webnovel

Shousetsuka ni Mainichi ga Muzukashii

Dikisahkan seorang remaja yang masih duduk di bangku SMA merupakan seorang penulis pendatang baru yang telah memenangkan penghargaan pada karyanya “Best Novel of the Year” tahun ini. Namun, pasca penghargaan itu ..., suatu keanehan terjadi di dalam dirinya saat dia hampir menamatkan novelnya. Akhir-akhir ini dia kesulitan untuk memikirkan jalan cerita untuk kisah yang hendak dia tuliskan. [Writer Block] Sebagian besar penulis memang pernah mengalaminya, dia tidak sadar kalau ini terjadi pada dirinya sendiri. Sebab apa dia mengalaminya, apakah ini adalah tekanan batin karena susahnya kehidupan yang telah dia jalani? Suatu hari, seorang sahabat dekatnya menyarankan untuk berkeliling ke sebuah tempat, anggap saja itu adalah liburan yang digunakan untuk sarana refreshing otak. Akhirnya, dia memutuskan untuk mengunjungi sebuah negeri yang menjadi inspirasi novelnya. Sudah sejak lama dia ingin pergi ke sana .... Ternyata, kehidupan di negeri itu sama beratnya hingga membuatnya putus asa dan ingin kembali ke kehidupan jauh sebelum dia menjadi novelis. Tapi, siapa sangka .... Di tengah-tengah dirinya kehilangan semangat hidupnya, seorang pria yang tidak diharapkan hadir tanpa sengaja menjadi pasangan takdirnya, dan mengubahnya menjadi sosok yang kuat dengan mempertahankan impian besar dalam kehidupannya. Bagaimana lika-liku kisah seorang penulis yang telah mengalami writer block hingga bertemu orang yang ditakdirkan untuknya? *Simak kisahnya dalam novel, “Shousetsuka ni Mainichi ga Muzukashii” yang artinya “Hari-hari yang sulit untuk seorang novelis.” *Catatan: Cerita akan dilanjutkan dalam waktu dekat!

ANABANTINGAN · Teen
Not enough ratings
220 Chs

Sad Girl

Beberapa hari sebelum malam pertemuan itu ....

Di pagi hari nan cerah dengan aroma embun yang sejuk, dia terbangun dari tempat tidurnya. Wajahnya sangat kusam karena dia sering begadang dan terkadang hanya tidur beberapa jam saja.

Dia hanya gadis remaja yang lahir dari keluarga biasa-biasa saja. Selama ini dia tinggal bersama ayahnya yang pemalas dan neneknya yang tua renta. Ibunya pergi ke luar negeri, bekerja demi kelurganya ini. Sebenarnya dia memiliki seorang adik namun, adiknya yang masih kecil itu tidak bisa lepas dari sang ibu.

Dia sempat berpikir, 'Andaikan ayahku seorang pekerja keras pasti, ibuku tidak akan sulit, dan dia tidak akan memiliki banyak hutang besar.' Ya, semua itu karena ayahnya yang enggan bekerja lagi semenjak adiknya dilahirkan.

Nenek semakin lama semakin tua dan berjalan saja membuatnya kesulitan, padahal sejak kecil, jika orang tuanya pergi bekerja, neneknya lah yang menyiapkan sarapan. Kali ini, gadis remaja tersebut yang menyiapkannya termasuk mengerjakan semua pekerjaan rumah tangga menggantikan ibunya.

Dia masih kurang akrab dengan ayahnya yang pemalas karena terkadang marah tidak jelas.

Namun, suatu ketika, ayahnya tahu kalau putri sulungnya ini setiap malam sering begadang.

"Tagihan listriknya naik, apa kau telah menggunakannya?" secara tidak langsung dia menanyakannya dengan nada terkesan menyindirnya.

"Ayah sendiri bagaimana? Bukankah setiap hari menonton bola sampai tengah malam?" dia menjawab sambil memberikan pertanyaan balik.

Suasana di ruang makan pun menjadi tegang. Tidak mungkin juga nenek, karena dia sering tidur lebih awal.

Sang ayah hendak mengomel tapi, sang putri sulungnya ini langsung mengomentarinya, "Tagihan listrik naik pun, bukan ayah yang membayarnya, melainkan uang dari ibu."

Sontak saat putrinya yang bicara dengan perkataan yang tidak mengenakkan ini membuat sang ayah langsung naik darah, "Apa kau bilang!?" tidak hanya itu, sang ayah langsung mengubah nada bicaranya menjadi tinggi sambil bicara macam-macam pada putrinya.

Sekali gadis ini bicara, dia bisa menciptakan medang perang.

Namun, dia tidak peduli, dia mengabaikan orang-orang yang buta dan tuli, yang tidak menerima kenyataan hidupnya.

Ya, begitulah, meskipun dia hidup di keluarga yang dipandang harmonis dan biasa-biasa saja, sebenarnya di dalamnya sangat tidak luar biasa.

Tapi, ayahnya tidak pernah tahu kalau dia menulis novel di salah satu platform. Itu sudah menjadi impiannya sejak duduk di bangku SMP.

....

Sebelum berangkat sekolah, meskipun dengan pagi yang terbilang cukup kacau, dia masih mengucapkan salam sebelum berangkat pada kedua orang yang berada di rumahnya. Dia juga telah memastikan kalau jendela kamarnya dan pintu kamarnya sudah terkunci rapat, dia tidak ingin rahasia menulis novelnya itu terbongkar.

