webnovel

Setetes air

2 Nyawa hilang dalam sekejap. Thata wanita berusia 17 tahun, memiliki paras cantik dengan kacamata imutnya, tiba-tiba saja memiliki tetangga baru yang cukup aneh, seperti tanpa sengaja hidup Thata telah teratur dengan sendirinya. Thata juga seorang wanita yang memiliki kepribadian yang unit mudah riang, mudah tersenyum dan mudah melupakan masalah, Thata bangun dalam kepribadiannya sendiri. #NTCants

NTCants · Teen
Not enough ratings
2 Chs

Bab 2

Sempritan berbunyi tanda ronde ke-3 dimulai, Thata sudah kembali di tempatnya. Poin saat ini ronde pertama dan kedua di menangi oleh SMA 11 , yang di ketua.i oleh Adl, jika satu ronde kali ini sekolah Thata kalah maka sudah di pastikan bahwa sekolah Adl lah yang menang dalam permainan bola basket kali ini.

"Astaga...." Teriak para penonton basket termasuk Thata, baru 10 menit pertandingan di mulai Fauz ketua dari sekolah Thata malah terjatuh pingsan.

Fauz adalah pria yang dirumorkan lick dalam permainan, sehingga kali ini ada percaya ada yang tidak padanya, tapi wajah tampannya yang di segani wanita membuat wanita menjadi buta mana yang benar mana yang salah.

Namun permainan di lanjutkan begitu saja, dan tentu saja pemenangnya adalah SMA 11.

"Adl?" panggil Thata dengan suara tenangnya.

"Eh, wanita tadi? mau berterima kasih? gak perlu.." jelas Adl tersenyum.

"Ini semua karna mu kan?" tanya Thata.

"Aku melihat kau memberikan minuman jeruk kepadanya, entah itu kau yang mencampurnya atau tidak, tapi aku mencium bau obat di minuman itu. " Lanjut Thata.

"Hufftt.." Helain nafas Adl keluar dengan begitu kasar.

"Aku memang memberikan minuman, tapi aku tidak memberikan obat padanya, tapi terserahlah... wanita yang hanya mencium dan mengintip terus menyimpulkannya dengan cepat adalah wanita bodoh, kau pikir aku tidak melihatmu?" Jelas Adl meninggalkan Thata yang terdiam.

TES!

----

Thata meletakkan tas sampingnya di meja setelah sampai di kamarnya, berbaring di kasur lalu memandang langit-langit kamarnya, di ingat kejadian tadi, dan ucapan pria itu.

Ucapan yang simple, tidak peduli, tapi entah kenapa menyentuh hatinya. Membuatnya berdebar aneh.

"Aku membenci diriku, tapi kenapa dia sama sekali tidak membantahku? Aku membenci itu." Gumam Thata, lalu mulai memejamkan matanya.

-----

Dirinya terbangun, menghirup Asap yang banyak, nafas Thata berat, teringat dengan traumanya.

"Astaga, Khok-khok..... kenapa disini begitu banyak asap" Thata tercengang saat melihat rumahnya penuh dengan asap.

"Abanng Lehan! lali!" teriakan seorang anak kecil, Thata melihat kemana sumber suara itu, di baik asap terlihat seorang gadis kecil.

"Astaga?" Thata menutup mulutnya kaget, melihat suara anak kecilnya itu adalah dirinya yang berusaha menyuruh almarhum kakaknya pergi dan bangun dari duduk persembunyiannya, di ruang penuh asap ini.

Nafas Thata terus semakin berat, terlebih ingatan yang suram itu menghantuinya, Thata memundurkan langkahnya tak percaya.

"Dasar kau pembunuh, pergi saja kau! Aku tidak mau melihatmu!" seketika tangis Thata pecah saat mendengar ucapan abangnya yang sudah ia berusaha lupakan, persis dengan kejadiannya dulu.

"Abang ... maaf kan aku!" gumam Thata, lalu melangkah maju.

*****

Sebuah kecupan, terasa di dahi Thata, Thata segera sadar dan perlahan membuka matanya, pipinya terasa basah.

"Mama...." tangis Thata kembali pecah.

"Tenang sayang , Mama di sini." Selma menggenggam kuat tangan Thata.

"Apa abang masih marah dengan Thata ma? dia masih menuduh ku pembunuh, dia masuk dalam mimpiku... " Thata menatap mamanya berharap jawaban yang jujur.

" Tidak sayang, maaf papa kurang cepat membawa mu keluar dari rumah," ucap papa Thata seketika dan mengelus kepala mungil Thata.

"Apa rumah kita, kebakaran lagi? Bagaimana kabar Kak Lili?" 

Penjelesan: rumah thata pernah kebakaran dan menewaskan abangnya.

