webnovel

Silent Moon : To Survive

Ketika Dunia sudah tidak punya harapan dan ketika seseorang berupaya untuk bertahan hidup.

Carapierrent · War
Not enough ratings
1 Chs

Way

Sunyi dan sepi, begitulah keadaan Distrik [Wellen] saat ini. Semenjak pengumuman pemusnahan umat dimuat di seluruh media, tidak ada lagi yang peduli tentang kehidupan dan kesempatan kedua.

Aku merapatkan masker [penyaring udara khusus] yang mulai longgar. Udara di tempat ini sungguh buruk. Kau bisa mencium bau pestisida, racun tikus, got yang kotor, asap pabrik dan limbah yang mulai menggenangi jalanan Distrik. Suhu pun mulai tidak stabil, kadang terlalu panas dan kadang terlalu dingin. Semuanya bagai sudah tak tertolong lagi.

Kakiku terus melangkah, sambil sesekali menghindari beberapa mayat manusia yang tergeletak membusuk di jalan. Dibiarkan hilang perlahan, dilahap peradaban.

"Sialan, mereka datang lagi."

Dari seberang jalan, aku dapat melihat sebaris pasukan dengan pakaian dan senjata lengkap. Berbadan kekar dan terlihat mengerikan. Aku mundur perlahan, terlalu berbahaya jika aku harus bertemu dengan mereka.

[Myth] begitulah nama pasukan tersebut. Mereka adalah pembasmi peradaban, manusiakah?--tidak, tapi makhluk-makhluk yang setuju membunuh kaumnya sendiri untuk bertahan dalam beberapa waktu.

Setelah menjauh cukup jauh, ku putuskan untuk menelusuri Daerah bawah [ Distrik Underside], tempat yang lebih mengerikan dari Distrik saat ini. Daerah bawah, begitulah orang-orang menyebutnya. Dulunya Daerah bawah adalah daerah terkemuka, mengambang di udara dan pusatnya peradaban modern. Tapi kecelakaan besar merenggut hal itu. Daerah tersebut jatuh, menghantam tanah dan hancur setengahnya,lalu sekarang hampir tenggelam oleh tanah.

Tempat ini cukup baik untuk bersembunyi dari pasukan Myth tersebut. Walau akhirnya aku akan mati, tapi setidaknya aku masih ingin bertahan. Dunia sudah kacau, begitulah,tapi aku ingin bertahan.

Becek. Sepatu lusuhku semakin lusuh. Sialan, aku menginjak genangan darah. Menjijikkan tapi sudahlah, aku bisa apa. Aku kembali berjalan, mencoba menghiraukan hal buruk yang ada. Kau tidak perlu tahu tentang keadaan Daerah bawah ini.

Lampu dari sebuah bar, mengerjap-ngerjap. Untuk dunia yang sekarat ini, bar mungkin adalah tempat terbaik.

Kau tahu mengapa aku memulai dialog panjang dan merepotkan ini padahal akhirnya aku akan mati? Biar ku beri tahu suatu hal.

"Penyintas dari setiap Distrik mulai bergerak"

Balas dendam? Mengembalikan dunia ini? Tidak..tidak untuk semuanya. Para penyintas itu hidup sebagai umpan sekali pakai. Myth membiarkan satu orang penyintas dari setiap Distrik bertahan. Dengan begitu, para penyintas yang ada akan berkumpul membentuk kelompok bertahan baru dan mengundang manusia yang sudah putus asa lainnya.

Terlihat baik diluar tapi tidak dengan makna sebenarnya. Setelah kelompok penyintas terbentuk dan membesar, Myth akan memburu mereka sejadi-jadinya. Mati. Tidak ada kata selain itu.

Lalu, apa hubungan informasi itu denganku?

Ck. Kau tau, entah beruntung atau tidak tapi aku adalah salah seorang dari penyintas yang dibiarkan bertahan itu. Lalu keberuntungan lainnya mendatangiku, salah seorang Myth yang mabuk mulai berceloteh di salah satu bar Distrik [Underside]. Mulutnya yang lebih ringan dari kapas itu membeberkan semuanya. Aku cukup beruntung tapi kesialan juga terus mengiringiku.

