webnovel

She's Mine!

Setelah perang besar yang terjadi, vampire berhasil menguasai dunia. Menaklukkan dunia dan memperbudak manusia, sesuka hatinya. Dan kini, keadaan mulai berbalik, dimana awalnya vampire yang hampir tidak pernah ditemui sekarang mudah ditemukan dan manusia yang awalnya menguasai dunia, kini berbalik sebagai makhluk hidup yang hampir sulit untuk ditemui. Akankah sang mangsa yang sekarang, berhasil kembali pada peringkat predator sebelumnya? Ataukah para predator yang akan terus menetap di peringkat teratas?

MinTea · Fantasy
Not enough ratings
5 Chs

01: Teman baru

Udara hangat mulai terkikis oleh dinginnya angin. Suara suara serangga malam mulai terdengar disetiap sudut, memainkan melodi mereka untuk sang rembulan yang bersinar cantik. Begitu merdu namun juga terdengar menyeramkan disisi lain.

"Hah... Hah..."

Hembusan uap putih keluar dari mulutnya. Kakinya berlari menghindari sesuatu. Mengabaikan setiap goresan disekujur tubuhnya yang mengeluarkan darah. Beberapa kali kepalanya menoleh ke belakang, mencari tahu apakah mereka masih mengejarnya atau tidak.

Duk!

Karena terlalu fokus melihat ke belakang, kepalanya membentur sesuatu. Membuatnya jatuh terduduk diatas trotoar yang dingin. Tangannya bergerak mengelus kepalanya yang terbentur sebelum mendongakkan kepala, melihat siapa yang ia tabrak dan berpikir untuk meminta maaf.

"Hai, anak manis"

Namun ia urungkan niatnya untuk meminta maaf. Karena orang yang berdiri didepannya adalah salah satu dari mereka dengan seringai nya yang menyeramkan. Memperlihatkan dua pasang gigi taringnya yang tajam siap mengoyak kulit lehernya.

Cepat cepat, ia bangkit berdiri dan ingin melarikan diri. Namun tangannya sudah terlebih dulu dicekal dari belakang. Ia tak sempat menoleh dan punggungnya harus rela bertubrukan dengan dinding dingin yang keras. Ia meringis kesakitan dan tubuhnya jatuh ke bawah.

"Kau pikir bisa kemana? Tak akan ada tempat yang aman untukmu disini atau dimana pun!"

Rambutnya yang berantakan, ditarik paksa oleh salah satu dari mereka. Mendekatkan wajahnya dengan wajah orang yang tengah menarik rambutnya. Memaksanya untuk menatap mata merah menyala itu yang penuh rasa haus. Ditambah seringainya yang menyeramkan lengkap dengan dua pasang gigi taringnya.

Orang itu membuka mulutnya lebar lebar dan mengarah pada lehernya. Ia memberontak namun kepalanya malah didorong ke belakang, sehingga pusing melandanya. Pandangannya mulai kabur dan hati kecilnya berkata jika malam itu adalah hari terakhir nya melihat sang rembulan yang cantik.

"Hei, lepaskan dia!"

*****

"Hei, lepaskan dia!"

Seseorang muncul dari gelapnya sebuah gang. Dengan sarung pedang bersembunyi dibalik punggungnya dan pedang tajam yang berada ditangan kanannya. Dibawah cahaya rembulan, matanya yang biru tenang menatap tajam pada mereka.

"Jangan pernah melawan seorang gadis secara berkelompok..."

"... Karena kalian akan terlihat seperti seorang pecundang"

Mereka berbalik badan dan menatap remeh padanya. Namun itu tidak berselang lama karena tatapan mereka terjatuh pada pedang yang dibawanya. Pedang yang memantulkan cahaya rembulan itu, seperti mengeluarkan aura kelamnya kepada mereka. Membuat mereka sedikit meringis jika harus berhadapan dengan pedang yang ditempa dari timah.

"Ha! Hanya dengan keberanian dan pedang itu, kau tidak mungkin bisa mengalahkan kami!", Ujar salah satu dari mereka dengan lantang dan penuh kepercayaan diri.

"Oh benarkah? Kalau begitu..."

Ia menodongkan pedangnya didepan salah satu dari mereka yang ia yakini sebagai pemimpin kelompok itu, dengan senyum remehnya. "Then what about a duel? Me alone and all of you"

"Ahahaha!!! Jangan salahkan kami jika kau mati!"

Ketua kelompok itu berlari ke arahnya dan menyerangnya dengan cakarnya yang tajam. Dengan sangat mudah, ia menghindari semua cakaran itu.

