webnovel

Kepulangan Rose

“Pagi ini sudah kubuat janji di rumah sakit kesuburan, kau ke sana lewat pintu VVIP, lakukan dan serahkan lalu kau pergi ke kantor!”

“Semua itu sungguh menjijikan! Eommaku sendiri tega menyuruhku berbuat seperti itu!”

“Ada pilihan lain kok. Segera menikah, besok atau lusa! Beres!”

“Sudahlah aku gak mungkin menang kalau bicara sama Eomma!”

Tae benar-benar melakukan hal yang diinginkan Eommanya tanpa berpikir dua kali. Ia hanya takut kehilangan Emma yang mulai mencuri hatinya. Ia tak ingin Emma dibawa ke Jepang dan menjadi milik Eommanya saja.

“Boss.. lemes banget, gak sarapan?” tanya Namjoon ketika Tae sampai dikantor.

“Lo tau gw ngapain pagi ini? Nih!” Tae melempar form rumah sakit kesuburan tadi.

“Huahahahhaha.. akhirnya menyerah boss? Pantes lemess.. abis dikuraaass..”

“Ketawa lagi, pajangan ini mendarat di kepalamu!”

“Oh.. jangan boss... ampun. Tanda tangan dulu berkas ini boss... Aku tinggal yaaa..dibaca... Hmmmm... ngayalin sapa boss Rose apa Emma! Braaagh!” pajangan itu pecah di permukaan pintu bertepatan dengan Namjoon kabur dan menutup pintu ruangan Tae.

“Eomma memang keterlaluan! Kalau gak terpaksa aku juga ga bakal mau! Aaaarrg sebel!”

“Tring!” suara notif dari ponsel Tae.

***

[Tae, aku sudah di depan kantormu, bisa kita bertemu?] chat dari Rose

[Tunggu saja di cafe biasa, nanti aku ke sana.]

[Baiklah aku sekarang ke sana, jangan terlalu lama ya.. I miss you..]

***

“Mau apa sih wanita itu!? Tak puas membuatku kesal!”

Karena kesal dari pagi Tae memutuskan bertemu Rose saja sekarang.

“Hay Tae...” Rose memeluk dan mengecup pipi Tae.

“Ingat pulang? Bagaimana kekasihmu yang orang Italia? Tidak merencanakan pernikahan?”

"Tae, sudahlah jangan diungkit lagi. Lupakanlah, semua aku lakukan demi karirku. Aku kembali ke Seoul hanya untukmu.”

“Hanya untukku apa untuk iklan mobilmu?”

“Wow kau mengikuti beritaku ya, apa kau rindu juga?” Rose kegeeran

“Sayangnya tidak sih, aku tau dari Namjoon kemarin dan aku gak tertarik kehidupanmu.”

“Tapi sekarang kau ada di hadapanku itu sudah membuatku senang.”

“Ini akan menjadi yang terakhir. Karena selanjutnya aku tak ingin lagi bertemu.”

“Ayolah Tae maafkan aku... Aku tahu itu semua salah dan aku menyia-nyiakan priayang mencintaiku di sini. Aku sangat menyesal. Aku bodoh tak mendengarkan perkataanmu. Aku akan lakukan apapun untukmu..”

“Oh benarkah? Apa pun?”

“Ya apapun. Kamu juga berhak menghukumku sayang. Aku akan lakukan, aku pasti terima hukumanmu.”

“Kalau gitu menghilanglah dari hadapanku selamanya.” Tae langsung pergi meninggalkan Rose di cafe itu

"Tae..Tae.. berikan aku sekali lagi kesempatan. Aku akan perbaiki semuanya," Tae tak menoleh sedikitpun dan langsung pulang ke Manssionnya. Sekarang ia malah rindu dengan wajah Emma dan keluguan dan manjaannya.

“Kembali ke kantor tuan?” tanya Park yang menunggu di dalam cafe.

“Aku mau pulang saja. Sudah kau ambil fotonya?”

“Sudah tuan, sudah saya kirim ke ponsel anda.”

“Bagus..”

***

“Selamat siang tuan.. anda pulang cepat, anda tak enak badan?” sapa Paman Wong

“Tidak aku hanya lelah. Mana Emma?”

“Nona Emma ada dikandang pony. Sehabis makan siang langsung ke sana.”

“Suruh masuk dan bersih-bersih, temui aku dikamar.”

“Baik tuan.”

***

“Selamat siang Tuan Tae... mengapa pulang cepat? Apa tuan sakit?”

“Ehh..iyaa.. aku sakit gak enak badan,” rengek Tae bersandiwara

“Oh apa yang harus aku lakukan?” Emma panik “Noona G apa yang dilakukan jika merawat orang sakit?”

“Mengukur suhunya, mengompresnya dan memberinya makanan hangat seperti bubur.”

“Okey, aku akan melakukannya, tapi di mana aku menemukan mengukur suhu?”

“Pengukuur... bukan mengukur. Pengukur suhu. Ada di laci itu. Dan kompresnya akan aku ambilkan.”

“Nooona G, bagaimana mengukurnya?”

“Letakan di dalam mulut di bawah lidah, tunggu sampai bunyi.”

“Tuan.... Aaaaaa.. buka mulutnya Aaaaaa... begitu..”

“No..aku gak mau,” goda Tae

“Tuan harus mau, aku harus mengukur suhu tuan dan mengompres!”

"Tapiaku gak mauuu..uhuuk!"

"Tuan mengolok aku ya?"

