1 Sekolah Baru

Hari ini adalah hari pertama aku ke sekolah baruku.

Sesampainya di gerbang sekolah, aku langsung bisa melihat ruangan kepala sekolah, yang persis ada di samping kiri lorong yang ada di depan gerbang.

Aku berjalan menuju ruangan kepala sekolah yang kira-kira 12 langkah dari gerbang sekolah, namun sesaat sebelum aku mengetok pintu ruangan kepala sekolah, aku di panggil oleh seseorang yang mungkin adalah guruh di sekolah ini, karena saat aku sedang berjalan menuju ruangan kepala sekolah aku bisa melihat juga bahwa di depan ruangan kepala sekolah ada ruangan lani, walaupun agak samar karena tulisannya sudah mulai memudar aku mengerti bahwa itu adalah ruangan guruh.

"Selamat pagi.... Ada perlu apa ke ruangan kepala sekolah?" dengan suara yang lembut.

Dengan sedikit terkejut, aku menengok kearah suara yang mengejutkanku tadi, ternyata!

Ada seorang wania cantik dengan rambut yang di kuncir berwarna kuning yang juga mengenakan seragam sekolah berada di belakangku.

"A-aku Jovi" tampa sadar aku menjulurkan tanganku dan memperkenalkan namaku, saking terpesona melihat wanita itu.

"Namaku Vienna se-senang berkenalan denganmu" dengan wajah yang merona dan sambil berjabatan tangan.

"Aku murid baru di sekolah ini, karena tidak tau kelasku di mana, aku memutuskan untuk bertanya kepada kepala sekolah." dengan wajah yang sangat senang karena orang pertama yang aku temui adalah bidadari.

"Yah sudah, kalo begitu biarkan aku membantumu." kata Vienna sambil berjalan mendekat kearah pintu ruangan kepala sekolah.

Sesaat setelah Vienna mengetok pintu itu, terdengar suara seseorang dari ruangan guru memanggil Vienna.

"Vienna, Siapa orang yang ada di sampingmu?" dengan suara yang berat dan tegas.

Vienna-pun menghadap asal suara tersebut dan memperkenalkanku.

"Namanya jo-"

"Nama saya Jovi saya murid baru di sekolah ini." memotong perkataan vienna, sembari menatap pria yang cukup besar dan berotot yang tadi memanggil Vienna.

"Oh... Kamu murid baru itu, ayo kita pergi ke kelas." kata orang berotot itu sambil menggaruk kepalanya dan melihat ke arahku dengan tatapan malas.

Kamipun berjalan, dan baru saja beberapa langka mengikuti pira berotot itu aku melihat lapangan berumput yang lumayan luas yang ada di depan perpustakaan, dan di sampingnya ada lapangan basket juga, dan di samping lapangan basket itu adalah ruangan kelas yang menjadi tempat tujuan kita.

Kita berjalan dan melewati ruangan kelas 10 dan 11 dan sampailah kita di depan kelas 12 yang akan menjadi ruang kelasku yang baru.

Tapi pikirku, kenapa hanya ada 3 ruangan kelas padahal ini adalah sekolah yang ada di kota, kok sama ajah kaya sekolah di desaku yang hanya ada 3 ruang kelas(hanya 1 ruang kelas per angkatan).

Aku masuk ke kelas bersama Vienna dan orang berotot itu.

"Berdiri..." kata seorang pria berambut hitam yang menggunakan kacamata dengan suara yang lantang.

Setelah itu Vienna langsung pergi ketempat duduknya dan langsung duduk, Pria berkacamata tadi langsung menatap Vienna dengan tajam dan Vienna Pun kembali berdiri seperti tidak terjadi apa-apa.

"Beri salam..." kata pria berkacamata itu dengan lantang lagi.

Aku kaget karena pria berotot itu adalah guru sekaligus wali kelasku di sekolah ini, aku sama sekali tidak berpikir dia adalah guru karena badannya yang berotot, aku bahkan menyanggahnya sebagai satpam sekolah karena di gerbang sekolah tadi aku tidak melihat satpam padahal ada pos satpamnya di samping gerbang.

Seluruh murid di kelas itu serentak mengatakan "selamat Malam pak," kecuali pria berkacamata itu yang keheranan.