Aku duduk tepat dibelakangnya, di sebuah meja bewarna coklat yang sudah lapuk kakinya. Duduk sambil memesan segelas bir dingin untuk menghapus dahaga. Salah seorang Myth tersebut kembali berceloteh dengan kepalanya yang mulai terkulai ke dasar meja. Sambil sesekali bersendawa dia menangis tersedu dan bercerita tentang dirinya yang dipecat setelah ketahuan mencuri barang dari atasan. Klasik sekali. Bukankah begitu?

"Hei pak. Kau tahu? Menjadi seorang Myth tidak membuatmu kaya raya dan dapat hidup dengan bebas. Hiks. Kau hanya diperlakukan seperti pembersih debu yang menyedot kotoran dan membersihkan lingkungan. Tanganmu penuh dengan darah sementara atasanmu tersenyum dengan arogannya di kursi empuk kantornya. Hiks. Sialan kalian Myth. Sialan. Hiks" lontarnya.

Kotoran. Begitukah mereka menyebut para penyintas seperti kami? Astaga. Betapa bodohnya. Makhluk pengecut seperti mereka tahu apa? Mereka adalah pengecut yang akan melakukan hal kotor apapun untuk tetap bertahan. Tikus. Makan apapun untuk hidup.

"Hahh. Ini sudah cukup. Terima kasih pak" aku berdiri setelah menghabiskan bir milikku. Sudah waktunya untukku berangkat. Aku tidak punya waktu untuk mendengarkan celotehan mantan Myth ini. Tujuanku kedepan lebih penting.

Aku langkahkan kakiku keluar dari bar, tapi sebelah tangan seseorang memeluk tangan kiriku. Ku harap wanita tapi bukan. Mantan Myth sialan, apa yang tengah dia lakukan? Aku menepis tangannya yang membuatnya berdiri gontai disebelah kiriku.

"Hey kawan. Biarkan aku ikut bersamamu ya? Hiks" dia tersenyum dengan wajah bodohnya. Menjijikkan. Tangannya kembali mengait tanganku dan kembali tersenyum bodoh sambil terus bersendawa.

"Lepaskan aku sialan" aku kembali menepis tangannya dan memutuskan untuk keluar secepatnya. Makhluk bodoh.

Akhirnya dia melepaskan ku. Dari sini perjalananku dimulai. Distrik [northern] adalah tujuanku selanjutnya. Dari seluruh distrik yang ada Distrik [Northern] adalah distrik yang aman dan daerah bebas. Tidak ada Myth ataupun orang gila.

Kali ini aku bergerak lewat jalur kereta api bawah tanah. Setidaknya sudah 7 tahun jalur itu tidak digunakan, jadi tempat ini mungkin lebih berbahaya dari jalanan atas. Tapi, tidak ada jalur yang lebih cepat dari jalur kereta bawah tanah. Bagaimanapun caranya aku akan melewatinya dan sampai di Distrik [Northern].

Gerbang jalur kereta bawah tanah sudah didepan mata. Wah lebih buruk dari dugaanku. Pintu utamanya sudah tertimbun reruntuhan bangunan dan tidak ada celah yang bisa dimasuki. Akhirnya aku memutuskan untuk sedikit memutar, kalau tidak salah aku bisa menemukan sebuah pintu darurat disekitar sini.

Lihat, aku menemukannya. Cukup baik dan utuh. Wah ternyata inilah alasan kenapa pintu darurat selalu dibutuhkan. Aku mendorong pintu yang setengah berkarat itu. Bunyi nyaring angkel pintu pun mengiringi. Aduh, tersangkut tapi dengan sedikit tambahan kekuatan cukup untuk membukanya.

Gelap. Dingin. Ku hidupkan senter milikku, tidak juga, sebenarnya aku menemukan senter ini tergeletak di bawah meja bar dan aku mengambilnya. Cukup beruntung, senternya berfungsi.

Aku mengarahkan cahaya dari senter ke setiap sudut didalamnya. Lalu cahaya senter menembus jauh ke depan karena saking gelapnya. Aku mulai berjalan, melewati beberapa gelandangan yang sekarat, tertidur dengan alas lantai yang rusak. Lalu aku turun ke jalur kereta api dan mulai berjalan mengikuti jalur kereta ke arah selatan. Yap, Distrik [Northern] , sama dengan namanya yang berada di selatan.

Next : Northern