"Tidak sayang, tapi rumah Alif yang kebakaran, asapnya masuk ke rumah kita, jadi maaf kan papa yah" Thata hanya mengangguk pelan, sambil membangun senyum manisnya itu.

"Oh, masih hidup rupanya." ucap seseorang wanita yang sedang menyandarkan punggungnya didekat pintu, dengan tatapan sinisnya.

"apa sih kamu Lili, padahal adikmu khawatir loh sama kamu."

"Khawatir? Gak salah tuh mah?  2 nyawa ia lenyapkan saat masih kecil, bisa saja ia hilangkan 1 nyawa lagi, dan pasti itu aku kan?" jelasnya dan pergi keluar kamar sambil menahan amarahnya.

"kau istirahat dulu yah sayang, biar mama dan papa yang urus kakakmu, jangan didengarin yah..." ucap selma lalu mencium kening thata sekali lagi.

Thata hanya tersenyum, sambil melihat papa dan mamanya keluar dari kamarnya.

"Yang satu marah, yang satu cuman diam tak membatah, perbedaan banget" ucap Seseorang lagi dari arah pintu.

"Eh?" Thata terkejut melihat Alif yang membawa santapan dan segelas air putih, lalu di letaknya si meja samping Thata.

"Kau masih sakit?" tanya Alif, ingin  meletakkan tangan kekarnya di dahi Thata.

"Jangan sentuh, bukan muhrim, tau!" tegas Thata kepada Alif, Alif mengukir senyum tipis.

Thata yang memang merupakan kepribadian yang cukup tertutup, terasa begitu canggung di dekati oleh pria.

"Apa senyum-senyum!" kesal Thata bercampur canggung, membuatnya sangat gerah, dan tangan imutnya akhirnya ia kipas-kipaskan ke wajahnya.

"a-apa AC nya tidak nyalah?" keluh Thata.

"nyala lah, apa perlu aku mengambilkan kipas?" Alif menjawab santai sambil menahan tawanya yang sudah hampir pecah, Thata adalah tipe yang tidak mudah dekat dengan pria dia cukup pemalu untuk itu.

"ooohh tidak-tidak perlu." panik Thata.

"Sebaiknya Kak Alif pergi, aku mau tidur" lanjut Thata dan menutup badannya dengan selimut.

"Oh, Baiklah, Cepat sembuh." Ucap Alif, lalu berjalan menjauh dari Thata, melangkah keluar pintu perlahan.

Ketika Thata memastikan bahwa Alif sudah beranjak pergi dari kamarnya, Thata yang sendari tadi kekurangan nafas karena selimutnya, akhirnya mengeluarkan kepalanya.

" Huff... Kenapa Kak Alif bisa ada di sini sih?" tanya Thata, lalu menghelai nafas dengan begitu kasarnya yang sudah sesak di dalam selimut.

"ohh ya ... jangan lupa makan, makanan mu" kepala Alif tiba-tiba kembali muncul dari balik pintu kamarnya.

Membuat Thata membulatkan matanya kaget, lalu mengambil bantal. "Sudah ku bilang pergi!" Kesal Thata melemparkan bantal itu ke Alif.

"Iya-iya." Jelas Alif pelan, lalu meletakkan bantal yang ia tangkap di kursi.

*****

"sampai juga akhirnya, memang lapangan ini cukup sepi, karena hanya orang-orang kompleks yang dapat memakainya." ucap Thata saat sudah berada di lapangan basket kompleks, Thata memang sering berlatih di sini malam-malam, takut? Thata tidak takut hal begituan, Apalagi karena kejadian tadi, Thata ingin menghilangkan Stresnya, dengan bermain basket.

Namun mata Thata tiba-tiba saja tertuju kepada seorang pria yang sedang bermain basket dengan penuh emosi, dan baru kali ini Thata melihat pria itu bermain di sini.

"Sialan!" teriaknya dengan memantulkan bola besketnya dengan begitu keras. Membuat Thata  terkejut dan berlutut takut sambil memegang bola basket yang ia bawa.

Pria itu sadar seketika ketika mendengar teriakan terkejut Thata.

"Luh gak apa-apa? maafin gue, gue gak maksud ngagetin luh" ucap pria itu dengan lembut dan ikut berlutut.

Thata mengankat kepalanya untuk melihat siapa pria lembut itu.

"Adl!" teriaknya begitu terkejut, Adl yang tidak tau kalau itu Thata, akhirnya terlempar kebelakang, membuatnya duduk di tanah diam dan kaku.

"LUH!" begitulah ungkapan Adl dengan begitu emosi dan berdiri.

#NTCants

Hadiah anda adalah motivasi untuk kreasi saya. Beri aku lebih banyak motivasi!

#NTCants

NTCantscreators' thoughts