webnovel

Angsa

“Emmaa... maafkan aku yang tak percaya padamu...” Tae berbicara dengan onggokan selimut.

“Aku memang anak jalanan tapi tak suka mabuk. Kata Eomma, aku ini Princess.”

“Ya.. Emma memang princess. Kalo jadi princess harus baik hati. Maaf ya..”

“Hmmm.. tuan Tae bicara dengan bootyku, kepalaku disini...qiqii..” masih saja ank ini jahil

“Aiiissshh.. nakal banget sih, aku pikir kepalamu! Boleh aku lihat wajahnya yang memberikan maaf ini?” goda Tae

“No, wajahku sedih hingga tak enak dilihat.”

“Masa sih? Kalo gitu jangan bersedih dong. Emma mau apa? Nanti kita langsung beli!”

“Benarkah? Baiklah, akan aku simpan janjinya, karena saat ini aku tak butuh apa-apa.”

“Boleh.... Bagaimana kalau kita makan puding coklat buatan Chef Barney?”

“Puding coklat dengan saus vanila lumer yang dingin?”

“Ya..”

“Yang ditaburi coco crunch dan meses? Juga buah starawberry dan cerry?”

“Yaaa.. apapun yang mau kau taburkan boleh!” sudah mulai gak sabaran

“Tapi gigiku sakit, jadi aku hanya mau puding coklat dan strawberry saja..”

“Yaaa.. terserah saja.. ayo cepat keluar!”

“Tuan Tae masih marah?”

“Sudah tidak, tapi jika kau tak keluar juga aku akan marah!”

“Bisa tolong matikan lampu?”

“Untuk apaa siih?”

“Karena disini gelap, aku tak mau mataku kaget..”

“Matikan G!” mulai gak sabaran

“Sudah Nona Emma..”

“Tuan Tae.. duduk di kasur... aku tak bisa keluar dari selimut, terlalu gelap, mana tangan tuan?”

“Aiiisssh.. anak ini... Ya ini tangan ku.. kemarii!” Tae menarik Emma kehadapannya. “Nyalakan lampunya G!” segera G menyalakan lampu dan.. “Aaarrghh... Emmaaa.. gak lucu!”

“Hihihihihih...” Emma memakai topeng monyet yang ia temukan di ruang rahasia. Dan sukses membuat Tae terkejut.

G mati-matian menahan tawa.

“Sudah memaafkan aku?”

“Cudaaah... Apa aku tak di hukum karena mencoret di dinding?”

“Jika ingin menggambar di dinding akan aku sediakan ruangan khusus di bawah. Di sana kau letakkan semua spidol dan cat untuk menggambar. Sirkulasi udara harus baik dan pintu teras dibuka. Aku tak mau kau keracunan dengan menghirup aroma cat itu. Dan gunakan masker! Tak boleh ada bantahan!”

“Iya, baiklah.. terima kasih banyak tuan Tae...” Emma sangat bahagia

*****

Pagi pada saat sarapan...

“Coba bilang sendiri...”

“Aku takut Noona G... nanti aku dimarahin...”

“Kan cuma tanya, kenapa dimarahin?”

“Aku ingin sekaliiii, kalo gak boleh?”

“Belum dicoba...”

“Aku kemarin nakal...” Emma merasa menyesal sekali.

#Flashback on#

“Praaaaanggg!!” sebuah kristal berbentuk angsa jatuh dari tangan Emma

“Maaf Noona G..gak sengaja.. aku mau lihat saja. Angsanya cantik..”

“Ya sudah, apa Emma terluka?”

“Enggaaak... uhuuk..uhuuuk..uuwwww... aku dihukum lagi ya...aku nakal..”

“Sudah Emma masuk ke kamar, nanti kalo tuan Tae tanya siapa yang mecahin nanti Noona akan bilang kalo tersengol sama Noona. Nanti biar Noona cicil untuk membeli yang baru.”

“Jangan.. biar saja aku yang di hukum, aku yang salah.”

“Tidak usah, bukan hukumannya. Gak papa kok, kristal ini banyak dipasar nanti Noona beli saja. Tuan Tae tak akan menghukum aku. Aku hanya perlu mengganti. Udah sana ke kamar.”

“Nanti aku akan bekerja dan mengganti uang Noona ya.. aku janji!”

“Ya boleh, sekarang jangan bikin tuan Tae marah, karena ia lelah berkerja seharian. Okey? Bisa kan jaga rahasia?”

“Okey... aku sayang Noona G! Cup!” G lebih memilih mengganti dengan menyicil dari pada nona kecilnya dihukum lagi. Walaupun ia tau harga kristal itu 5 kali dari gajinya sebulan.

“Kau tau harga kristal itu melebihi 5 kali gajimu kan G?!” tiba-tiba Tae sudah berada di belakang G.

“Oh..eh..Tuan Tae... Jangan hukum Emma, aku yang bersalah telah membiarkan main sendiri di sini. Biar saya ganti tuan Tae.”

“Sudahlah... tak usah... perintahkan saja membuat lemari kaca baru untuk semua kristal yang belum ada di dalam lemari kaca.” Tae tak akan tega membiarkan teman kecilnya mengganti, hanya barang pajangan saja. Tae sepertinya mulai mengurangi marah karena kenakalan Emma.

#Flashback off#

“Coba saja bilang dulu, kalo gak boleh kan gak papa...”

“Ehh.. uuumm... Tuan Tae.. apa aku boleh minta sesuatu?” tanya Emma takut-takut

“Hmmm...”

“Boleh apa tidak boleh... kalo hmmm?” Emma menatap Tae lekat

“Tergantung apa kau nakal atau tidak.”