"Apakah hanya itu?", Ia menahan cakar tajam yang akan mengarah ke wajahnya dengan pedangnya. Menatap penuh remeh pada ketua kelompok yang matanya berkilat merah. Seringaian terlukis menyeramkan pada wajahnya.

"Rasakan ini!!!"

Salah satu dari anggota kelompok itu menyerangnya dari belakang. Namun seseorang melindungi punggungnya tepat waktu. Menahan cakar tajam dengan pedangnya yang sama dengan yang ia gunakan untuk menahan serangan ketua kelompok.

"Seperti biasa Blue, kau selalu buta jika sudah berduel"

"Dan mungkin aku harus harus berterima kasih lagi padamu, Henry"

Blue, pemilik mata biru tenang itu menendang perut ketua kelompok. Membuat ketua kelompok itu terhempas dan berhasil ditahan oleh anggota kelompok nya.

Sedangkan Henry, seseorang yang melindungi punggung Blue, mendorong pedangnya dan menebas dengan gerakan cepat anggota kelompok itu secara horizontal. Membuat tubuhnya terbagi menjadi dua sebelum berubah menjadi debu dan tertiup angin.

"Sialan kalian!!"

Ketua kelompok itu berdiri dan menyerang Blue dengan membabi buta, diikuti oleh anggota kelompok nya dibelakang. Blue sigap untuk menghindar dan menyerang, begitu pun dengan Henry yang sudah sangat paham dengan gerakan Blue sehingga memudahkannya untuk melindungi bagian belakang Blue.

Ditengah tengah pertaruangan yang sengit, seorang gadis mendekati gadis yang sudah tak sadarkan diri dengan darah menetes dari belakang kepalanya. Ia sedikit panik saat persediaan perban miliknya telah habis dan dengan berat hati, merobek kain pakaian nya. Mencoba memberhentikan pendarahan di kepalanya dan membalut kepala sang gadis dengan sangat hati hati.

"Oi, Mecha! Minggir!"

Gadis itu menolehkan kepalanya dan menyadari jika anggota kelompok itu ingin menyerangnya. Namun sebelum hal itu terjadi, tebasan pedang telah bersarang pada lehernya, membuat tubuh itu hancur menjadi debu dan tertiup angin.

"Makasih Henry! Aku pergi dengan gadis ini dulu, kalian harus menyusul sebelum yang lainnya menemukan kita!"

"Ah! Akan kami coba!"

Mecha membopong gadis itu menuju tempat aman. Meninggalkan Blue dan Henry yang masih bertarung sengit dengan kelompok yang menyebalkan lagi setelah keluar dari tempat persembunyian. Berdoa dalam hati kecilnya, semoga kedua temannya itu dapat kembali dengan keadaan yang baik baik saja.

*****

Bau bensin yang menyengat, menusuk ke dalam lubang hidungnya. Membuatnya membuka kelopak matanya yang tertutup rapat dan menampilkan manik mata ungu miliknya yang begitu cantik. Ia mengerjap kan matanya berkali kali, mencoba memfokuskan pandangnya yang buram.

"Oh, kamu sudah bangun!"

Suara seseorang yang berada disampingnya membuatnya menoleh ke samping. Disana, duduk manis seorang gadis berambut peach blossom dengan bola mata coklatnya yang cerah. Senyuman hangat terlukis indah pada wajahnya yang manis.

"A-aku ada dimana?", Ia mencoba untuk bangun, namun pusing segera bersarang pada kepalanya. Membuatnya secara reflek, memegangi kepalanya dan meringis kesakitan.

"Kamu aman disini, jangan khawatir. Dan juga, jangan terlalu banyak bergerak ya, luka di kepalamu masih basah lantaran kami masih belum menemukan obat untuk mengobatinya", gadis itu membantunya untuk kembali tidur dibawah selembar kardus bekas.

"Mecha, kami dapa-- ah, selamat pagi!"

Seorang laki laki berambut hitam legam memasuki ruangan yang beraroma bensin ini. Dengan senyumannya yang hangat, terpatri diwajahnya yang rupawan, ia menyapa Mecha dan gadis itu. Kemudian dibelakangnya, datang seorang laki laki lagi dengan rambut ungu terangnya membawa satu keranjang penuh dengan buah buahan.

"Oh, kamu sudah bangun. Selamat pagi!", Sapa sang laki laki berambut ungu dengan riang.

"Oh iya Mecha, aku sudah mendapatkannya. Ini!"

Laki laki berambut hitam legam melangkahkan kakinya mendekati gadis bernama Mecha. Menyerahkan ranselnya yang tersampir kan ke samping kepada gadis berambut peach blossom itu.

"Wah, syukurlah!", Dengan perasaan sumringah, Mecha menerimanya dan membantu gadis itu duduk dengan pelan pelan. "Emm... Mungkin kita harus berkenalan dulu agar tidak canggung?", Saran Mecha sembari mengganti kain yang menggantikan perban yang membalut kepalanya.

