webnovel

She's Mine!

Setelah perang besar yang terjadi, vampire berhasil menguasai dunia. Menaklukkan dunia dan memperbudak manusia, sesuka hatinya. Dan kini, keadaan mulai berbalik, dimana awalnya vampire yang hampir tidak pernah ditemui sekarang mudah ditemukan dan manusia yang awalnya menguasai dunia, kini berbalik sebagai makhluk hidup yang hampir sulit untuk ditemui. Akankah sang mangsa yang sekarang, berhasil kembali pada peringkat predator sebelumnya? Ataukah para predator yang akan terus menetap di peringkat teratas?

MinTea · Fantasy
Not enough ratings
5 Chs

04: Kawan atau Lawan? pt.2

"Baiklah, tunjukan pada kami jika memang kamu melihatnya, barang kali itu jalan keluar", Mecha mempersilahkan Jimmy untuk memimpin jalan mereka. Jimmy hanya membalasnya dengan anggukan singkat dan memimpin jalannya. Berlari semakin menjauh, membawa teman temannya dari dua vampire yang masih mengejar mereka di belakang.

*****

Fajar menyingsing warna nya yang lembut. Menyinari pelataran tanah bumi dengan senyumannya yang hangat. Awan putih samar, terlukiskan disamping sang mentari yang malu malu memperlihatkan dirinya dihadapan makhluk hidup yang merindukan kehadirannya.

Walau secara perlahan, namun sinarnya dapat dirasakan dengan sangat. Bahkan dari tempat yang gelap seperti hutan yang sepertinya mustahil untuk di sibak oleh sinarnya pun, masih terasa bagaimana hangatnya sinar mentari yang terpancar.

"Kita hampir sampai! Hah... Hah..."

Embun menyapa setiap deru nafas yang terhembus dari hidung dan mulut. Tak ada kata berhenti dari pelarian mereka berenam, karena ujung jalan hampir terlihat yang dimana harapan untuk keluar dari hutan yang lebat ini semakin terlihat. Pepohonan yang mulai renggang disamping mereka menguatkan harapan itu jika mereka dapat keluar.

"Sedikit lagi!"

Mereka menambah kecepatan dalam berlari hingga ujung jalan yang mereka lalui pun berhasil di capai. Sebuah ujung jalan yang terputus dengan sebuah jurang dalam di bawahnya dengan aliran sungai yang deras. Mereka kira, itu adalah jalan keluar atau menuju ke tempat yang aman untuk digunakan bersembunyi. Namun nyatanya, mereka hanya disuguhi oleh jurang dalam yang dibawahnya air bergerak dengan kuat dan deras.

"A-apa apaan ini?! Kita berlari semalaman dan hanya jurang yang kita temui?!", Clara kesal setengah mati. Bagaimana tidak, seluruh tenaganya harus habis hanya demi jalan yang salah yang diambil oleh Jimmy. "Hei Jimmy! Jelaskan ini, sekarang!"

"Aha... Ahahaha"

Suara tawa dari depan, membuat Clara dan yang lainnya di belakang keheranan dengan sikap Jimmy. Perlahan, kabut hitam menyelimuti tubuhnya sampai diatas kepala sebelum menghilang yang menampilkan sesosok laki laki yang berbeda didepan mereka. Mereka yang berada di belakang membelalakkan mata terkejut. Keterkejutan mereka juga tidak berakhir dengan cepat, karena dibelakang mereka segerombolan vampire menghadang jalan.

"Maaf, mangsa mangsa ku...", Sosok laki laki itu menyeringai puas. Melihat manusia yang tak berdaya di depannya, membuat tawa kecil nya yang menyeramkan terdengar. "... Karena kalian sudah sangat percaya padaku, bukankah begitu, Gill?"

"Kau benar James, sepertinya mereka terlalu menaruh kepercayaan padamu"

Mecha dan yang lainnya, menoleh ke arah Yuna. Gadis itu menunduk dalam namun senyumannya yang menyeramkan dapat terlihat dengan jelas. Karena terkejut, Mecha melepaskan gandengan tangannya dari Yuna dan menjaga jarak dari gadis itu.

