webnovel

Chapter 3

Waktu pengumuman kelulusan seleksi masuk SMA Bina Teladan pun tiba. Semua peserta dan orang tuanya masing-masing pun mengerubungi papan pengumuman. Mereka sibuk mencari nama anak mereka masing-masing. Begitu banyak luapan emosi yang terasa di sekitar papan tersebut. Perasaan harap dan cemas ketika mencari nama mereka di papan tersebut serta perasaan bahagia dan sedih ketika mengetahui kenyataan yang ada. Semua orang tua tentunya akan bahagia dan membanggakan anak mereka ketika berhasil menjadi murid di SMA Bina Teladan. Namun hanya sedikit yang akan berbahagia karena hanya 170 murid yang diterima dari total 2.020 pendaftar tahun ini. Banyak pendaftar yang langsung menangis karena gagal menjadi murid di SMA Bina Teladan. Dan mereka yang berhasil masuk menjadi salah satu dari 170 murid tersebut akan merasa seperti juara. Sungguh suasana yang sangat kontras.

Begitu pula dengan keluarga Sandy dan keluarga Yongki. Mereka langsung tersenyum bahagia ketika mengetahui Sandy dan Yongki berhasil masuk menjadi salah satu dari 170 murid SMA Bina Teladan. Hal yang membuat mereka lebih bangga lagi adalah Sandy dan Yongki masuk kedalam 70 besar siswa dan berhak untuk mengikuti seleksi kelas khusus.

"Sannnnnnn, makasih banget ya. Gue bisa masuk kesini semua berkat Lu. Masuk 70 besar cuy," ucap Yongki yang sangat bahagia.

"Iya makasih ya San sudah mau mengajari Yongki," ucap Ibunya yang menyusul Yongki menghampiri Sandy.

"Ah iya tidak apa-apa Tante," jawab Sandy kepada Ibunya Yongki.

"Gak lah Wo. Kan Lu sendiri yang udah usaha," lanjut Sandy menanggapi ucapan Yongki.

"Tapi kalau gak ada Lu San, gue gak akan bisa. Makasih banget ya," ucapnya lagi dengan kegirangan.

Melihat Yongki seperti itu membuat Sandy hanya tersenyum. Sandy pun berfikir mungkin ini adalah pencapaian yang paling membahagiakan dalam kehidupan sekolah Yongki. Kedua orang tua Sandy juga berbahagia namun tidak seheboh orang tua Yongki. Mungkin karena mereka yakin dengan sepenuh hati kalau anaknya akan bisa masuk ke SMA ini. Mereka hanya tersenyum sambil mengucapkan kata selamat dan mengelus rambut Sandy.

"Kita ambil yuk San seleksi kelas khususnya," ajak Yongki kepada Sandy.

"Iya kamu ambil saja, siapa tahu nanti bisa masuk," sahut ayah Sandy setelah mendengar perkataan Yongki.

Sebenarnya Sandy tidak ingin memasuki kelas khusus karena ia berpikir kelas tersebut pasti berisi orang-orang yang kutu buku. Tetapi orang tuanya pasti tidak mengizinkannnya untuk menolak kesempatan tersebut. Terlebih lagi Yongki juga mendapatkan kesempatan yang sama.

"Iya-iya. Asalkan kita nanti bisa masuk berdua Wo," jawab Sandy dengan berat hati.

"Kalau itu sih gak janji ya. Gue kan gak pinter-pinter banget San," ucap Yongki sambil tertawa.

"Jangan minder dulu Ki. Coba saja dulu dengan penuh keyakinan," sahut Ayahnya Sandy untuk menyemangati Yongki.

"Iya kamu coba saja dulu," sahut Ibunya Yongki.

"Nanti belajar bareng ya San," ucap Yongki sambil menepuk pundak Sandy.

"Pasti," ucap Sandy sambil menyodorkan kepalan tangan kanannya kepada Yongki. Yongki pun membalasnya dengan mengepalkan tangannya dan menepukkannya ke kepalan tangan Sandy.

Setelah itu keluarga mereka berdua beranjak menuju ke aula untuk mendapatkan penjelasan seleksi kelas khusus secara resmi. Semua murid yang termasuk dalam peringkat 70 besar juga mengambil kesempatan tersebut. Tidak ada satu pun yang mau membuang kesempatan emas tersebut. Di dalam aula, mereka disambut oleh Kepala Sekolah SMA Bina Teladan beserta jajaran guru. Kepala Sekolah tersebut bernama bapak Bambang Wijatmoko. Beliau menyampaikan ucapan selamat karena telah mendapat kesempatan untuk mengikuti seleksi kelas khusus. Selain itu beliau juga menjelaskan manfaat kelas khusus bagi masa depan murid SMA Bina Teladan. Masing-masing dari peserta juga mendapatkan amplop yang berisi undangan resmi yang harus dibawa ketika hendak mengikuti seleksi kelas khusus. Setelah itu kegiatan tersebut selesai dan semua orang pun pergi meninggalkan aula.

Sebelum mereka pulang ke Bogor, Sandy diajak untuk makan malam bersama oleh keluarga Yongki. Keluarga Yongki berniat mentraktir keluarganya Sandy karena telah membantu Yongki memasuki SMA Bina Teladan. Mereka pun berangkat ke sebuah rumah makan padang. Di sana Sandy diperbolehkan untuk memesan apapun sebagai ucapan terima kasih Yongki.

"Lu boleh pesan apa aja San," ucap Yongki.

"Gampang lah. Bawa aja semua yang ada di menu ke sini hahaha," ucap Sandy kepada Yongki.

"Oke siap," jawab Yongki sambil meninggalkan meja mereka.

Beberapa saat kemudian, Yongki kembali dan diikuti oleh beberapa pelayan. Mereka membawakan semua lauk di piring dan meletakkannya di meja.

"Heh gue tadi bercanda," ucap Sandy kepada Yongki sambil memukul tangannya.

"Sudah tidak apa-apa San. Ini juga tidak ada apa-apanya untuk membalasmu," sahut Ayahnya Yongki.

"Tapi Om," belum selesai Sandy berbicara, Yongki langsung memotong ucapannya.

"Sudah ayo makan. Sudah lapar ini. Mari Om dan Tante," ucapnya sambil mempersilakan orang tua Sandy untuk makan. Kedua orang tua Sandy pun merasa kebingungan dan tidak enak kepada orang tua Yongki.

"Pak ini tidak kebanyakan?" ucap Ibu Sandy.

"Sudah tidak apa-apa Bu. Kita kan berenam disini. Pasti habis, apalagi ada Yongki yang makannya banyak," ucap Ayah Yongki sambil menyuguhkan lauk kepada Ibu dan Ayah Sandy.

"Mari makan Pak, Bu," sahut Ibu Yongki.

Setelah mendengar penjelasan ayahnya Yongki, akhirnya mereka bertiga pun ikut menyantap makanan yang ada di depan mereka. Ternyata benar perkataan ayah Yongki kalau makanan tersebut pasti habis. Akhirnya mereka semua pulang ke Bogor dengan perut yang sangat kenyang.