webnovel

Terungkap

Hinata dan Toneri benar-benar bertemu kembali. Takdir atau memang kesengajaan tidak ada yang tahu. Wajah Toneri sangat berseri-seri ketika ia melihat Hinata turun dari trem stasiun, lalu ia menghampiri Hinata yang berjalan ke arahnya.

" Shitakaalin Mahila, hey!" seru Toneri.

"Kita bertemu lagi, atau memang Anda yang menungguku?" Ia berhenti tepat di depan Toneri.

"Jika kamu percaya takdir, maka itulah yang terjadi."

Hinata terkekeh untuk alasan yang tidak Toneri ketahui.

Sejenak Toneri menatap wajah Hinata, lalu mengulurkan tangan kanannya kemudian menggenggam tangan Hinata.

"Ayo kita pergi makan!"

"Beri aku satu alasan mengapa aku harus percaya untuk ikut ajakan Anda,"

"Kamu pasti lapar, bukan?"

"Yang lapar itu sebenarnya Anda, 'kan?"

Sekarang malah Toneri yang tertawa karena kilatan kejailan yang terpancar dari kedua netra milik Hinata.

Mereka terus berjalan menjauhi stasiun. Toneri masih tak melepaskan genggaman tangannya pada Hinata. Sementara gadis musim dinginitu juga tak keberatan.

"Aku selalu memerhatikanmu," buka Toneri.

Langkah mereka secara serentak berhenti.

"Aku tahu. Karena hal itu aku juga mau saja Anda ajak, Ootsutsuki- san,"

"Tak kusangka," katanya mendengus geli.

"Anda pikir apa? Aku mau begitu saja Anda ajak sesuka hati?" Hinata berkacak pinggang.

Toneri mengernyit. Nanti dulu, apa itu artinya Hinata juga tahu kalau dirinya yang menjadi pengagum rahasia Hinata dan menuliskan puluhan larik di kertas beraroma mawar dan secara rahasia ia selipkan dalam saku almamater sang gadis. Apa Hinata tahu itu?

"Masih tidak mau mengakui, Ouji?" sambung Hinata lagi.

Ah sudah jelas, Hinata tahu jati dirinya. Di balik penampilan lugu dan imut sang gadis tersimpan sebuah rahasia ternyata. Dan rahasia itu adalah kemampuannya mengungkap rahasia.

"Sejak kapan?"

"Sejak panggilan pertama Anda padaku. Shitakaalin Mahila kata Anda."

Wajah tenang yang dingin milik Toneri tampak tertarik. Seingatnya, dalam surat ia tak pernah menyapa Hinata dengan panggilan Shitakaalin Mahila. Toneri kerap memanggilnya, My Lady Winterdalam surat.

" Shitakaalin Mahila ... Lady Winter, aku tahu dari puisi akrostik yang Anda kirimkan untukku," sambung Hinata.

Toneri terperangah, ia menyunggingkan senyum hangat setelahnya.

"Kemudian aku semakin yakin ketika Anda memperkenalkan diri Anda. Ingat tidak? Anda pernah menulis bahwa nama Anda adalah nama yang sama dengan nama seorang pangeran kerajaan yang hidup pada Zaman Nara dan menjabat sebagai pengarang untuk Nihon Shoki."

"Toneri!" ucap mereka bersamaan.