"Ah... Kamu benar. Kalau begitu perkenalkan, namaku Henry. Salam kenal", laki laki berambut ungu terang memulai perkenalan. "Ini Blue dan yang sedang mengganti perbanmu itu Mecha", dengan riang, Henry mengenalkan teman temannya kepada gadis itu.

"Siapa namamu?", Blue bertanya seraya duduk diatas kardus bekas dan meraih pedangnya untuk di bersihkan.

"A-aku... Namaku Karina, salam kenal semuanya..."

"Wah, namamu cantik, persis seperti orangnya", Henry duduk disamping Blue dan tersenyum lebar.

"Dasar!", Mecha melemparkan sebuah kotak kardus kecil kepada Henry dan tepat mengenai targetnya, yaitu kepala ungu terang miliknya. Mecha selalu merasa kesal jika Henry tengah menggoda gadis lugu seperti Karina jika dipertanyakan. "Anak baik baik kamu goda semua! Memang benar jika Blue memanggilmu titisan buaya!"

"Hah? Kenapa aku kamu bawa bawa? Dan lagi, aku tidak pernah mengejek Henry sebagai titisan buaya! Mungkin itu kamu yang memberinya julukan seperti itu", Blue menatap jengkel Mecha, yang menatap balik dengan tajam.

"Pfft--ahaha... Kalian semua lucu ya"

Karina tertawa kecil melihat ketiga orang yang baru pertama kali ia temui, setelah satu Minggu lebih ia tidak melihat manusia yang berkeliaran. Alasannya karena, dimanapun tempatnya, ia selalu sial dengan bertemu mereka secara berkelompok.

"Ahh... Kamu juga lucu Karina! Dengan wajahmu yang manis, ditambah rambut panjang dan bermata ungu yang senada"

"Mulai lagi...", Blue dan Mecha memutar bola mata mereka dan kembali pada tugas mereka masing masing.

"Nah, selesai", Mecha mengakhiri tugasnya untuk mengganti kain yang membalut kepala Karina dengan perban. "Walaupun masih sedikit basah, beberapa hari ke depan juga akan sembuh sendiri"

"Wah, terima kasih Mecha"

"Nah, itu bukan apa apa", dengan membanggakan dirinya sendiri, Mecha tersenyum lebar.

"Ngomong ngomong Karina, apa yang kamu lakukan tadi malam sampai membuat mereka hampir menangkapmu?", Blue menyarungkan pedangnya dan memakainya dibalik punggung. Menunggu Karina untuk menjawabnya seraya memakan apel yang diambil Henry entah dari mana.

"Aku mencari tempat bersembunyi tapi mereka melihat diriku dan mengejar ku... Ngomong ngomong, terimakasih teman teman!", Karina melengkungkan bibirnya, membuat sebuah lukisan indah diwajahnya. Membuat semua orang disana sedikit terhenyak melihat senyumannya yang manis.

"Haha... Lebih dari teman pun tak apa!"

"Yak! Buaya!"

*****

Begitu mudah aku mempercayai mereka sebagai temanku. Tapi aku merasa, mereka orang yang baik. Terutama Mecha. Dia gadis manis yang begitu telaten jika masuk dunia kedokteran. Luka yang ia obati, hampir semuanya ia tutupi dengan begitu rapi.

Lalu, ada Henry. Aku akui, aku sedikit risih saat ia selalu menggodaku. Pujian yang selalu ia lontarkan kepadaku... Ah, aku tidak bisa mengatakannya sebagai pujian atau dia memang ingin menggodaku. Tapi walaupun begitu, dia adalah pemain pedang dan pelindung yang sangat baik.

Dan yang terakhir adalah Blue. Senyuman miliknya begitu hangat dan menawan, dapat memancing segerombolan gadis gadis untuk mendekatinya setelah jatuh hati. Jujur, aku juga jatuh hati padanya. Melihatnya untuk pertama kali tersenyum padaku, itu membuatku sedikit... Senang? Yah, begitu lah. Dia laki laki yang mahir bermain pedang namun buta saat sudah bertarung. Maka disanalah Henry datang menolongnya.

Dan dapat aku katakan, pertemanan mereka saling menguntungkan satu sama lain. Mecha yang mahir mengobati, Henry sang pelindung dan Blue yang sering berdiri dibagian depan.

"Hei, Karina! Kita akan melihat bintang jatuh jika mereka tidak melihat kita, bagaimana?"

Ditambah, teman teman baruku begitu peduli satu sama lain. Jadi tidak ada salahnya jika aku mempercayai mereka.

"Tentu saja!"