“Hahahah.. okey...Aaaa..”

“Jangan digigit biarkan dibsana hingga bunyi. Dan ini kompresnya...Plok!”

“Aaaarrgh....basaah!”

“Nona Emma ini harus diperas dulu.... maaf tuan..”

“Akan Emma keringkan dengan handuk tunggu dulu...” Emma membalik badan terlalu cepat dan tersungkur jatuh dari atas kasur Tae yang cukup tinggi.

“Gedubraagh!!”

“Aaahhh..ahaakk..aaaawwww....cakiiit...”

“Mengapa bisa terjadi sih! Ambilkan susu strawberrynya G,” Tae langsung menggendong Emma ke atas kasurnya.

“Aku mau mengambil handuuuuk..huuuwaaaaa..”

“Tidak ada yang menyuruh berlari, semua pelan-pelan saja... lihat jadi jatuhkan? Mana yang sakit?”

“Ini...” Emma menunjuk hidungnya dan dahinya.”

“Ouuh.. kasihan...”

“Syakiit..”

“Iyaa.. sakit, buka dulu.. aku mau lihat...”

“Gak mauuuu..”

“Harus mau, ayo buka.. sedikit ajah aku lihat dulu.”

“Jangan dipegang...”

“Iyaaa... waah.. besar sekaliii.. waaah.. ckckck”

“Huwaaaaa... aku takuuut...”

“Takut apa aku di sini. Tahan sedikit ya..”

“No.. no.. gak mauu.. akh.. aaah.. jangaaan.. Tuan Tae nakaaal! Sakit..periih... aaah.. aaah.. gak mauu!”

“Kalian sedang apa!?” Tiba-tiba Ny.Kim masuk mencurigai Tae berbuat yang tidak-tidak terhadap Emma.

“Eh.. Eomma sudah pulang?”

“Tae apa yang kau lakukan? Kau menodai Emma ya! Dasar anak nakal! Rasakan ini! Plok! Plok! Plok!” Ny.Kim memukul Tae dengan sendal kamar.

“Eomma ampun aku gak apa-apain Emma..ini..inii.. hidung Emma memar dan jidatnya merah aku hanya mengobatinya saja..”

“Eomma jangan pukul tuan Tae lagi, Emma tadi jatuh...”

“Benar begitu? Apa Tae menyentuhmu?”

“Enggaaa...kok. Tuan Tae merawat aku.. lihat hidungku Eomma... uhuukk..uhuuk..”

“Mengapa menangis lagi tadi sudah berhenti, dasar manja, nakal!”

“Sudah jangan diganggu! Emma kembali ke kamar yaa. Nanti Eomma bawakan mainan untuk Emma.”

“Yeey.. baik Eomma...” Emma meninggalkan ruang tidur Tae

“Eommaaa.. tolong gagalkan bayi tabung itu. Aku sudah kembali pada Rose. Aku akan memiliki anak darinya!”

“Apa otakmu sudah terbentur? Katanya sudah move on? Kenapa kembali pada Rose?”

“Batalkan bayi tabung itu Eomma, aku akan menikah secepatnya dengan Rose.”

“Apa kau tak bohong?”

“Ini buktinya, tadi siang kami berkencan.” Tae memperlihatkan foto Rose mengecupnya di cafe itu foto yang diambil Park diam-diam.

“Baiklah Eomma akan batalkan.”

“Bisa telepon sekarang juga? Aku tak mau semua terlambat.”

“Okey...” Ny.Kim menelepon rumah sakit itu untuk pembatalan. “Sudah aku batalkan! Secepatnya kalian bertemu dan merencanakan pernikahan. Walau sebenarnya aku tak terlalu suka dengan gadis itu.”

“Okey.. nanti aku kabari!”

***

Dikantor... Tae sedang galau soal janjinya pada Eommanya.

“Namjoon carikan jalan keluarnyaa!”

“Kalau dimulai dengan berbohong makan selamanya kita akan terus berbohong!”

“Lo jangan ceramah ya, bukan saatnya dan gw gak butuh ceramah saat ini!”

“Iyaa, bukan ceramah, tapi ngingetin! Kita harus punya stock bohong lebih banyak.”

“Setelah gw pikir gila juga tiba-tiba punya anak gak punya istri! Pas kebetulan Rose ngajak ketemuan, bisa gw jadikan bukti sama Eomma. Park gw suruh foto dari jauh.”

“Eomma percaya lo balikan ma Rose?”

“Awalnya ragu sih, tapi karena gw meyakinkan ya jadi percaya. Yang pasti bayi tabung gagal dulu.”

“Oh.. jadi kamu bohongin Eomma mentah-mentah ya Kim Taehyung!” Ny.Kim mendengar semua pembicaraan Tae dan Namjoon.

“Eee..eomma.. kekanor gak ngabarin duluu.. ehh.. bukan gitu Eomma...”

"Sudah jelas apa yang aku dengar. Bodohnya aku percaya kau kembali pada Rose!"

"Bukan begitu Eomma, maafkan aku. Kita bicarakan nanti di rumah yaa?

“Sudah Eomma gak mau lagi mengganggumu terserah dengan hidupmu. Besok pagi Eomma ke Jepang bersama Emma! Selamat tinggal!” Ny.Kim langsung meninggalkan ruangan Tae.

“No..jangan Eomma.. pleasee..Aaaakh!! Gw gak bisa nahan Eomma untuk gak bawa Emma!” Tae merutuki dirinya..