webnovel

Makanan Buaya

Pagi sekali Paman Wong dan para pelayan sudah sibuk menyiapkan kamar untuk Emma, letaknya sama dia ruang utama di lantai bawah. Sementara kamar Tae di lantai atas.

“Huh, apa- apaan si Stacey menyuruh gadis konyol itu untuk tinggal di dalam rumah utama! Menyebalkan! Aku jadi harus melihat wajahnya setiap hari!”

“Tuan makan pagi telah tersedia. Nona Emma sudah siap di meja sejak tadi.”

“Apa sekarang ia makan satu meja denganku? Siap yang memerintah di sini?”

“Kemarin dr.Stacey yang memerintahkan saya sekaligus yang mengatur pindahnya kamar nona Emma.”

“Ah dasar Stacey, pengacau. Senjata dia hanya mengadu sama eomma! Ya sudah! Tunggu di bawah!”

Selama Emma menunggu ia tak berani makan duluan. Ia hanya memainkan alat makannya. Ia sudah sangat bosan menunggu Tae yang tak kunjung turun dari amarnya. Ia mulai menuangkan saus dipiringnya dan mengambil pisau mentega dan mulai mengulas saus di piring itu, lalu ke atas serbet dan membuat coretan kecil di atas serbet makan yang berwarna putih, coretannya semakin besar dan banyak, dituangnya lagi saus sebagai cat dan piring sebagai paletnya. Emma asik sendiri hingga lupa Tae sudah duduk di depannya.

“Ehem.. apa yang kau lakukan?” Tae masuk ke dalam ruang makan

“Uhhg, tidak... hanya menunggu..” Emma menyembunyikan serbet itu di pahanya

“Dengar ya jangan berulah lagi! Dan jangan besar kepala karena kau sekarang tinggal di rumah utama. Kau tetap akan menjadi santapan buaya di kolam itu kalau kau nakal lagi!”

“Buaya apa, aku tahu tak ada buaya di kolam itu, kau hanya membodohiku!”

“Apa kau berani berkata aku bohong? Siapa yang bilang kalau tak ada buaya di sana?”

“Aku yang lihat sendiri, di sana hanya ada ikan Koi! Aku bisa membedakan ikan dan buaya!”

“Beraninya kau bicara tak sopan padaku? Ikan itu untuk makanan buaya!”

“Emma... jangan nakal. Noona bilang apa?” Gwen mengingatkan.

“Emma harus berkata manis dan sopan. Emma gak boleh nakal kalo enggak nanti Emma jadi makanan ikan Koi!” Emma menatap mata Tae kesal

“Ugh anak ini!” Tae mati kutu tak bisa melawannya lagi. Sementara para pelayan mati-matian menahan tawa karena ulah Emma.

Setelah makan pagi berakhir Tae langsung pergi ke kantor.

“Noona G.. lihat ini...” pelayan memberikan serbet yang tadi dikotori Emma.

“Apa ini serbet makan?”

“Tadi Nona Emma mencoretnya dengan saus tomat. Tapi lihat hasilnya.. itu sebuah lukisan bunga yang cantik..”

“Wah.. kau benar, ini sebuah lukisan dari saus tomat yang indah. Emma ternyata pintar melukis.”

“Sebaiknya nona Emma diberikan alat lukis kalau tidak semua serbet akan dilukisnya.. hihii..”

“Terima kasih atas infonya, kau boleh kembali bekerja.”

*****

Keesokan harinya, pagi sekali Emma sudah bangun ia ingin bermain di taman melihat bunga-bunga yang semua berkembang. Sekarang musim panas, bunga bermekaran memenuhi taman belakang.

“Noona G aku mau ke taman. Banyak bunga di sana.”

“Boleh..ayoo...”

“Noona G apa aku boleh menangkap kupu-kupu?”

“Untuk apa? Mereka akan sedih.. mereka senang terbang di atas bunga.”

“Buat di kamar.”

“Jangan yaa... di kamar tidak ada bunga..”

“Kalau gitu aku akan pelihara ulet saja nanti dia akan jadi kupu-kupu!”

“Nooo.. ulet bikin Emma gatel, jangan yaaa?” Gwen membatangkannya saja sudah gatal-gatal

“Hehhehhe...” Emma berlari mengejar kupu-kupu berwarna kuning

“Emma.. jangan lari-lari nanti jatuh, banyak batu!”

Dari jauh di balik jendela kamarnya Tae memperhatikan Emma yang sedang berlarian mengejar kupu-kupu.

“Seperti anak kecil saja anak itu. Ups, silly girl, pake jatuh segala di rumput! Apa kakinya terluka? Cengeng!” Tae kaget melihat Emma terjatuh, tanpa ia rasa ia khawatir ketika Emma jatuh.