Neneknya berkali-kali berbisik padanya supaya dia tetap sabar menghadapi ayahnya.

Dia tersenyum lembut pada nenek dan tetap memasang wajah ceria meski memendam rasa kesal, bagi dia yang telah berkali-kali melihat sikap buruk ayahnya itu sudah biasa.

Tak lama kemudian, seorang gadis yang merupakan sahabat masa kecilnya itu melambaikan tangan dengan riang dari kejauhan dan memanggil keras namanya. Lalu, mereka berangkat bersama-sama.

****

"Hari ini kamu membawa sepeda juga?" tanya sang gadis tersebut dengan heran.

"Ya, mungkin setiap hari aku akan membawa sepeda." Jelasnya dengan riang.

"Naiklah!" seru seorang sahabat dari gadis tersebut yang menyuruhnya untuk naik ke boncengannya. Awalnya dia merasa sungkan karena sering merepotkan sahabatnya ini tapi, karena dia merasa sahabat baik adalah sebuah rezeki, dia tidak akan menolak tawarannya. Dia segera naik ke boncengan sepedanya meski terlihat berat saat mengayuhnya.

Beberapa saat kemudian, saat mereka berada di jalan raya, dengan seragam yang sama, seorang lelaki naik motor dengan kencangnya menyalip kedua gadis yang sedang berboncengan sepeda pancal tersebut.

Gadis penulis novel itu berkata di dalam hatinya, 'Andaikan ada sepeda motor, aku pasti tidak akan merepotkan dia lagi.' Sebenarnya, di rumahnya ada sepeda motor namun, ayahnya tidak memperbolehkannya untuk menggunakannya. Dia juga sudah berjanji tidak akan menyentuh barang yang bukan kehendaknya.

'Maaf, aku terlalu merepotkanmu ....' Dia ingin mengungkapkannya namun tidak tega. Di zaman kemajuan di negara ini, anak SMA pada gengsi naik sepeda pancal, bahkan di kota yang penuh hiruk pikuk, di depan tempat parkir sekolah banyak terpampang sepeda motor.

'Hanya dia ..., dan beberapa orang yang tidak gengsi dengan kemajuan zaman, bahkan ada beberapa anak dari orang kaya yang masih menggunakan sepeda pancal.'

'Aku menyukai kesederhanaan, cukup memiliki teman seperti ini saja itu sangat melegakan hidupku.' Tentu saja dia berpikir begitu, karena selama ini, di sekolah mana pun, dia tidak pernah memiliki teman dekat di kelasnya, terkadang dia tampak sendiri karena memiliki banyak kekurangan dan dianggap gadis yang pasif. Kadang dia dianggap gadis yang aneh karena kecintaannya pada sebuah kartun Jepang bernama 'Anime' tapi, bagi dia, anime adalah bagian penting dari hidupnya. Anime telah memberinya banyak inspirasi, banyak pelajaran yang telah dia dapatkan setelah melihatnya sehingga dia bisa menjadi penulis seperti sekarang ini, dapat menulis kisah-kisah indah dalam novelnya, dan pernah sempat berpikir, 'Andaikan aku menjadi tokoh di anime ....'

*Ah~ itu hanya kehaluan belaka!

Dia duduk di bangku paling belakang.

Biarpun terlihat seperti seorang sad girl, peringkat kelasnya tidak pernah turun dari 10 besar terlebih lagi, dia sudah masuk ke dalam daftar murid penerima beasiswa semenjak SMP.

Saat menoleh ke bangku sebelahnya, "Ng?" dia heran! Lagi-lagi seorang anak lelaki yang duduk di dekatnya tidak masuk lagi.

'Mungkinkah dia sakit lagi?' setelah dia bertanya-tanya di dalam hatinya, sebuah selembaran surat izin yang dikirimkan oleh guru piket sampai ke kelasnya.

Ah, ternyata benar dia tidak masuk lagi.

Sempat ada perasaan kosong di dalam dirinya saat seorang anak lelaki yang duduk di dekatnya itu tidak masuk sekolah, karena dia sering berbagi cerita dengannya.

'Mungkin, aku memang ditakdirkan menjadi sad girl di kehidupan ini.'

'Tapi, aku tidak ingin selamanya terus seperti ini, aku ingin berubah menjadi orang yang memiliki nama besar, kuat, dan banyak orang yang mengenalku.'

'Terkadang membicarakan hobi dengan orang lain tidak ada artinya, yang ada hanya diejek, diremehkan, dan bahkan ditertawakan.'

'Orang-orang memandangku aneh ....'

'Setidaknya hanya menulis lah yang membuatku untuk tetap berpikir jernih!'

Dia sempat berpikir ingin menuliskan kisah hidupnya ke dalam sebuah novel tapi, dia berpikir dua kali saat mendapatkan tawaran di suatu platform, mungkin jika menulis kisah sendiri tidak akan menarik dan tidak akan yang minat membaca.

Akhirnya, dia menulis cerita yang terlahir dari jiwanya, menjadi sosok gadis yang sebenarnya dia inginkan di dunia ini.

Dan kala itu ....

Wali kelasnya sempat membacanya, 'Hah~ jika bukan karena dia, mungkin aku akan menyandang gelar sad girl yang sangat lama ....'

________

Menulis novel, mengubah duniaku.