2 CINTA KAK YUSUF

Mobil yang dikendarai oleh Pak Heru supir pribadi keluarga Callista berhenti di parkiran kampus Universitas Indonesia Jaya, tepat di bawah pohon kamboja besar yang sangat rindang seperti biasanya.

Saat ini jam menunjukkan pukul 1 siang, berarti Callista tidak akan terlambat untuk menemui Bu Nania dosen pembimbing skripsinya, yang memang sudah janjian dengannya pukul setengah dua siang hari ini.

"Terima kasih ya, Pak Heru," ucap Callista sambil membuka pintu mobil perlahan.

"Siap, Non! Oh ya, mau Bapak tunggu atau nanti dijemput saja?"

"Tunggu saja Pak, karena aku tidak akan lama, nanti setelah ini kita langsung ke rumah sakit untuk melihat keadaan, Papa."

"Baik, Non."

Dengan raut wajah yang kurang bersemangat tidak seperti biasanya, Callista berjalan menelusuri lorong kampus menuju ke ruang dosen tempat Bu Nania menunggunya. Baru saja beberapa langkah berjalan, tiba-tiba seseorang merangkul Callista dari belakang sambil menyapanya.

"Assalamu'alaikum, Callista! Sendirian aje, Neng! Pasti mau konsultasi skripsi, ya?" seru Rihana bertanya dengan senyuman khasnya yang selalu ceria. Gadis berjilbab biru muda dengan gayanya tomboy tampak bersemangat sekali hari ini, kulitnya yang hitam manis hari ini semakin terlihat gelap lebih dari biasanya.

"Waalaikumsalam, pasti habis berenang di laut, ya?" kata Callista malah balik bertanya bukannya menjawab.

"Iya dooong. Tau sendiri 'kan, namanya juga anak pantai, jadi ga bisa berjumpa dengan weekend langsung aja cari ombak, hehehee!" jawab Rihana sambil tertawa lepas.

"Anak pantai apa? Yang benar anak Betawi, bukan anak pantai, jangan ngaku-ngaku, deh!" sahut Callista sambil tertawa kecil.

Rihana memang sosok sahabat yang sangat humoris sekali. Gadis kelahiran asli Betawi itu selalu mampu membuat Rihana melupakan kesedihannya dan kembali tertawa lepas. Persahabatan yang mereka jalin sejak SMA, hingga mereka sama-sama kuliah di jurusan bisnis saat ini terjalin sangat erat, bahkan melebihi saudara kandung saja.

Sifat Rihana yang tomboy dan apa adanya jika berbicara, sangat membantu perubahan karakter Callista yang dulunya pemalu dan introvert menjadi lebih terbuka dan percaya diri. Bahkan selain itu masih banyak lagi, yang bisa diperoleh Callista dari pertemanannya dengan Rihana. Diantaranya adalah sebuah kebiasaan hidup dalam bermasyarakat. Callista yang terbiasa hidup mewah dan lebih banyak di rumah, jadi mengetahui kehidupan bertetangga saat kenal dengan Rihana.

Kehidupan masyarakat Betawi, lengkap dengan kesehariannya yang tidak diketahui Callista, tetapi diketahuinya saat bermain ke rumah Rihana. Dan, semua itu merupakan pengalaman yang menyenangkan bagi Callista, seperti mancing di empang, jajan di warung, bikin dodol dan geplak, makan pakai tangan di bawah pohon kecapi, dan masih banyak hal lainnya, yang menurut Callista sangat berkesan sekali, yang pastinya tidak akan dia rasakan jika tidak bersahabat dengan Rihana.

"Iye-iye, ane anak Betawi! Tetapi lagi ngayal jadi anak pantai, boleh 'kan Tuan Putri yang cantik kesayangan akuuu? Hehee," sahut Rihana sambil kembali tertawa.

"Terserah deh, kamu udah selesai konsul skripsinya, Ri? Kapan maju sidang?"

"Udah, dong! Baru aja selesai beberapa menit yang lalu, dan sudah di acc sama Bu Nania, maju sidangnya minggu depan hari Rabu!" jawab Rihana dengan wajah bahagia.

"Alhamdulillaaah, ikut senang dengernya, selamat ya Ri, sekarang tinggal aku berarti, do'ain ya, biar semuanya lancar!"

"Aamiin ya robbal alamiin!" sahut Rihana sambil mengangkat kedua tangannya seperti memanjatkan do'a.

"Bu Nania, lagi santai atau nyebelin hari ini, Ri?" tanya Callista.

"Tenang aja Cal, muka jangan terlalu tegang kaya gitu. Ibu Nania lagi asyik kok, kayanya abis dapet arisan deh dia, hehee," jawab Rihana sembarangan.

