webnovel

Sex With You [21+] END

MaharaniAlexandra · History
Not enough ratings
17 Chs

Chapter 8

Sesampai Bruno kembali keatas, keruangan hotel yang tadinya begitu tenang dan indah, kini Bruno hanya bisa melihat kehancuran dimana-mana. Tak ada lagi yang utuh, semuanya telah hancur ditembaki habis oleh---

Tunggu, dimana Morgan berada?

Dengan cekatan manik mata Bruno mencari kemana-mana posisi Morgan berada sambil memegang sigap pistol ditangannya. "Morgan?"

Didalam ruangan itu sudah begitu banyak mayat-mayat segar yang tergeletak tanpa nyawa.

Baru saja Bruno akan kembali memanggil sahabatnya itu, seketika dari bawah kolong meja kaca kaki Bruno ditarik oleh sebuah tangan besar yang kekar, hingga ia terjatuh dan kebawah.

"Ssstt... Akan ada yang masuk!" Tutur Morgan dengan suara yang berbisik-bisik.

Bruno membuang napasnya legah dan sedikit terkekeh. Ternyata sahabat iblisnya itu sedang bersembunyi dibawah kolong meja. Oh tentu tidak, bukan bersembunyi. Ia sedang menanti-nanti siapa pelaku kehancuran dijamuan khusus yang mewah tersebut.

Saat Bruno akan membuka mulutnya, Morgan dengan cepat menutup mulut sahabatnya itu. "Mereka datang!" Bisiknya lagi. Kedua pria yang gagah itu bersembunyi dibawah kolong meja dan memperhatikan dua orang lainnya yang melompat masuk dari luar jendela kaca.

Dua pria tinggi berkaki jenjang dengan stelan jas merah menyala, dan menenteng senjata dimasing-masing tangan mereka.

"Cek satu persatu mayat-mayat ini. Ada kah wajah sang iblis billionaire RM atau tidak." Suruh pria yang memiliki tato dibagian lehernya sambil menyesap rokok yang terselip dijarinya.

Mendengar ucapan mereka, sontak saja Bruno langsung menaikan satu alisnya dan memandangi wajah sahabatnya yang sudah mengulas senyum tipis. Senyum tipis dingin bagai dasar lautan yang tak terjangkau. "Kau dengar? Si kembar busuk itu berkhianat padamu." Tak mau menjawab ucapan Bruno, Morgan keluar dari bawah kolong meja tersebut dan berdiri dengan begitu gagah.

"Tak usah mencari, aku masih hidup." Suara berat Morgan mengagetkan kedua pria yang ternyata adalah kembar.

"Wow..hamburan peluru kami tak mengenai mu satu pun? Mr. Morgan memang benar-benar hebat." Puji salah satu dari mereka yang memiliki warna rambut blonde dan bola mata yang kecoklatan.

"Tentu saja. Peluru kalian yang tak berguna itu mana mungkin bisa melukaiku." Angkuh Morgan sambil merapihkan jasnya yang sedikit berantakan. Tak lama kemudian, Bruno pun telah berdiri gagah dibelakang Morgan dengan kekehan-kekehan mengejeknya menatapi kedua pria kembar tersebut.

"Benar-benar lucu. Tunas yang baru tumbuh bisa melupakan akar induknya? Cihh!" Desis Bruno dengan mimik wajahnya yang sudah berubah menjadi dingin. Tak kalah dinginnya dari Morgan.

"Sudah lah. Kita semua saudara kan? Mari berpelukan." Sungguh, Morgan tak ingin membunuh mati kedua pria kembar yang berumur 25 tahun tersebut. Kedua pria kembar itu adalah anak buah terpercaya Morgan juga Bruno. Mereka telah diangkat dan di didik dengan begitu hebat oleh Morgan agar bisa menjadi pria yang menakitkan sepertinya.

Diberi kekayaan yang menumpuk, dibekali ilmu kejam oleh Morgan, diajari merakit senjata juga granat, hingga mereka bisa menjadi diri mereka yang sekarang. Setan kembar merah, itu lah julukan yang mereka dapatkan. Mereka selalu mengenakan jas merah licin yang mengkilap saat beraksi, hingga mereka mendapati julukan seperti itu.

"Maafkan kami, Mr. Morgan. Kami menyayangimu, sungguh! Iya kan, saudaraku?"

"Iya, itu benar. Tapi kami lebih menyayangi kekuasaanmu,"

"Dan ingin merebut julukan iblismu." Ucap dua pria kembar muda itu bergantian membuat Morgan benar-benar menggeleng-gelengkan kepalanya tersenyum lancip.

"Tak tahu diri!" Sinis Bruno benar-benar muak dengan kedua pria itu.

"Selesaikan!" Ucap si kembar bersamaan, dan langsung ingin menghamburkan peluru kearah Morgan juga Bruno.

Jangan kira Morgan dan Bruno tak tahu taktik main mereka, benar-benar basi cara mereka untuk membunuh Morgan juga Bruno. Sebelum mereka sempat menghamburkan peluru-peluru menjijikan itu, Morgan dengan kaki besarnya melompat dan langsung menendangi wajah salah satu pria kembar tersebut hingga terjatuh kebelakang.

