webnovel

Should Be

❝ Always needed the presence or departure of others to find out the depths of the heart. ❞ — Shita Hapsari. Yera teramat terpukul setelah kepergian mami dan adiknya. Yera tidak ingin mengkhianati janjinya sebagai saudarinya, Yera harus menepati janji adiknya! ©2020 by coureimmac

coureimmac · Teen
Not enough ratings
37 Chs

Bab 28 : Jangan Pernah!

Suasana latihan malam ini benar-benar canggung. Setelah kemarin malam terjadi kesalahpahaman antara Dery dan Lukas, sekarang mereka semua benar-benar dalam keadaan canggung.

Markus dan Juna yang tak tahu ada apa hanya saling adu pandang sambil mengangkat kedua bahu mereka, padahal kemarin Lukas dan Dery juga sudah saling meminta maaf.

"Mau istirahat atau lanjut aja?" Kini Yera membuka suara sambil menatap mereka berempat. Semua saling adu pandang, tak ada suara yang menjawab pertanyaan yang diajukan oleh Yera.

"Ah. . . Lanjut aja dulu, Yer. Habis itu kita istirahat," ujar Markus memecah keheningan di antara mereka.

Yera mengangguk dan mereka melanjutkan latihan band mereka pada malam ini. Dery hanya berdecak kesal saat Lukas melakukan kesalahan lagi, tak ada adu mulut pada malam ini. Tapi keadaan benar-benar sangat canggung saat ini, entah mengapa rasanya sangat aneh.

Lukas tidak seperti biasanya, ia banyak diam dan tak ada sedikit suara yang keluar dari mulutnya malam ini. Dery pun sama, apalagi Dery dalam mode tak bersahabat pada siapapun malam ini.

Yang sepertinya dalam suasana baik-baik saja hanya Yera, Markus dan Juna. Mereka latihan kembali untuk mempersiapkan penampilan mereka pada perlombaan nanti.

"Eh maaf, Jun. Tadi gue kecepetan ambil temponya." Ujar Yera sambil mengganti posisi jari-jari tangannya di atas keyboard.

"Oh iya nggak papa," ujar Juna sambil mengangguk dan menatap kembali ke arah kertas yang ia pegang.

Dery dan Lukas melirik ke arah Yera yang sedang fokus menatapi jarinya yang sedang bermain di atas tuts-tuts keyboard. Lalu kedua pandangan mereka bertemu, Lukas langsung mengalihkan pandangannya seketika saat tatapan matanya dan Dery bertemu.

**

Lukas, Markus, Juna dan Dery tengah duduk di sofa sambil memakan cemilan yang disiapkan oleh Yera. Mereka berempat lagi-lagi dalam suasana dingin, mereka fokus kepada ponsel canggih mereka masing-masing.

Juna

| Kenapa sih mereka?

| Kok diam2 bae

| Canggung bgt sumpah

| Gk kyk kemarin

Gatau gue jun |

Aneh bgt deh |

Yg menurut gue aneh |

Dery sm Yera tuh loh |

Kok mereka gada ngobrol drtdi? |

| Kesempatan bagus bro

| Petros coba si Yera

Bodoh |

Jgn skrg lah bodo |

Entar ketahuan Dery |

| Eh

| Ajakin ngobrol coba

| Asli aneh bgt jdnya

| Entar gue bantu nimbrung

| Lo buka percakapan dluan

Yee taik |

Yyy |

"Eh, diam-diam bae. Kenapa nih?" Ujar Markus membuka topik pembicaraan sambil tersenyum menatap mereka bertiga.

"Haha nggak kok, oiya mau ikut pertandingan CS nggak besok?" Ujar Dery sambil menatap ke arah Markus.

"Ikut dong pastinya. Oiya gue baru tahu, kak Jevan yang alumni sekolah Antariksa jadi staff yang ngurusin lomba band ini loh." Ujar Markus.

"Serius? Kak Jevan yang model sekolahnya dulu itu kan?" Ujar Juna sambil menatap ke arah Markus.

"Iya, kakaknya si Jevair ketua basket kita." Bukan Markus yang membalasnya, Dery membalasnya sambil tersenyum.

"Oiya Der, lo kan dekat sama kak Jevan tuh. Gimana kabarnya? Gue nggak pernah ketemu lagi sama dia, terakhir sih pas DBL tahun lalu," ujar Markus sambil menatap ke arah Dery.

"Kabarnya baik, ya cuman sekarang dia lagi sibuk aja ngurus kerjaan sama kuliahnya." Ujar Dery.

"Oh. . . Dia masih pacaran sama kak Bunga?" Ujar Markus.

"Masih, tapi LDR beda kota bor. Kak Bunga kan sekarang di IKJ," ujar Dery.