"Syukur lah kalau begitu, hufff!" sahut Callista sambil menghela nafas perlahan.

Langkah kaki mereka berdua berhenti tepat di depan pintu masuk ke ruang dosen. Baru saja Callista hendak mengetuk pintu, tiba-tiba saja seseorang memanggil namanya.

"Callista!"

"Kak Yusuf? Kau ada di sini?"

"Iya, bisa kita bicara sebentar?"

"Jangan sekarang Kak Yusuf, sebaiknya tunggu saja sebab Callista mau menemui Bu Nania dulu untuk acc skripsinya," ujar Rihana memberitahukan.

"Oh, baiklah kalau begitu, aku akan menunggumu Callista, sebab ada sesuatu hal penting yang ingin aku bicarakan denganmu," jawab Yusuf sambil tersenyum mengerti.

"Kalau begitu aku masuk dulu, ya," pamit Callista sambil tersenyum, kemudian dia mengetuk pintu sambil mengucap salam. Saat terdengar sebuah suara mempersilahkan dirinya masuk, Callista pun membuka pintu dan masuk ke dalam.

Akhirnya Yusuf dan Rihana duduk bersama di kursi kayu panjang yang terdapat di dekat pintu masuk ruang dosen tersebut. Yusuf merupakan Kakak kelas Callista dan Rihana di kampus ini, dia dua tahun lebih dahulu lulus dari kampus. Sejak dahulu sebenarnya Callista dan Yusuf sudah memiliki rasa suka di dalam hati mereka masing-masing, hanya saja mereka saling menyimpannya dengan rapat.

"Kak Yusuf tidak masuk kerja hari ini?" tanya Rihana membuka pembicaraan di antara mereka.

"Saat ini aku sedang jam istirahat Ri, makanya bisa keluar. Lagi pula hotel tempat aku bekerja 'kan milik keluargaku, jadi aku bisa lebih santai kalau masalah jam kerja," jawab Yusuf.

"Oh, iya-ya, sampai lupa, kalau bos sih, mau masuk dan istirahat jam berapa aja bebas, oalahh, sungguh lupa aku, Kak! Hehee," ujar Rihana sambil menepuk keningnya pelan dan tertawa kecil.

"Tidak apa-apa, Ri, kamu sendiri rencananya setelah lulus mau kerja atau bikin bisnis sendiri?" tanya Yusuf.

"Kalau aku dan Callista, rencananya mau bikin cafe sendiri Kak Yusuf, tapi lihat keadaan nanti lah, belum dibicarakan lagi dengan, Callista."

"Loh, kok, gitu? Bisnis cafe lumayan loh, kalau di Jakarta itu, prospek yang sangat bagus."

"Memang Kak, tetapi Callista juga pengen buka bisnis travel, makanya masih bingung di antara dua pilihan itu."

"Ya, kalau begitu nanti di bicara saja dengan pertimbangan untung rugi dengan sebaiknya, agar bisnis bisa berjalan lancar sesuai harapan, aku siap loh, jadi investor nya jika kalian mau mengajak kerjasama juga," kata Yusuf mengajukan tawaran.

"Wahh, yang bener, Kak? Mantap lah, kalau begitu!" ujar Rihana sambil tersenyum bahagia.

Setelah menunggu kurang lebih selama satu jam, akhirnya Callista pun keluar dari ruangan dosen dengan senyuman merekah di bibirnya yang ranum.

"Bagaimana hasilnya, Cal?" tanya Rihana tampak tidak sabar ingin mengetahui.

"Alhamdulillaaah, aku juga di acc Ri, minggu depan aku maju sidang sama seperti dirimu!" jawab Callista sambil memeluk Rihana dan meneteskan air mata bahagia.

"Alhamdulillaaah ... selamat ya, Callista!"

"Aku juga ikut senang mendengarnya Callista, selamat, ya!" ujar Yusuf sambil tersenyum bahagia menatap Callista.

"Terima kasih Kak Yusuf, oh ya, Kak Yusuf jadi 'kan berbicara dengan aku?"

"Tentu saja jadi, aku 'kan sudah menunggumu sejak tadi di sini."

"Bagaimana jika kita berbicara di taman belakang kampus saja, di sana enak situasinya adem dan sepi?" tanya Callista menawarkan.

"Baiklah, kalau begitu kita langsung saja ke sana," jawab Yusuf menyetujui.

"Aku ikut tidak masalah 'kan, Kak Yusuf?" tanya Rihana.

"Tidak masalah Ri, kamu ikutan saja."

Kemudian mereka bertiga pun berjalan bersama menuju ke taman belakang kampus.

avataravatar
Next chapter