webnovel

Sial, Aku Mendatangkan Malapetaka

Manusia, monster, dewa. Aku tidak peduli dengan semua itu. Yang ku inginkan hanyalah sebuah telur. Ya sebuah telur. Sebuah telur yang tak ku ketahui asalnya. Namun aku yakin telur tersebut adalah telur monster legendaris. Siapa yang tak penasaran melihat telur yang tak kalian ketahui? Aku yakin, semua orang pasti akan serakah jika melihat telur tersebut. Mereka tidak akan segan-segan untuk mengambil telur tersebut. Lalu, apakah aku akan mengambilnya atau membiarkannya? Tentu saja aku akan mengambilnya. Tapi, apa yang terjadi jika aku ambil telur tersebut? Sial, Aku Mendatangkan Malapetaka.

BlackCarapace · Fantasy
Not enough ratings
22 Chs

Berlatih Menggunakan Senjata

Di sebuah jalan yang luas, sebelah dinding pelindung kerajaan, terdapat 2 orang laki-laki dan 1 orang perempuan sedang berlari. Keringat bercucuran dari dahi dan tubuh mereka. Baju mereka mulai basah akibat dari keringat tersebut. Meskipun begitu, mereka tetap berlari.

"Sial, kenapa jadi seperti ini?" gerutu seorang anak laki-laki yang memiliki rambut berwarna hitam dengan model undercut. Anak laki-laki tersebut adalah Yugi.

"Jangan tanyakan padaku, akupun ingin tahu kenapa jadi seperti ini," protes seorang anak perempuan yang memiliki rambut berwarna pink dengan panjang sepundak dan di ikat ekor kuda. Anak perempuan tersebut adalah Natasya.

"Sudahlah, sudahlah. Ini juga merupakan bagian dari pelatihan kita. Pelatihan ini membuat ku semangat! Kyahahaha!" tertawa keras seorang anak laki-laki yang memiliki rambut berwarna hitam model cepak. Anak lelaki tersebut adalah Zura.

Ketiga orang tersebut berlari karena disuruh oleh guru pembimbing mereka. Guru pembimbing mereka sendiri adalah pak Arief yang merupakan saingan pak Rovel.

Sebelumnya, pak Arief berkata pada mereka "Kalian harus melatih kekuatan fisik kalian jika kalian melawan seseorang yang menggunakan [ZING]. Apakah kalian tahu kenapa harus melatih kekuatan fisik kalian? Itu karena pengguna kekuatan [ZING] memiliki pergerakan yang cepat. Apa gunanya kekuatan kalian, jika kalian pingsan dalam satu serangan saja?"

Mulai dari situlah Yugi, Natasya, dan Zura melatih kekuatan fisik mereka. Lalu bagaimana dengan murid didik lainnya yang dimiliki pak Arief? Apakah mereka ikut berlari? Atau mereka hanya santai-santai saja?

Jawabannya adalah tergantung mereka. Untuk mengikuti kompetisi bertarung akademi, seorang guru hanya bisa mendaftarkan 3 orang murid saja. Meskipun seorang guru memiliki banyak murid, peraturan tetaplah peraturan. Seorang guru tak boleh mendaftarkan muridnya lebih dari 3 orang.

Lalu, bagaimana dengan ketentuan murid yang boleh di daftarkan di kompetisi bertarung akademi? Murid yang boleh di daftarkan adalah murid tingkat pertama dan kedua. Murid tingkat selanjutnya tak boleh di daftarkan. Hal ini dilakukan karena murid tingkat selanjutnya sudah memiliki level yang berbeda. Mereka bertarung di liga akademi bersama dengan 2 kerajaan lainnya.

Sebenarnya ada berapa sih jumlah tingakatan di akademi? Akademi hanya memiliki 4 tingkat saja, yaitu tingkat pertama hingga tingkat keempat. Setelah tingkat keempat, seseorang sudah dinyatakan lulus dari akademi. Dan setelah mereka lulus, mereka bebas memilih pekerjaan apapun nantinya.

Di akademi itu sendiri hanya teradapat 10 orang guru bertarung, ditambah pak Rovel menjadi 11. Guru-guru yang bisa mendaftarkan muridnya mengikuti kompetisi adalah guru yang sudah diakui oleh kepala sekolah. Meskipun pak Rovel baru memiliki murid, namun ia adalah salah satu guru yang diakui oleh orang tersebut.