"Anak pengemis yang ku pungut dan ku didik ingin membunuhku? Ingin membunuh ayah mereka sendiri? Huh?" Tandas Morgan sambil menginjaki berulang-ulang kali wajah tampan laki-laki itu sampai mengeluarkan darah pada hidungnya.

"IBLIS!!" Teriak si kembar yang satunya tak terima melihat saudaranya diperlakukan seperti itu. Saat ia ingin menembak Morgan, sebuah peluru telah lebih dulu bersarang pada dada kirinya yang diberikan oleh Bruno.

"Anak-anak menjijikan!" Bruno berjalan mendekati si kembar yang sudah ia tembak dadanya itu hingga terbatuk mengeluarkan darah segar dari mulutnya.

"Cepat pertemukan dia dengan Tuhan." Suruh Morgan pada Bruno untuk membunuh kembar yang sudah terkena tembakan itu.

"Dengan senang hati!" Saat Bruno akan menarik pelatuk pistolnya dan menembusi tengkorak kepala kembar itu, dengan sisa-sisa tenaganya si kembar yang wajahnya telah hancur karena diinjaki oleh Morgan, ia meraih pistol didalam jasnya dan menembak tangan kekar Bruno hingga terlepaslah pistol dari pada tangan tersebut.

"Sialan!" Umpat Bruno sambil menahan sakit pada tangannya dan menutup luka tembak itu agar darah tak terus mengalir.

Morgan merasa bangga. Ternyata anak didiknya memang tak mudah menyerah.

"Kasihan sekali kalian. Nyawa kalian berdua benar-benar tak ada artinya bagiku." Setelah mengucapkan itu, Morgan menoleh kesampingnya, dimana ada sebuah potongan meja kaca yang telah pecah. Dengan senyum lebar ia mengambil potongan kaca yang cukup lebar itu dan kembali ketempatnya semula.

"Kau benar-benar iblis Mr. Morgan." Maki laki-laki itu sebelum akhirnya---

"Paman mencintaimu, Max!" Morgan menarik lancip lekuk bibirnya dan langsung menekan potongan kaca yang tajam itu pada batang leher Max. Ditekannya begitu kuat, sangat-sangat kuat sampai Max menyemburkan darah-darah kental dari mulutnya.

Dengan matanya sendiri, Mex yang menjadi adik kembar Max menyaksikan kematian saudaranya dengan begitu sadis dan kejam ditangan Morgan.

Morgan menekan kuat-kuat kaca tajam itu dengan tenaganya sampai memutuskan kepala Max dari tubuhnya. Terpisahlah kepala dan tubuh Max.

"Nice!" Cicit Morgan sambil memegang rambut kepala Max yang telah terputus, lalu dilemparnya keluar jendela hotel.

"MAAXXX!!!" Tangis pecah Mex begitu histeris seakan ingin gila detik itu juga melihat saudara kembarnya, dagingnya, separuh jiwanya telah mati begitu tragis.

"Mo-Morgan.." Bruno melotot tak habis pikir. Mengapa Morgan sangat suka menghabisi nyawa orang dengan cara yang begitu sadis? Tak cukupkah dengan menembak hingga tewas saja?

"Hei Mex?!" Kini giliran Mex yang akan mendapat bagiannya. "Biar aku!" Morgan mendorong tubuh besat Bruno menjauh dari Mex. "Tembak saja dia." Bruno memberikan pistol pada Morgan yang langsung tak diterima.

"Aku tidak butuh itu"

Morgan mengambil botol minuman yang telah pecah, dan "Paman mencintaimu, Mex!" Ia mengucapkan hal yang sama pada Mex, lalu menancapkan botol kaca minuman yang telah pecah itu pada wajah tampan dan mulus Mex.

Begitu mengerikan. Bruno memejamkan matanya tidak kuat untuk melihat aksi sadis Morgan yang menancapkan berulang-ulang kali pecahan botol kaca itu pada wajah Mex sampai hancur tak berbentuk wajah lagi. Biji mata yang tercongkel keluar dan darah-darah segar yang muncrat mengenai wajah Morgan.

Tewaslah kedua kembar itu ditangan Morgan. Terakhir, Morgan mengangkat tubuh Mex dan dilemparkannya juga keluar jendela hotel dan mendarat pada dasar halaman hotel hingga menjadi bubur daging yang terlihat lezat dimata para anjing-anjing liar yang kelaparan.

"Indah kan? Kau harus mencobanya!" Morgan menepuki bahu besar Bruno sambil memberikan senyum khas miliknya yang dingin. Bruno menelan ludahnya berat, ia memutar balik tubuhnya dan memperhatikan punggung lebar Morgan dari belakang.

Aura dingin mencekam yang begitu kuat sangat terasa pada diri Morgan. Tak pernah Bruno temui manusia sejenis Morgan sebelumnya didunia ini.

"Apa dia manusia? Ku rasa aku telah bersahabat dengan sesosok iblis yang berasal dari neraka."

"Aku mendengarnya!" Saut Morgan dari jauh yang masih mendengar cicitan Bruno.

Aku lebih suka nulis yg bunuh², enak aja rasanya😂

Part kali ini sadis² aja yah, part berikutnya baru sadis² enak😆🤣💙

Vote kuy guys🤗

Komen juga yah, kolom komentar terbuka untuk kalian semua🤗

Dan jangan lupa follow😘💙

Bantu koreksi juga kalau bisa😍💕

Mmmmmuuaaaahhhhh😘😘😘