“Kalau aku nakal?” makin dekat

“Ya tidak...” deg degan

“Kalau tidak nakal?” sangat dekat

“Ya tidak...” gak sabar ingin mengecup bibir kecilnya

“Uuughh.. kok tidak semua, jadi aku tak boleh minta apapun uhuuk.. uhuuk..” Emma kembali jauh rasain kau Tae.

“Hahahaha... malah ngambek sih... Memang mau minta apa? Katakan. Aku sedang baik hati nih.”

“Benarkah.. aku mau angsa!”

“Angsa? Hidup?”

“Iya hidup, di belakang ada danau tapi hanya ada buaya dan koi saja, aku mau ada Angsa.”

“Masih menyindir aku ya.... Ya di sana tak ada buaya hanya ikan Koi.”

“Aku sudah tau! Boleh yaaa... yaaa... aku mau Angsa...”

“Ya sudah, sana beli sama G dan Park. G antarkan Emma ke toko hewan. Belikan angsa.”

“Baik tuan Tae.”

“Benarkaah... yeeeeyyy... Terima kasih Tuan Tae!!” Emma meloncat memeluk Tae erat dan cup... pipi Tae jadi sasaran. “Aku senang sekali... tapi apa yang harus aku lakukan untuk membayarnya? Biasanya sealu ada yang tak enak setelahnya?”

“Tak ada... aku hanya baik saja..” Tae mengatur dentuman dadanya yang berdegub tak beraturan.

“Ayo kita pergi Noona G!”

“Eeeiiissh.. makan dulu! Habiskan 2 mangkuk sayur dan susu. Lalu vitamin dan tunggu aku pergi karena tugasmu membawakan tas belum selesai.”

“Oke.. oke.. okee... ookeee....!” Emma menelan sayur tanpa di kunyah dengan baik dalam waktu singkat ia menghabiskan semua. Sementara Tae sengaja makan dan minum perlahan. Emma memandang saat Tae mengangkat cangkir teh dan meminumnya pelan.

“Tuan.. apa teh itu panas? Mengapa lama sekali meminumnya?”

“Tidak, panasnya pas...”

“Pernah mencoba makan roti dengan tangan? Haaap! Seperti gitu.. Bukan dipotong dengan pisau seperti itu...” Emma gemas melihat Tae memotong roti kecil kecil sebelum masuk ke dalam mulutnya.

“Mmmppffh..” Tae menahan tawanya ia tau Emma sudah tak sabar untuk membeli angsa.

“Ini.. ini tasnya... ayoo.. ayoo...” Emma menarik tangan Tae untuk segera berjalan ke depan rumah.

“Aduh aku kok sakit perut, aku ke kamar mandi dulu deh..”

“Di kantor bukannya ada kamar mandi?” muka Emma panik. Bisa-bisa lebih lama lagi Tae meninggalkan rumah.

“Hahahha.. sudah tak sabar ya membeli angsa.. hahha.. ya. Belilah sepasang angsa, sudah aku pergi dulu. G hati-hati, jangan ada kejadian apapun ya... Pergi dengan Park dan tukang kebun.”

“Baik Tuan.”

“Ayo Noona G kita berangkat!”

“Eiits..nona Emma belom ganti baju masih pake baju rumah, ayo kita ganti dulu...”

“Hehhe.. iyaa...”

Akhirnya mereka pergi juga setelah Emma sangat gak sabaran.

Pulang dari kantor sekitar jam 5 sore Tae mencari Emma. Memang sekarang Tae lebih sering pulang sore dari pada malam hari.

“Di mana Emma?” tanya Tae pada paman Wong

“Masih di danau bersama angsa barunya Tuan.”

“Tapi ini sudah sore? Mengapa belum masuk rumah?”

“G sudah membujuknya. Nona Emma malah berlarian dengan angsanya. Malahan angsa berpihak pada nona Emma menyerang saya, Park dan G jika mendekat.”

“Kalian ini... masa kalah dengan gadis nakal itu. Sekarang dengan angsa juga!” Tae berjalan ke belakang menuju danau.

“Emma... masuk sudah sore!”

“Tuan Taeeee.....” Emma berlari dan memeluk Tae dengan kotoran di badannya.

“Ugh.. kau belom mandii, bau angsa dan bajumu kotooor..”

“Hihihihi... angsaku cantik sekali... lihat..!”

“Mengapa membeli 2 pasang angsa? Aku bilang cuma sepasangkan?”

“Aku bingung apa yang harus aku beli yang hitam atau putih. Karena bingung aku beli keduanya. Aku pintarkan?”

“Pintar apanya? Cepat mandi! Mulai sekarang jam 5 sore sudah ada dalam rumah dan sudah mandi. Ketika aku pulang Emma sudah bersih dan wangi! Lihat sekarang, rambutmu penuh bulu dan daun! G! Mandikan dengan bersih, gosok kakinya yang penuh lumpur! G, kau sudah bosan gajian? Mengapa mengatur gadis nakal satu ajah susah.”

“Jangan marah sama Noona G! Uhuuukk.. uhuukk... uuuwww... gendong akuu!” sekarang Emma punya cara baru kalo ngambek sama Tae ia gak mau jalan, malah minta gendong.

“Apa.. kakimu kotor.. aaarghh!” Emma meloncat ke punggung Tae yang masih memakai jas lengkap. “Turun, iya aku tak marah dengan G! Turun...“

“No.. aku gak mau.. gedong sampai kamarku..” dengan terpaksa Tae menggendong Emma yang super kotor ke dalam untuk mandi.

“Bersiap untuk makan malam!”

“Baik tuan..”