Hal serupa terjadi pada guru-guru lainnya. Setelah mengetahui bahwa pak Rovel adalah pengguna [ZING] mereka melatih fisik murid-murid mereka. Tak ada satupun yang diam mendengar hal tersebut. Meskipun kekuatan [ZING] tidaklah populer, namun seluruh guru bertarung mengetahui kekuatan tersebut.

.

Di dalam istana kerajaan, di ruangan penerima tamu, terdapat dua orang sedang duduk di kursi saling berhadapan. Di belakang kedua orang tersebut, banyak terdapat pelayan-pelayang kerajaan menggunakan pakaian serba hitam putih. Kedua orang yang sedang duduk di kursi tersebut adalah kepala akademi dan raja Kerajaan Eldria.

"Raja Zarfan, sepertinya Rovel telah menemukan murid yang mau menggunakan [ZING]. Sudah lama sekali semenjak seseorang berlatih menggunakan kekuatan tersebut. Aku kira hanya keluarga kerajaan saja yang akan mewarisi kekuatan tersebut." ucap Kepala Akademi.

"Ah . . . aku kira juga akan seperti itu." Raja Zarfan mengelus-elus jenggot putihnya. Ia pun melanjutkan pembicaraan, "Anak zaman sekarang memang inginnya yang instan. Kekuatan [GIFT] memanglah kuat, tapi sebenarnya itu tidak cocok dengan tubuh mereka. Sedangkan kekuatan [ZING] akan bertambah kuat sejalan dengan latihan yang mereka lakukan."

"Tapi mau bagaimana lagi Raja Zarfan, lawan kita adalah monster. Jika kita hanya mengandalkan kekuatan [ZING] mungkin kerajaan ini akan binasa. Kekuatan [ZING] kebanyakan memiliki serangan jarak dekat. Sedangkan kekuatan [GIFT] kebanyakan memiliki serangan jarak jauh. Dengan begitu, seseorang tak perlu terluka terlebih dahulu sebelum ia berhasil mengalahkan monster tersebut." klaim Kepala Akademi.

"Tapi itu kan zaman dahulu. Sekarang keluarga kerajaan telah meneliti cara meningkatkan kekuatan [ZING]. Rovel pun pasti telah menggunakan metode tersebut untuk melatih anak didiknya. Aku yakin, kekuatan [ZING] akan lebih populer di masa mendatang." Raja Zarfan mengepalkan tangannya dengan erat.

"Semoga saja," ucap Kepala Akademi sembari tersenyum.

.

Rovel, Javar, Ajie, dan Izan kembali ke lapangan depan kelas bertarung setelah memilih senjata mereka. Selama perjalanan, mereka mengayun-ayunkan senjata mereka. Orang-orang yang melihatnya merasa khawatir akan hal tersebut. Ada yang memperingatkan karena takut terkena seseorang. Namun, ada juga yang memuji mereka karena melihat semangat mereka.

Setelah mereka tiba di lapangan, mereka segera berlari kesana-kesini sambil mengayunkan senjata mereka. Pak Rovel hanya bisa tersenyum melihat kelakuan Ajie, Javar, dan Izan. Terlihat jelas bahwa mereka bertiga masih anak-anak.

"Anak-anak, berkumpul!" Perintah pak Rovel.

Mendengar hal tersebut, mereka segera berkumpul di depan pak Rovel. Kecepatan mereka menerima perintah layaknya seorang militer. Mereka berkumpul dengan memegang senjata mereka di tangan dominan mereka.

"Hari ini Kalian akan belajar menggunakan senjata. Bapak yakin tak ada satupun dari kalian yang mengerti cara menggunakan senjata tersebut. Jadi hari ini bapak sarankan kalian untuk pergi ke perpustakaan untuk mencari buku panduan menggunakan senjata tersebut. Kalian juga bisa mencari guru yang ahli dalam menggunakan senjata tersebut," saran pak Rovel.

"Baik pak!" jawab mereka bertiga serentak.

Mereka pun bubar dari lapangan tersebut. Apa yang di ucapkan pak Rovel sesuai dengan kenyataan. Tak ada satupun dari mereka yang mengetahui cara menggunakan senjata tersebut. Oleh sebab itu, tujuan utama mereka hari ini adalah perpustakaan.

Pak Rovel juga kembali ke ruangannya yang berada dekat dengan lapangan tersebut. Hari ini sepertinya pak Rovel tak akan mengajar mereka bertiga.

.

Sesampainya di perpustakaan, Ajie, Javar, dan Izan segera menuju area buku tehnik bertarung. Mereka dapat menemukan buku yang mereka cari dengan cepat, dikarenakan rak buku yang tersusun rapih. Lalu mereka pun kembali ke lapangan untuk berlatih dengan panduan dari buku yang mereka ambil.

