webnovel

Bab 14 [Mr.X (bagian 2)]

____________________

Pembunuhan wanita pada salah satu apartemen di wilayah Yangjaedaero, Gandong-gu, membuat kasus yang melibatkan Park Yeong Shik kembali dibuka.

Barangkali, tersangka sengaja menjadikan pria itu sebagai alibi untuk meloloskan diri. Setelah melihat peluang ketika mengetahui Yeong Shik bertemu dengan Shin Ji Hyun sebelum wanita itu ditemukan tewas.

Mau tak mau, Doyoung harus melibatkan diri pada kasus tersebut, tentu saja atas permintaan adik Yeong Shik. Ia dan Taeyong mulai menyelidiki penyebab kematian korban kedua. Lee Nari. Wanita berusia sekitar 22 tahun yang dikenal pendiam oleh tetangga apartemennya.

"Sepertinya X adalah pembunuh yang andal. Dia sengaja meninggalkan tanda untuk bermain petak umpet dengan penyidik," kata Doyoung.

Pada ruangan detektif berukuran besar dengan banyak meja itu, hanya ada dirinya dan Taeyong. Keduanya mendiskusikan kasus aneh yang sedang mereka tangani.

"Bukankah ini menarik? Kasus serupa, tetapi dengan pelaku berbeda. Kasus ini lebih rumit dari yang aku bayangkan." Taeyong sama bingungnya.

Dalam posisi duduk membelakangi Taeyong, Doyoung mulai menyandarkan punggung pada sandaran kursi yang dapat bergerak dan berputar itu pada meja detektif lain di belakang Taeyong. Ia terpejam sambil memijat pelipis, pertanda sedang berpikir keras.

Pengakuan saksi mata yang melihat pelaku merupakan penyebab kebingungan besar mereka. Pada kematian korban pertama, saksi yang merupakan tetangga korban tidak sengaja melihat dua bayangan pria tinggi sedang berdiri di dekat jendela dalam kondisi lampu ruangan masih menyala. Ketika saksi berada di tempat parkir apartemen.

Sementara pengakuan saksi mata pada kasus korban kedua mengaku melihat dua pria, tetapi dengan tinggi badan yang berbeda. Pria satunya bertubuh pendek dan agak gemuk.

Bahkan sidik jari yang ditemukan pada dua TKP sangat berbeda. Dari pengakuan itulah, Doyoung berspekulasi jika pelaku kedua kasus tersebut ialah orang berbeda. Lantas, kenapa tanda yang ditinggalkan para pelaku itu sama? Masih menjadi misteri.

"Haruskan kita temui Park Yeong Shik?" usul Taeyong.

Doyoung membuka mata. "Kau temui adiknya, aku akan menemui Yeong Shik," katanya kemudian beranjak dari kursi.

"Baiklah."

Keduanya keluar bersama, tetapi berpisah saat Taeyeong menaiki taksi untuk bergegas menemui Yeong Ji, adik Park Yeong Shik.

• • •

LAPAS ILSANDONG

Jungang-ro, Ilsandong-gu, Gyeonggi-do.

Disinilah Doyoung saat ini, duduk berhadapan dengan pria berseragam tahanan yang dicurigai menjadi tersangka pembunuhan.

Mata sayu serta kondisi berantakan. Sudah seperti orang pesakitan yang telah menyerah pada hidup. Kumis dan janggut tipis turut serta menemani wajah yang semula mulus saat hari penangkapan.

"Adikmu mendatangiku," kata Doyoung, memecah keheningan di antara mereka.

Yeong Shik yang sedari tadi hanya bisa menunduk pun akhirnya berani menatap mata sang detektif.

"Yeong Ji? Waeyo?" (Kenapa?)

"Dia memohon agar aku mau membantunya. Dia terus berkata bahwa kau tidak bersalah. Jika benar demikian, kenapa kau mengakui semua tuduhan?"

Yeong Shik diam, ia kembali menunduk. Seolah enggan untuk menjawab pertanyaan tersebut.

"Yeong Shik-sshi?" Doyoung berusaha menyadarkan pria itu dari lamunan agar bisa menjawab pertanyaannya.

"Aku sudah mengatakan semua kebenaran, tetapi tidak ada yang percaya."

"Lalu, bagaimana bisa buku tabungan Nona Shin ada padamu?"

Yeong Shik mengangkat wajah. Akhirnya, setelah beberapa penyidik melakukan interogasi, ada yang menanyakan benda itu. Buku sebagai bukti tuduhan pencurian oleh polisi.

Ia kembali teringat pertemuan terakhir dengan Ji Hyun malam sebelum tewasnya wanita itu dan mulai menceritakannya kepada Doyoung.

Shin Ji Hyun. Wanita berparas cantik dengan setelah jeans serta kemeja berlapis mantel hangat berwarna krem, juga rambut panjang yang sengaja ditata sedikit bergelombang itu duduk di salah satu kursi kosong di sebuah restoran kecil pinggir jalan. Berhadapan dengan Yeong Shik yang hanya masih memakai pakaian kerja; celana panjang dan kemeja putih berlapis balzer hitam.

Dari dalam tas selempang kecil, wanita itu mengeluarkan sebuah buku tabungan, lalu menyerahkannya kepada Yeong Shik kala itu.

Yeong Shik tampak bingung. Ia menghujam wanita dihadapannya dengan sorot mata penuh tanda tanya. Tidak mengerti kenapa wanita yang pernah pengisi hatinya itu menyerahkan benda berharga tersebut.