"Wah gila, ngambil apa dia Der?" Kini giliran Juna yang menatap ke arah Dery.

"Kalau nggak salah ngambil perfilm-an. Kalau nggak salah sih," ujar Dery.

"Widih, kak Bunga mah emang cocok jadi artis dianya. Inget banget gue dulu pas masuk ekskul Teater terus kak Bunga jadi Tutor gue, kaku mulu bawaannya. Mana kak Bunga bikin gue pangling!" Ujar Juna.

"Ye, Juna kalau bahas yang bening langsung cepet!" Ujar Markus sambil memukul pelan kepala Juna yang membuat Dery tertawa.

Lukas yang tak tahu menahu hanya mendengarkannya saja, maklum anak pindahan yang tak tahu apa saja.

"Oh iya Luke, lo pindahan dari Pallas ya? Yang sekolah khusus pria semua itu kan?" Kini Markus menatap ke arah Lukas yang duduk di hadapannya sedangkan Lukas mengangguk menjawabnya.

"Eh berarti lo kenal sama Raden Wijaya Kusuma kan?" Ujar Markus membuat Lukas melotot seketika.

"Eh, kenapa Raden, Mark? Gue kenal, dia teman gue waktu gue masih sekolah disana," ujar Lukas.

"Oh iya kah? Dunia sesempit ini bro. Raden itu temen SD gue hehe, oh iya salam buat Raden ya, Luke!" ujar Markus sambil menatap Lukas.

"Haha, iya entar gue salamin balik!" Ujar Lukas sambil tersenyum menghadap Markus.

"Ngomongin apaan nih?" Semua menatap ke arah Yera yang baru saja datang sambil membawa sekaleng minuman soda.

"Eh, gue ke balkon bentar ya!" Ujar Dery lalu dibalas anggukan oleh ketiga pria tersebut. Yera menatap kepergian Dery dengan tatapan yang sulit dimengerti.

Markus merasa janggal, sepertinya ada yang disembunyikan antara dua anak manusia tersebut. Apakah mereka berdua dalam suasana hati yang tidak baik?

"Eh sebentar ya gue mau nemuin Dery dulu. Lanjut aja dulu ngobrolnya!" Ujar Yera lalu melangkahkan kakinya meninggalkan mereka bertiga yang masih terduduk di sofa.

"Eh ngerasa aneh nggak?" Lukas menoleh ke arah Markus yang menatap mereka secara bergilir.

"Hah?" Lukas dibuat kebingungan sendiri akhirnya.

"Tuh Dery sama Yera, kayak pasangan yang lagi berantem," ujar Juna sambil mengambil sebungkus cemilan yang diletakkan di atas meja.

"Nah iya, gue sama Juna tuh ngerasa gitu pertamanya. Lo gimana, Luke? Ngerasa aneh nggak sama mereka berdua?" Lukas mengangguk menjawabnya, tapi sepertinya ia paham mengapa terjadi jarak diantara Yera dan Dery.

"Kira-kira kenapa ya mereka?"

**

Yera menatap punggung Dery, Dery tengah menunduk menatap indahnya kota di malam hari. Yera pun menarik napasnya secara perlahan lalu mendekati Dery.

"Dery,"

Merasa dipanggil, Dery menoleh ke belakang menatap Yera yang sekarang tengah berada di hadapannya.

"Ada apa, Yera?"

Dery terkejut saat Yera langsung menghambur ke pelukannya. Dery membiarkan Yera memeluknya dan ia pun menyambut pelukan hangat dari Yera.

"Jangan diamin aku! Aku nggak suka didiamin!" Ujar Yera masih memeluk hangat tubuh Dery. Dery melonggarkan pelukannya lalu menatap Yera.

"Kamu kenapa?" Tanya Dery sambil mengusap air mata milik Yera.

"Aku nggak suka kita diam-diaman begini!"

"Hah? Siapa yang diamin kamu sih?" Ujar Dery sambil menatap bingung ke arah Yera.

"Dari tadi nggak ajak aku ngobrol, terus tadi pas aku baru datang ngehampirin kalian berempat. Kamu langsung nyelenong pergi gitu aja, aku kira kamu marah karena kejadian tadi siang." Ujar Yera.

"Haha udah-udah, ini kah Yera yang kukenal si pemberani?" Yera memukul lengan Dery sedangkan Dery terkekeh menatap Yera.

"Tapi Dery, jangan pernah jatuh cinta sama aku!" Dery tersenyum lalu terkekeh dan merapikan rambut milik Yera.

"Cinta itu nggak bisa dipaksakan, Yera." Ujar Dery sambil tersenyum dan menepuk kepala Yera.

"Jangan pernah jatuh cinta sama aku, karena jatuh itu sakit!"