Dan serentak mereka semua tertawa, karena sebenarnya kelas itu harusnya sudah di mulai 45 menit yang lalu.

"S-sudah cukup hentikan tertawaan kalian." kata si kacamata itu dengan sedikit hentakan.

"yeh... bapak Dante ajah engga marah." kata seorang pria berambut merah itu.

"Sudah-sudah tenang dulu semua, karena hari ini bapak tidak telat, melainkan menunggu murid baru, supaya bisa bapak antar kekelas, dan ini dia murid barunya, ayoh perkenalkan namamu." kata pak Dante dengan wajah yang malas sambil menggaruk kepalanya.

Aku terdiam sejenak dan membayangkan kembali saat aku teman kelasku merundung-ku di sekolah lamaku, dan Setelah terdiam beberapa detik, aku pun memperkenalkan diriku.

"Nama saya Jovi Lingkyu saya harap walaupun tinggal sebentar, kita bisa b-berteman dan saling membantu." kataku sambil merenung, apakah disekolah ini aku akan di rundung lagi.

"Baik pergilah duduk di sanah," -menunjuk kearah pria berkacamata- "Hector! sebagai ketua kelas, kamu mengalah dan pindah dulu ke meja Putri di belakang."masih dengan wajah yang malas.

"Engga mau." kata Hector dengan tegas dan tatapan yang sinis ke arahku.

"Yah, sudahlah kamu saja yang duduk di tempat Putri untuk sementara."Sambil menarik nafas yang dalam dan bersuara pelan ke arahku.

Bapak Dante pun menyuruhku yang pergi duduk di belakang di tempatnya Putri, pantesan Si kacamata itu tidak mau duduk di sini, ternya di meja ini ada pot yang berwarna merah muda bermotif bunga sakura, dengan satu tangkai bunga yang tumbuh di pot itu.

Aku tidak kebayang orang seperti apa Putri itu, karena menaruh pot ini di meja belajarnya.

"Eh... Eh, hari ini kita akan ulangan Matematika, dan untuk Jovi, kerjakan saja sebisamu." kata pak Dante sambil menatap ke kertas soal yang sedang dia pegang.

Aku pun tertantang karena perkataan tadi yang pak Dante lontarkan, karena aku sangat menyukai matematika dan juga adalah mata pelajaran deng nilai terbaik-ku.

kertas soal pun mulai di bagikan oleh Vienna, sesampainya dia sampai di depanku dia memberikan kertas soalnya dan berkata "semangat" dengan gestur tangan menyemangati-ku.

Dan keanehan pun mulai terjadi saat Suara "Mulai" Dari pak Dante di ucapkan.

Aku membuka lembar soal itu dan mendapatkan tulisan yang muncul sendiri di belakan lembar soal pertama, Kertas itu menjadi seperti layar hp yang bertuliskan Jangan menggunakan Sihir untuk mencontek.

Aku yang gaptek hanya tersenyum, ternyata kertas di kota bisa menimbulkan tulisan sendiri seperti Layar HP, seberapa tertinggalnya sekolahku yang lama.

Aku lanjut melihat semua soalnya, dan di setiap lembaran soal yang kosong selalu ada kata yang tadi(jangan gunakan sihir untuk mencontek.) aku pun mulai mengerjakan soal pertama, dan ternyata cukup mudah "segini doang" ucapku dalam hati, aku pun fokus melanjutkan sampai soal ke-19 dan semuanya sangat mudah bagiku.

Dan saat aku melihat soal ke-20 (soal terakhir) aku bingung karena aku belum perna belajar tentang soal tersebut, karena aku bingung, aku mengangkat wajahku untuk bertanya ke pada pak Dante.

Aku kaget! karena melihat aura merah seperti api yang di keluarkan orang di depanku dan aura coklat yang ada di sampingku yang keluar dari pria gendut yang duduk itu.

Aku cukup panik tapi aku berusaha menenangkan diriku, dan mencoba melihat ke arah guruku untuk menanyakan soal nomor 20 dan ternyata pak Dante Pun mengeluarkan aura kuning yang tipis sambil mengawasi sekeliling.

avataravatar
Next chapter