut ini dan jepit ini ..Uh!” Emma menarik semua itu dan melemparnya. Wajahnya kita bertambah sexy dengan bagian rambut yang menutupi wajahnya.

Tae menelan ludah melihat rambut itu tergerai.

“Eh.. iya..Hey..siapa namamua? Katakan!”

"Siapa yang mau tahu?"

"Jangan kurang ajar! Jawab setiap aku bertanya! Kurang hukuman yang aku berikan huh?" “Huh selalu mengancam! Seperti orang jahatdi tempat itu!”

“Jangan samakan aku dengan siapapun! Siap namamu? Katakan atau kau ingin aku hukum lagi?

"Jangaaan... namaku Emma."

"Nama apa itu? Siapa margamu?"

"Mana aku ingat aku sejak kecil aku ditinggal ibu dan dibesarkan oleh ayah tiriku yang jahat dan aku tak ingin memiliki marganya!" mendadak Emma menjadi emosi dan loncat meninju Tae.

"Hey kucing kecil, berani kau melawanku?" Tae menangkap tangan Emma dan menguncinya dengan sekali putar. Hingga wajah mereka berhadapan dekat sekali.

"Warna matanya sungguh indah. Aneh sekali anak ini. Galak tapi sekaligus imut. Baru sekali bertemu gadis seperti ini." pikir Tae

"Le..lee..lepaskaaan..." Tae melepaskan hingga Emma terjerembab.

"Jangan sekali-kali kau berani menyentuhku! Dan ingat aku yang berkuasa di sini hidup dan matimu ada ditanganku. Lihat disana ada danau berisi buaya, mau jadi makanan buaya?

Jangan macam-macam. Gwen, ajarkan gadis liar ini sopan santun.” "Baik Tuan Tae."

"Ugh tuan boleh aku pergi saja dari sini..? Aku akan membayarmu dengan menyicil. Aku tak akan bohong.Aku jangan dibunuh.. jangan dikasih makan ke buaya."

"Bagaimana kau membayar?"

"Aku akan bekerja."

"Bekerja apa? Gadis kurus kering bisa apa? Bekerja pada siapa? Nanti kau kabur begitu saja atau mati di musim dingin!"

"Kalau gitu pada Tuan Tae saja."

"Aku tak butuh pelayan, sudah banyak dan kau tak bisa jadi pelayan di sini."

"A..aku bisa buat muka jelek untuk menghiburmu. Pasti tuan Tae jarang tertawa." Tae menahan tawanya ketika mendengar tawaran kerja dari Emma.

"Cobalah sebuah wajah yang jelek! Kalau aku tertawa, kau tetap boleh di mansion ini tanpa dikurung dikamar!"

"Baiklah.. akan aku coba... Ini wajah andalan aku... Hmmmm..." Emma membuat wajah yang konyol dengan mata yang jereng. Tae hampir saja tertawa, tapi ia tahan.

"Aku kurang suka, tidak lucu sama sekali."

"Masa sih?” wajah bingung Emma semakin menggemaskan. Dan kini ia berpikir untuk mengubah muka jeleknya.

“Baiklah sekali lagi, Emma tak pernah kalah untuk membuat orang tertawa. Lihat yaa.. Huuuppp." sekali lagi Emma membuat muka lucu, kali ini benar-benar lucu dan Tae tak tahan lagi untuk tertawa. Apalagi kini Emma semakin menggemaskan.

"Bhaa.hha.. baiklah... itu cukup lucu! Kau boleh di rumah belakang! Tidak boleh ke rumah utama, dan tak boleh keluar manssion!"

"Yesss... terima kasih tuan som.. eh tuan Tae."

"Benar apa yang dikatakan Gwen, anak ini cantik dan manis. Sebentar emosinya mudah naik turun. Seperti banyak guncangan dan trauma di masa lalunya. Tapi ulahnya yang polos membuat gemas. Penasaran juga senakal dan separah apa traumanya dimasa lalu." pikir Tae.