"Ahaha... Kenapa begitu takut? Aku hanya ingin bermain main sebentar dengan kalian"

Kabut hitam menyelimuti tubuh Yuna, sebelum gadis itu kembali dengan penampilannya yang baru. Tiara abu abu menghiasi kepalanya dengan gaun selutut yang dikenakannya. Rambutnya tergerai dengan warna ungu gelap dan jangan lupakan mata merahnya yang terang. "Apa tidak boleh, aku bermain dengan kalian?"

"Te-tentu saja tidak!", Mecha menarik pisau kecil yang terselip pada jaketnya. Menodongkannya kepada Yuna yang hanya bersikap tenang dengan senyumnya yang masih terlukiskan. "Kami tidak sudi bermain denganmu!"

"Benarkah?"

Tiba tiba, Yuna sudah berada di belakang Mecha. Memegang pundak Mecha dan berbisik pelan pada telinganya. Gadis berambut peach blossom itu tersentak kaget dan secara refleks, menghunuskan pisau nya ke belakang, dimana Yuna berada. Namun, pergerakannya langsung di hentikan oleh salah seorang vampire di belakangnya yang dengan sigap, mengunci pergerakan gadis itu. Menahan kedua tangannya di belakang badan.

"Ow, ow, ow... Apakah kamu baik baik saja?", Yuna menjambak rambut panjang milik Mecha, menyuruh gadis itu untuk menatap wajahnya yang pucat, dengan paksa. "Jika dilihat lihat, kau manis juga. Hei, kakak! Bagaimana jika gadis ini ku jadikan koleksi ku? Sayang jika langsung di buang"

"Lakukan apa yang kamu mau, Gill dan kamu selalu tahu jika semua yang kamu lakukan, akan selalu ada dukungan dari ku"

"Kau memang kakak yang baik, bagaimana dengan mereka?", Yuna menolehkan kepalanya ke arah dimana tiga orang gadis lain yang tengah ketakutan. "Aku tidak melihat ada yang memiliki wajah yang manis sama sekali, apa perlu di buang saja?"

"Sayang jika harus di buang, kita bisa jadikan mereka ternak atau budak. Terutama kau", Jimmy menarik tangan Karina kasar. Membuat gadis itu kaget dan mencoba meronta dari genggaman tangan Jimmy yang kuat. "Sayang sekali jika ia dibuang. Jarang bukan seorang Tuan Muda memiliki pet seorang gadis yang manis?"

"Le-lepaskan aku!", Karina menginjak kaki Jimmy. Membuat laki laki itu kesakitan dan genggaman tangannya terlepas. Kaki nya berniat untuk kabur, namun dua orang vampire telah mengadang jalannya. Menahan tangan Karina agar tidak lari dan membalikkan badan gadis itu menghadap Jimmy.

Plak!

"Sepertinya, kau perlu di ajari sedikit tata Krama"

Sebuah tamparan mendarat di pipinya dengan keras. Menyisakan bekasnya yang terlihat begitu merah. Karina hanya bisa tertegun dengan menahan air mata nya yang akan mengalir. Menahan sakit yang amat pada pipi kirinya yang tercetak jelas bekas tamparan Jimmy.

"Hei, jangan kasar dengan seorang gadis!"

Clara melangkah mendekati Karina yang tertegun, namun langkahnya harus terhenti karena ia langsung di tahan oleh seorang vampire yang mencengkram kuat kedua tangannya di belakang tubuhnya. "Hei, lepaskan aku!", Gadis itu mencoba meronta untuk melepaskan diri, namun tidak membuahkan hasil. Karena tingkat kekuatan yang dimilikinya dengan vampire yang mencengkram tangannya sangat jauh.

"Lebih baik kita kembali, tidak baik juga bukan tamu istimewa kita ini menunggu?", Seringai muncul kembali pada wajah Jimmy.

Para vampire itu menuruti apa yang di katakan oleh Jimmy. Dengan sekejap mata, mereka menghilang seperti angin menuju tempat tinggal mereka yang berada di pusat kota. Dimana pusat pemerintahan berjalan disana dengan beberapa kepala keluarga vampire terhormat yang bisa menjalankan roda pemerintahan yang baru.

