webnovel

Should Be

❝ Always needed the presence or departure of others to find out the depths of the heart. ❞ — Shita Hapsari. Yera teramat terpukul setelah kepergian mami dan adiknya. Yera tidak ingin mengkhianati janjinya sebagai saudarinya, Yera harus menepati janji adiknya! ©2020 by coureimmac

coureimmac · Teen
Not enough ratings
37 Chs

Bab 15 : Minggu di Januari

Teman sejati yang selalu manusia punya saat manusia mengalami suka dan duka yaitu Yang Kuasa. Seperti halnya Lukas, Lukas memang sangat jarang beribadah seperti umat biasanya. Jika hari minggu, ia akan molor di rumahnya bersama kedua orang tuanya. Dari keluarga Wong tersebut, yang sangat rajin ikut beribadah itu ialah anak terkecil mereka ; Yedra.

Lukas juga merupakan penganut baru di agamanya. Dulu ia mengikuti kepercayaan yang diikuti oleh mamanya, Buddha. Tetapi ketika dua tahun yang lalu, ia mengikuti kepercayaan yang dianut oleh ayah dan adiknya ; Kristen Protestan.

Tetapi entah ada angin apa yang datang menganggu Lukas, Lukas tiba-tiba ikut dengan Yedra ketika Yedra mengajaknya ke gereja untuk beribadah bersamanya. Yedra yang pertama ingin menghampiri Lukas di kamarnya, dikejutkan dengan penampilan Lukas yang telah rapi dengan pakaian formal dan memegang sebuah tas kecil yang berisi kitab suci didalamnya.

Yedra selonjak kaget, mungkin malaikat sedang memasuki jiwanya. Iblisnya tengah istirahat karena telah bekerja sepanjang harian penuh, maka dari itu Lukas tiba-tiba mau saja diajak pergi ke gereja.

Seperti minggu pagi ini, Lukas dan Yedra sudah berangkat menuju gereja Protestan yang terdekat dari rumahnya. Lukas dan Yedra yang baru terbilang baru di sini langsung masuk ke dalam gerejanya dan duduk di kursinya. Lukas dan Yedra hanya tersenyum saat umat-umat lain tersenyum kepadanya, tak luput sapaan kepada mereka karena mereka baru terlihat di gereja ini.

"Orang baru ya, kak?" Tanya seorang gadis yang sepertinya akan melakukan pelayanan pada pagi hari ini.

"Iya, kak. Baru pindah minggu kemarin," balas Lukas disambut dengan senyuman rianya.

"Oh, selamat bergabung kak. Kalau mau ikut pelayanan bisa daftar sama kakak yang itu nanti kalau selesai ibadah." Ujar gadis tersebut sambil menunjuk seorang wanita dewasa yang sedang mengobrol dengan beberapa umat lainnya.

Lukas dan Yedra mengangguk, setelah itu gadis tersebut meninggalkan mereka. Tak lama kemudian, ibadah mereka dimulai dengan nyanyian dan semangat pembuka.

**

Bukannya langsung pulang ke rumah, Lukas dan Yedra pergi mencari jajanan pasar di salah satu pasar yang masih buka di siang hari. Pasar tersebut tak jauh dari gereja mereka hingga tak perlu membawa kendaraan mereka, cukup berjalan kaki saja ke pasar tersebut.

Lukas dan Yedra disuguhkan oleh beberapa jajan pasar yang sering mereka makan. Salah satunya kue cucur yang sering mama mereka bawakan ketika mamanya pergi ke pasar tradisional. Lukas dan Yedra pergi membelinya dan segera balik ke area parkir gereja mereka.

"Loh? Lukas ya?" Celetuk seseorang dari arah belakang sambil menepuk pundak Lukas. Lukas dan Yedra segera berbalik menatap tersangka yang memanggil Lukas.

"Markus ya? Hai Markus!" Ujar Lukas sambil menyapa Markus dengan lambaian tangan.

"Gereja di sini juga?" Tanya Markus sambil menatap sekilas ke gereja tadi dibalas anggukan kepala dari Lukas.

"Your bro?" Tanya Markus sambil menunjuk Yedra yang menatap kedua insan tersebut sambil memegang sebungkus kue cucur yang mereka beli.

"Iya, adik gue."

"Eh gue tinggal dulu ya, takut udah mulai ibadahnya. See you soon, Lukas." Ucap Markus sambil melambaikan tangannya kepada Lukas dan Yedra pergi meninggalkan mereka dan masuk ke dalam gereja.

Setelah punggung Markus masuk ke gereja tersebut, mereka segera menunggangi kendaraan mereka dan balik ke rumah mereka.