"Aku ingin kau menyimpannya untukku," ucap Ji Hyun.

"Kenapa? Apa suamimu berulah lagi?"

Ji Hyun menggeleng cepat, "Tidak, bukan begitu. Kau simpan saja, hanya untuk berjaga-jaga. Dia tidak tahu tentang buku tabungan itu."

Yeong Shik menyinggungkan senyum setelah mengakhiri cerita. Ada rasa penyesalan tergambar jelas pada wajah tirus pria itu.

"Aku tidak tahu bahwa malam itu merupakan malam terakhir kali aku bertemu dengannya. Jika saja aku tahu, aku tidak akan membiarkan dia pulang ke rumah saat itu."

Penyesalan tinggallah penyesalan. Ia juga bukan penyihir seperti pada film-film fantasi yang dapat memutar waktu seenaknya. Hanya bisa merutuki diri sendiri karena merasa tidak berguna.

"Do Si Jin mengatakan bahwa kau mantan pacar Nona Shin, apa–"

"Aniyo!" (Tidak) sangkal Yeong Shik secara lantang. "Kami bahkan tidak pernah berkencan sama sekali."

Pengakuan Yeong Shik sangat bertolakbelakang dengan ucapan Do Si Jin mengenai hubungan keduanya kala itu. Siapa yang benar? Siapa yang salah? Melihat raut wajah pria bermarga Park tersebut setelah berucap, Doyoung menjadi yakin jika apa yang dikatakan Yeong Shik adalah benar. Berbeda ketika suami korban bersaksi dalam kondisi gugup dan cemas.

Sementara itu, di wilayah Apgujeong-ro, Gangnam-gu, Taeyong sudah berada di apartemen kecil milik Yeong Shik. Ia menjelajahi setiap sudut ruang tengah. Tertarik dengan foto-foto masa kecil pemilik rumah yang di pajang berjejeran rapi di setiap sudutnya.

Dekorasi tidak mewah. Pada ruangan bercat putih tersebut, hanya ada televisi di atas lemari kecil, berhadapan dengan satu sofa panjang dan meja berbahan kayu bentuk persegi. Pada sisi kiri, terdapat beranda berpagar besi dibalik jendela kaca yang dilapisi gorden tipis.

Taeyong menjadi tertarik pada satu foto berbingkai kecil berwarna krem yang diletakkan di sisi kanan televisi. Di sana ada Yeong Shik berfoto dengan wanita paruh baya yang diduga ibunya, bersama sang adik dan juga Ji Hyun. Seperti sedang berlibur di suatu tempat.

Tak lama kemudian, Yeong Ji kembali dari dapur membawa secangkir teh dan sedikit makanan kecil.

Taeyong kembali duduk setelah melihat Yeong Ji meletakkan nampan di atas meja.

"Apa Nona Shin dan kakakmu pernah berkencan?"

Dijawab gelengan kepala oleh Yeong Ji. "Mereka hanya bersahabat."

Ia mendengkus menahan tawa setelah mendengar jawaban Yeong Ji. "Bukankah tidak ada persahabatan bagi pria dan wanita? Jika pun ada, salah satunya pasti memiliki perasaan."

Yeong Ji hanya tersenyum sebagai balasan. Lalu mempersilakan pria itu menikmati makanan di hadapannya. Ia tidak begitu mengetahui kehidupan pribadi kakaknya. Siapa yang dia suka pun ia tak tahu.

Taeyong menggapai cangkir berisikan minuman hangat yang telah disuguhkan untuknya, sedikit menyeruput dan meletakkan kembali di atas piring kecil berbentuk bundar di atas meja. Lalu melanjutkan sesi tanya jawab.

• • •

Sepulang dari tempat tujuan masing-masing, kedua detektif itu melakukan janji temu untuk memeriksa ulang rekaman CCTV pada gedung apartemen tempat kejadian perkara kasus kematian kedua korban.

Semua keterangan saksi tentang dua orang misterius yang mereka lihat memang benar adanya. Begitu juga suami korban pertama dan kekasih korban kedua.

Dalam rekaman kasus kematian Shin Ji Hyun, dua pria misterius itu mengikuti Do Si Jin yang dalam keadaan mabuk berat, memasuki lift menuju lantai atas. Bahkan hingga sampai ke kamar apartemen korban. Sementara dalam rekaman kasus kematian Lee Nari, dua pria dengan gertur tubuh berbeda masuk ke kamar apartemen setelah Yoo Seung Chul—kekasih korban—keluar dari sana.

Masing-masing dua pelaku tidak dapat dikenali, masker dan topi hitam merupakan alasannya. Namun, ada yang menarik dari pelaku pembunuh Lee Nari. Salah satu dari mereka, lebih tepatnya pria pendek agak gemuk, berjalan pincang.

Doyoung menaruh curiga kepada seseorang. Segera saja ia mengajak Taeyong menuju ke sebuah tempat pembangunan gedung tak jauh dari apartemen korban pertama. Tanpa meninggalkan mobil, keduanya memperhatikan pria yang bertugas sebagai pengawas pekerja di sana.

Do Si Jin. Pria pendek bertubuh gemuk dengan pakaian kemeja kotak-kotak berlapis rompi orange dan pelindung kepala warna selaras dengan rompi itu sedari tadi mondar-mandir memperhatikan kinerja timnya. Yang lebih mencurigakan ialah pria itu berjalan pincang.

.

.