Dan tanpa di ketahui oleh mereka, seseorang dengan jubah hitamnya melihat semua yang terjadi, mendengar percakapan yang terjadi diantara para vampire dan keempat manusia bernasib malang beberapa waktu yang lalu. Mendecih kecil, sangat tidak menyukai hak yang dimiliki oleh vampire yang menguasai dunia ini.

"Keluarga Crystallis..."

"... Tuan Muda kalian, akan benar benar menawan malam ini"

Seseorang itu menghilang di balik rimbunnya pepohonan. Tujuannya satu, memberitahukan informasi yang sangat penting kepada seseorang yang dipanggil teman teman dan juga dirinya Master.

*****

"Mecha! Karina! Dimana kalian?!"

"Clara! Kylla! Jika kalian mendengar ku, jangan di ghosting!!!"

Sudah hampir menjelang tengah hari, suasana semakin panas dan ketiga laki laki itu tidak menemui adanya tanda tanda para gadis gadis yang mereka cari. Berharap teriakan mereka akan di sahut dengan teriakan lain atau sinyal yang bisa membuat mereka tahu dimana lokasi mereka, namun sampai siang yang panas ini pun tak ada tanda tanda para gadis itu membalas teriakan mereka bertiga.

"Apa mereka sudah keluar dari hutan ini?", Austin mengira ngira. Bibirnya kering dan pecah pecah, bahkan suara nya sudah serak karena terus berteriak berharap bisa menemukan teman temannya.

"Jika mereka sudah keluar dari hutan, Mecha akan langsung mengirim sinyal pada kita", Blue menunjuk ke arah langit, memberikan penjelasan pada kedua rekannya. "Dan sedari tadi, aku tidak melihat adanya tanda tanda sinyal itu dikirimkan", Blue menambahkan kalimatnya.

"Tidak mungkin kan mereka tertangkap, tapi... Mengingat Jimmy dan Yuna adalah orang yang baru kamu temui di jalan, kemungkinan mereka tertangkap sangat besar"

"Berharap saja, pengantin wanitamu tidak tertangkap oleh mereka, Henry", Blue menyibak semak semak yang matanya langsung disambut oleh sungai dengan aliran deras yang kuat. Bebatuan licin tersebar di tepian sungai, menjadi tempat untuk duduk santai sembari meminum air segar yang akan membasahi tenggorokan mereka.

"Pe-pengantin wanitaku? A-apa maksudmu, Blue?", Henry gelagapan dengan wajahnya yang memerah. Ia tidak begitu mengerti dengan ucapan yang di lontarkan oleh laki laki bermata biru tenang itu.

"Oh, ayolah! Siapa yang tidak akan tahu, jika Henry si pelindung punggung ku itu menyukai Dewi penyembuhan yang kita miliki, Mecha. Benar bukan?", Blue tertawa kecil. Di keluarkannya tiga botol minum dari balik tas kecil yang diberikan oleh Mecha kepadanya. Mengisi semua botol itu dengan air sungai sampai penuh, sebelum mengasah pedangnya agar sedikit lebih tajam.

"Oh, apa benar Henry menyukai Mecha?", Austin ikut dalam pembicaraan kedua rekannya. Sedikit menggoda Henry agar laki laki itu mengakui jika ia menyukai salah satu rekannya, Mecha.

"Heh! Anak kecil di larang ikut campur urusan orang dewasa!"

"Hah?! Kamu bilang aku anak kecil?! Hei, aku sudah remaja! Umur ku sudah 17 tahun!"

"Oh benarkah? Lalu kenapa kamu terlihat cebol, hm?"

"Aku tidak cebol! Kamu saja yang terlalu tinggi!"

"Cebol tetap cebol, jangan mengelak!"

Blue hanya bisa terdiam dengan wajah datar miliknya. Sangat memaklumi teman masa kecil nya itu, beradu mulut dengan sesama jenisnya adalah keahlian lain dari nya selain bermain pedang dan melindungi punggungnya. Walaupun itu terdengar berisik bagi nya, namun di sisi lain bisa menghiburnya walau hanya sedikit.