.

"Hmmm . . . disini tertulis terdapat 4 tehnik menggunakan katana. Iaido, Kenjutsu, Aikido, dan Kendo. Sebaiknya aku gunakan yang mana yah?" Ajie mempertimbangkan kemungkinan yang akan dia pilih. Ia berpikir dengan mengelus-elus dagunya.

"Namun, setelah aku baca-baca sepertinya aku tidak cocok menggunakan tehnik aikido. Pedang ku terlalu panjang jika digunakan untuk mengalihkan kekuatan penyerang."

"Lalu bagaimana dengan kendo? Kendo menggunakan serangan dan dorongan. Sepertinya ini bagus untuk dicoba."

"Iaido? Yang satu ini terlihat keren. Tehnik mengeluarkan pedang dari sarungnya dan menebas lawan seketika. Sepertinya aku juga akan mencoba berlatih menggunakan tehnik yang satu ini?"

"Bagaimana dengan kenjutsu? Sepertinya ini tehnik menggunakan katana secara umum. Lebih baik aku mempelajari tehnik ini terlebih dahulu. Aku tidak yakin bisa melawan musuhku dengan iaido. Bagaimana jika ia menghindari serangan ku? lalu apa yang aku lakukan?" Ajie membayangkan kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi di kepalanya dengan keras.

"Baiklah aku akan mempelajari Kenjutsu terlebih dahulu." Ajie menguatkan keyakinannya dengan mengepalkan tangannya kuat-kuat.

Di tempat yang lain tak jauh dari tempat Ajie berada, Izan pun membaca buku yang ia ambil.

Di dalam buku tertulis beberapa tips cara menggunakan tombak.

1. Tombak cocok untuk bertarung di ruang terbuka.

2. Prinsip utama pertarungan tombak adalah menjaga jarak antara Anda dan lawan, terutama saat mereka menggunakan senjata pendek.

3. Sangat penting untuk mencegah lawan mu mengambil tombak mu. Jadi cara terbaik menggunakan tombak adalah dengan tusukan cepat dan mengembalikan tombak dalam posisi semula dengan cepat.

4. Konsep bahwa satu tusukan atau apa pun kemungkinan yang bisa menghabisi lawan dengan cepat tidaklah tepat. Lebih baik menggunakan beberapa tusukan.

Setelah Izan membaca tehnik tips tersebut, ia segera melatih menusukkan tombaknya terus menerus.

Hal serupa terjadi dengan Javar, Javar membaca tips menggunakan pedang dan perisai.

1. Dorong perisai ke wajah musuh, dan tebas pedang ke sisi yang tak terdapat senjata musuh.

2. Ganggu pedang musuh, dan tebas pedang ke sisi yang tak terdapat senjata musuh.

3. Berlindung dari serangan musuh, lalu dengan cepat menyerang dengan serangan balik.

4. Berlindung dari serangan kearah kaki dengan menggunakan pedang, lalu melakukan serangan balik.

5. Berlindung dari serangan kearah kepala dengan menggunakan perisai, lalu melakukan serangan balik.

Setelah membaca tips tersebut, Javar segera berlatih menggunakan pedang dan perisai.

Mereka berlatih cukup lama hingga akhirnya mereka tersadar akan sesuatu. Musuh yang akan mereka lawan menggunakan kekuatan [GIFT]. Artinya, musuh tidak menggunakan senjata sama sekali. Lalu buat apa mereka berlatih menggunakan senjata untuk melawan musuh yang menggunakan senjata juga?

Dengan pemikiran seperti itu, akhirnya mereka merubah cara bertarung mereka.

Ajie menggunakan katananya hanya untuk menyerang. Dia akan menyerang balik serangan musuh yang mengarah padanya. Namun jika dirasa dia tidak bisa melawan serangan tersebut, ia akan menghindarinya.

Izan pun melakukan hal yang sama seperti yang dilakukan Ajie. Ia akan menyerang balik serangan musuh dengan memfokuskan auranya ke tombaknya dan akan menghindar jika ia tak kuat melawan serangan tersebut.

Berebeda halnya dengan Javar. Javar akan menahan serangan musuh dengan menggunakan perisai. Ia memiliki pertahanan yang kokoh jika dibandingkan kedua temannya. Namun, dia kekurangan daya serang dibandingkan kedua temannya. Meskipun begitu, musuh akan kesulitan melawannya jika ia berhasil mendekati musuhnya.