**

Di minggu pagi yang harusnya ia bermalas-malasan malah disuguhi dengan teriakan di telinganya. Juna yang kaget ketika Luna sang kakak teriak di telinganya dengan jarak yang terlalu dekat.

"ARJUNA MAHAWIRA GARDAPATI!!"

"Astaghfirullah kak!" Ujar Juna sambil mengucek matanya dan mengacak rambutnya.

"Ayok kita pergi jalan ke mall!! Kakak traktir nih kali ini!!" Ujar Luna sambil menatap bahagia ke arah adiknya yang masih mengantuk tersebut, tatapannya pun seolah ia tak bersalah kepada Juna.

"Masih ngantuk, hoam. Nanti aja kak, siangan dikit aja gin." Ujar Juna bersiap-siap ingin melanjutkan tidurnya yang diganggu oleh kakaknya tersebut.

"Enggak enggak!! Bangunn! Ih ayuk, entar kakak belanjain kamu sepuasnya." Ujar Luna sambil menarik adiknya tersebut dengan tampang tak bersalah. Juna sudah memasang ekspresi kesalnya sambil memasang tatapan tak bersahabat kepada kakak perempuannya tersebut.

"Ganggu ah kak, mending sana jalan sama teman kakak gitu!" Ujar Juna berusaha kembali pada niatnya untuk melanjutkan tidur.

"Kamu nggak bangun, kakak bakar semua action figure punyamu!"

Seketika mendengar kata yang terdengar tidak asing di telinganya, ia bergegas membuka matanya dan memasang tatapan tajam dan dingin kepada kakaknya tersebut.

**

Saat ini Juna sudah berada di salah satu distro di pusat perbelanjaan tersebut. Juna ingin membeli kemeja baru, untung saja kali ini ia ditraktir oleh kakaknya karena kakaknya baru saja mendapat gaji dari atasannya.

Juna sudah bolak-balik mencari baju yang pantas ia kenakan, sedangkan kakaknya sedang duduk menunggu Juna memilah-milah baju yang ingin ia beli sambil memainkan ponsel canggihnya.

Sekarang pandangan Juna jatuh kepada sebuah kemeja berwarna abu-abu gelap dengan corak indah yang tergambar di kemeja tersebut. Juna langsung menghampiri kemeja tersebut yang berada jauh sebelas langkah darinya.

"Eh? Maaf, mas." Ujar Juna saat ingin menarik kemeja tersebut tetapi tiba-tiba sebuah tangan lebih dahulu menarik kemeja tersebut.

"Oh masnya mau ambil kemeja ini, nggak papa mas ambil aja." Ujar pria tersebut sambil menunjuk kemeja tersebut dengan keempat jarinya. Juna hanya tersenyum sambil menggelengkan kepalanya.

"Nggak usah mas, masnya aja." Ujar Juna sambil tersenyum dan menatap ke arah pria yang ada di hadapannya.

"Oke mas, makasih ya. Saya duluan ya," ujar pria berpamitan pergi dari hadapannya setelah itu meninggalkan dirinya yang tersenyum ke arahnya.

Juna kembali mencari kemeja yang menurutnya menarik perhatian, hingga ia menatap kemeja berwarna hitam dengan corak tak kalah indah dari kemeja sebelumnya. Segera ia mengambilnya dan bergegas menuju ke kasir dan membayarnya.

"Kak, ayuk! Aku udah selesai nih!" Ujar Juna sambil menatap kakaknya yang asyik menggulirkan layar ponselnya.

"Eh, udah? Ayuk dah!" Ujar Luna sambil bangkit berdiri dan memegang tas belanjaannya dengan Juna yang berdiri di sampingnya.

"Oiya Juna, gue ada dapat info kalau salah satu agensi ternama sama Purwakarta kerjasama mau bikin band gitu. Ada perlombaannya, itu bisa aja sih perwakilan sekolah atau mandiri. Lo nggak mau ikut?" Tanya Luna sambil menatap ke arah adiknya yang berjalan di sampingnya. Juna membalasnya dengan menggelengkan kepalanya.

"Kan aku udah kelas dua belas, mana boleh juga aku ikut lomba-lomba gitu. Kalau misalnya aku ikut yang mandiri, emang siapa yang mau join band bareng aku?"

"Ya ajakin teman-temanmu lah, mumpung kalau juara satu tuh dapat sertifikat terus dapat uang terus dijadikan band resmi, kan enak. Ajakin Markus, Hansel, Tendra, sama geng-gengmu itu." Ujar Luna sambil mengambil ponselnya dan menunjukkan poster yang berada di layar ponsel Luna.

"Nanti aja kak, paling nggak dibolehkan sama sekolah. Apalagi kita dua minggu ke depan mau try out,"