"Hei, jangan kasar dengan seorang gadis!"

Telinga miliknya menangkap sebuah suara. Suara yang tidak begitu asing dan berasal dari atas. Dimana sebuah tebing menyapa penglihatannya. Blue tidak terlalu yakin apa yang ia lihat, yang pasti itu seperti bayangan segerombolan orang dengan beberapa orang di depan gerombolan itu.

"I-itu suara Clara!"

Austin berlari menerjang semak dan mencari cari sumber suara yang terdengar dekat itu. Berteriak memanggil manggil nama Clara dengan terus berharap bisa melihat gadis itu masih utuh tanpa ada yang hilang. Henry mengikuti Austin di belakang, sedangkan Blue masih menatap ke atas, ke arah tebing dan mempertajam matanya.

"Blue! Ayo! Jika Austin menemukan Clara, berarti kita juga bisa menemukan Mecha dan Karina!"

Blue menatap Henry sebentar sebelum beranjak berdiri dan menyarungkan kembali pedangnya. Mengikuti arah kemana Henry mengejar Austin yang terlalu kegirangan hanya dengan suara yang diyakini olehnya adalah milik temannya, Clara.

"Kamu yakin itu suaranya Clara? Bisa saja itu suara orang lain bukan?"

"Tidak, aku mengenal sekali suara gadis itu dan aku sangat tahu jika ia menggertak dengan suara keras seperti tadi, artinya ia sedang beradu argumen dengan seseorang atau sedang membela gadis lain"

"Wah, sepertinya kamu sangat mengenal Clara dengan baik. Aku berharap, dia akan menjadi calon wanitamu", terdengar meledek, namun Austin bisa merasakan ada dukungan dari Henry. Austin hanya menjawabi nya dengan tertawa kecil.

Ketiga laki laki itu kembali menelusuri hutan. Mereka berlari mencari dimana keberadaan rekan rekan mereka yang lain. Hingga sampai pada jalan buntu, jalan yang terputus oleh jurang yang dalam dengan di dasari oleh aliran air yang deras dan kuat. Mereka melihat ke sekeliling, namun tidak ada apa pun yang mereka temui.

"Clara! Kylla! Aku tahu kalian disini, jadi jawab aku!"

"Mecha! Karina! Tolong jawab ini!"

"Mecha! Karina! Jawab aku!"

Hening.

Tidak ada jawaban sama sekali yang mereka dapatkan. Hanya desiran angin yang menerbangkan rambut ketiganya dengan lembut, seperti mencoba menenangkan hati mereka yang gaduh dan cemas akan sesuatu yang buruk terjadi pada rekan mereka.

Crak!

"Apa ini?"

Austin melihat ke bawah, dimana sepatu miliknya menginjak sesuatu. Diambilnya benda itu dan menyadari sesuatu. Matanya membelalak lebar, menyadari apa yang ia temukan. Sebuah kalung mutiara putih milik Clara. Ya, itu pasti miliknya. Austin sangat percaya jika awalnya Clara dan gadis lainnya pasti ada disini.

"Ada apa, Austin? Apa kamu menemukan sesuatu?"

Henry mendekati Austin. Melihat kalung yang di pegang laki laki itu dengan sebelah alis terangkat keatas. "Ini... Kalung?"

"Iya! Dan yang lebih penting, ini milik Clara! Aku sangat yakin pasti ia dan yang lainnya ke sini!"

"Dan tujuan mereka selanjutnya adalah pusat kota", Blue mendekati kedua rekannya dengan sebuah kain yang robek berada di tangannya. "Kenapa aku sangat yakin pusat kota? Karena ini. Ini adalah jubah yang tidak sengaja robek milik salah satu vampire yang mengejar mereka"

"Ditambah, sepertinya mereka kelompok dari salah satu keluarga yang ikut menjalani roda pemerintahan", Blue mengeluarkan mahkota abu abu dengan permata ungu menghiasi puncaknya. "Henry, sepertinya kamu akan sangat senang jika bertemu dengan keluarga yang satu ini", Blue melemparkan mahkota itu pada Henry yang menangkapnya dengan tepat. "Ah... Sepertinya musuhku kembali"