webnovel

Bab 8 [Sandi]

____________________

"Ada yang ingin kami tanyakan."

Selanjutnya, Doyoung dan Taeyong mulai mengajukan beberapa pertanyaan kecil. Tentu saja dijawab dengan baik dan seadanya oleh dua lelaki remaja tersebut. Pertanyaan lalu berlanjut pada jenis sandi-sandi, sambil memperlihatkan foto pesan rahasia kiriman Renjun dari gawai milik Doyoung.

'(79MN((MB 36ABMA((5'

"Bukankah itu sandi angka?" tanya Jisung sedikit berbisik kepada Jaemin. Namun, masih bisa terdengar oleh Doyoung dan Taeyong.

"Sandi angka?"

Jaemin menyerahkan kembali gawai di tangannya dan mulai menjelaskan tentang berbagai macam jenis sandi yang biasa orang gunakan untuk menyamarkan sebuah pesan rahasia. Bagi Doyoung, itu keahlian Renjun yang mampu memecahkan berbagai macam jenis sandi rahasia dunia perdetektifan.

"Apa itu dari Renjun?"

Pertanyaan dari Taeyong dibalas anggukan oleh Doyoung. Kemudian menjelaskan jika Renjun mengirimnya pada malam di mana lelaki itu meregang nyawa.

Mereka beralih topik membahas berbagai macam jenis sandi. Jaemin bahkan menawarkan diri membantu Doyoung memecahkan pesan rahasia tersebut.

Sejurus kemudian, sebuah notifikasi masuk dan itu pesan dari Jungwoo.

[Ada saksi yang melihat Renjun di Incheon pada malam itu.]

Doyoung sesegera mungkin pergi menemui Jungwoo menggunakan taksi dan membiarkan Taeyong mengemudikan mobil setelah menyelesaikan tanya jawab dengan Jaemin dan Jisung.

Bersama dengan Jungwoo, keduanya pergi ke Incheon. Menemui seorang pria lansia yang tinggal di dekat pelabuhan. Berharap bisa menemukan titik terang tentang siapa pelaku yang membunuh Renjun. Akan tetapi, berujung mengecewakan. Sebab, pria lansia tersebut sedikit pelupa. Terlebih, penglihatan rabun, juga pencahayaan yang minim pada malam itu merupakan kendala utama si pria lansia.

"Saya tidak sengaja lewat dan melihatnya masuk area pelabuhan. Ada seseorang yang mengikutinya dari belakang, tapi saya tidak bisa melihatnya dengan jelas."

Pengakuan pria lansia tersebut berhasil menyulutkan emosi seorang Kim Doyoung. Bukankah berarti pelaku sengaja membawa Renjun ke tempat tersebut? Alasannya sudah pasti karena merasa terancam akan keberadaan Renjun yang mungkin telah mengetahui sesuatu.

Doyoung begitu kesal sampai melampiaskan amarahnya pada kendaraan besi milik Jungwoo. Memukul dan menendang. Berusaha mengeluarkan semua amarah yang seharusnya ia luapkan di hadapan pelaku.

Malam harinya, Jeno mengunjungi Hana di rumah sakit. Ia hanya berdiri di luar ruangan, mengintip melalui sela-sela pintu yang terbuka. Untuk memastikan tidak ada orang lain di dalam sana kecuali pasien. Terutama para detektif tempat kakaknya bekerja.

Suara mesin EKG menyambut ketika Jeno melangkah masuk. Berjalan perlahan menghampiri Hana dan mengambil posisi berdiri tepat di sisi kiri ranjang, tempat di mana gadis yang sangat ia benci itu berbaring lemah tak sadarkan diri.

Siapa sangka, awal mula hanya ingin menjenguk, tetapi berujung melakukan aksi nekat. Entah iblis mana yang merasuki Jeno, sehingga tega untuk menggapai alat bantu pernapasan yang menutupi hidung dan mulut gadis itu.

Baginya, tidak masalah jika Hana juga mati. Menghilangkan pengganggu lain merupakan ide bagus. Para perundung pantas mendapatkan ganjaran setimpal atas tindakannya. Begitu yang Jeno pikirkan saat ini. Tanpa peduli bagaimana penyesalan kemungkinan datang menghampiri, tatkala harus berurusan dengan pihak berwajib untuk mempertanggung jawabkan perbuatannya.

Sangat mudah melenyapkan nyawa Hana saat ini. Sebuah kesempatan besar tak akan datang dua kali. Akan tetapi, entah kenapa tangan lelaki muda itu terasa sangat kaku untuk sekedar menanggalkan alat tersebut. Ia menghela dan membuang napas beberapa kali, sebelum akhirnya memberanikan diri untuk segera mengakhirinya. Akan tetapi, aksi Jeno tertunda ketika seseorang dari arah belakang tiba-tiba menahan pergerakannya.

Sebuah akhir bagi Jeno. Sialnya, dia ketahuan.