“Huwaaaaaaa.... kakikuuuu...” teriak Emma dan menangis kencang.

“Ah... jangan berlarian jatuh jadinya. Coba Noona lihat. Oh cuma tergores. Ayo kita sarapan pagi. Nanti Noona obati.”

"Gak usah... biar nanti kena air juga hilang sakitnya," Emma seperti takut akan obat merah.

“Noona G aku mau sarapan di meja taman itu.. sambil melihat ke danau. Boleh yaaa?”

“Boleh, nanti aku suruh pelayan memindahkan makanan ke sana.”

“Asiiik...” Emma berlarian lagi dan sudah lupa dengan kakinya.

Tae turun dari kamarnya..

“Mana gadis itu? Kenapa belum duduk dan sarapan?”

“Maaf tuan Tae, Nona Emma sarapan di taman di depan danau.”

“Kenapa? Kenapa gak di sini?”

“Nona Emma sedang suka bermain dengan kupu-kupu.”

“Saya juga makan di sana..!” Tae beranjak menuju teras belakang

“Ayo Emma kita sarapan...”

“Aku masih mencari ulat.”

“No.. tidak boleh... ayo kita sarapan!”

“Uuugghh... nanti carikan kupu-kupu yang berwarna pink!”

“Ya.. nanti dicarikan.. yuukk.”

“Me.. mengapa tuan Tae ada di sini?” tanya Emma mendapatkan Tae duduk manis di meja taman

“Karena semua masakan dibawa ke sini, lalu aku makan apa di sana? Makannya jangan aneh-aneh maunmakan di luar segala!”

“Aku mau makan bersama kupu-kupu! Apa makanan di rumah ini hanya ini?” dumel Emma

“Sudah makan saja jangan pedulikan aku. Kau itu kurang gizi jadi harus makan yang banyak! Habiskan sosisnya!”

“Yaaa..”

“Dengar ya.. mulai sekarang kau akan mendapatkan tugas! Setiap pagi setelah makan pagi, bawakan tasku, ikuti aku sampai ke depan mobil. Serahkan padaku setelah aku duduk dalam mobil. Lakukan setiap hari."

“Tugasku hanya mengangkat tas sampai ke depan? Apakah tas itu berat?”

“Tasku tidak berat! Tapi kau harus bekerja di rumah ini! Dan baru itu pekerjaan yang bisa aku pikirkan untukmu. Pekerjaan lain akan menyusul, aku pikirkan dulu!”

"Baiklah."

"Dan bajumu harus sudah rapih bukan baju rumahan kaya gini! Ngerti?”

“Ba..baju aku jelek?”

“Ya jelek dan hari ini dengan diantar G dan Park belilah baju di mall. Yang mahal dan bagus, agar mataku tak sakit! Gwen ini black card, gunakan!” Tae menyerahkan kartu tanpa batas di atas meja untuk dipergunakan berbelanja.

“Beli baju itu pakai uang, apa itu uang?” Emma belum pernah melihat kartu kredit

“Ini kartu yang berisi uang, bisa dipakai untuk membeli mobil. Bahkan aku membelimu hanya menggunakan kartu ini!”

Emma terdiam, ia jadi ingat kalau ia hanya gadis yang terpaksa dibeli Tae.

“G, bagaimana sesi pertemuan psikiater sudah diurus?”

“Sudah Tuan Tae. Seminggu sekali dimulai minggu depan. Bersama Tuan Hoseok.”

“Dampingi dan laporkan padaku hasilnya.”

Siang itu Emma dan Gwen pergi ke mall untuk membeli keperluan Emma lainnya. Sebenarnya baju Emma semua baik dan mahal, ini pasti akal-akalan Tae untuk membelikan baju lagi.

“Emma mau membeli alat lukis di toko buku itu?” tawar G

“Memang boleh?”

“Boleh dong...yuuk kita beli spidol dan cat air, apa saja yang Emma mau.”

“Aku mau papan lukis yang bisa berdiri. Dan banyak papan lainnya.”

“Oh itu namanya kanvas dan ada tempatnya. Ya kita beli juga.”

"Noona G, ini cat untuk lukis? Banyak sekali warnanya. Apa aku boleh beli semua warna?”

“Ya kita beli sekotak ini penuh berbagai warna. Nanti warna ini bisa dicampur dengan warna ini...”

“Aku mau semuanya, aku mau yang banyak Noona.. Dan aku mau kwas yang banyak untuk setiap warna.”

“Okey secukupnya yaa.. nanti kalau habis kita boleh beli lagi.”

“Yeeeyyy...” Emma bahagia sekali.

Hari itu Emma manis sekali sambil memeluk semua alat lukisnya yang selama ini hanya bisa ia lihat di etalase toko.