webnovel

Serpihan Cinta

Serpihan masalalu yang bermunculan. Kerinduan yang harus dibendung. Masalalu yang membuat mereka terpisah. Kesabaran yang di uji. "Aku akan membuatmu bahagia. Tapi kenapa aku yang selalu membuatmu menangis, dan aku yang membuat mu sakit hati. Masih pantaskah aku untukmu? Tapi hatiku tak bisa berpaling darimu. Apa yang harus aku lakukan?" Chandra. "Jangan tanya padaku tapi tanya hatimu. Apa kamu benar mencintaiku? Atau hanya rasa bersalah dan kasihan padaku. Aku sudah memaafkanmu jangan menambah lukaku." Naina.

Enon_Rizki · Teen
Not enough ratings
3 Chs

Dibalik Pintu

Setelah memastikan semuanya rapi, aku bergegas berjalan menuju ruang staff untuk menyimpan tas dan switerku. Tapi ketika aku sampai didepan ruang staff, kakiku terhenti dan tanganku tak jadi membuka pintu, aku mendengar suara dua orang yang sedang mengobrol dari dalam ruang staff.

Didalam ruangan Office staff.

"Eh Chan, kayanya lu kasar banget sama si Naina, kenapa sih lu?" Dimas yang sedang mengikat kepalanya dengan sebuah selayer berwarna merah dengan tulisan hitam di bagian depan dan berjalan kearah Chandra yang sedang duduk mengganti sepatunya.

"Gak kenapa-kenapa, gue kan emang kaya gini, emang lu maunya gue kaya gimana?" Chandra selesai memakai sepatunya dan melirik kearah Dimas dan mentatap tajam Dimas yang duduk disampingnya .

"Ya gue ngerasa lu beda aja. Apa lagi, setelah Naina masuk ke sini, lu jadi berubah Chan." Dimas menaruh tangannya di pundak Chandra dan menatap Chandra dengan tatapan penasaran berharap Chandra mau bercerita kepadanya.

"Gak ada yang berubah dan gak ada yang harus gue ceritain sama lu. Udah akh.. Gue mau ke kitchen, nanti kesiangan." Chandra menepis tangan Dimas dari pundaknya dan berdiri sambil merapikan epronya lalu berjalan kearah pintu.

Di balik pintu luar ruang staff

Aku mendengar suara kaki Chandra kearah pintu. Walau aku mendengar semua obrolan mereka tapi aku berusaha tenang dan berpura-pura tidak tahu apa yang mereka bicarakan.

Ketika aku hendak membuka pintu, ternyata Chandra sudah membuka pintunya terlebih dahulu.

Chandra terkejut, panik dan kikuk, wajahnya menjadi pucat dan gugup. Tanpa sepatah kata dia berjalan melewatiku, menuruni anak tangga.

"Ekh... Nha, kamu mau siap-siap? kalau gitu aku kebawah duluan ya." Dimas keluar ruang staff dengan wajah yang sama tegangnya, walau dia tersenyum tapi senyumnya itu tak seperti biasanya dan Dimas berlari menuruni anak tangga mengejar Chandra.

Aku berjalan masuk kedalam ruang staff, tak ada seorang pun disana, terlihat sepatu Chandra yang belum sempat di simpan kedalam rak sepatu. Dan tas Chandra dan Dimas yang masih tergeletak di atas meja besar di tengah ruangan.

"Aneh, apa maksudnya dia bilang Chandra berubah ketika aku masuk ke sini. Jadi dia berubah gara-gara aku? Kenapa aku yang disalahkan karena perubahan sikapnya Chandra? Hahh... mungkin Dimas hanya bercanda aja. Tapi kenapa aku harus perduli dengan Es itu?" gumamku sambil menaruh tas dan mengambil epron yang menggantung diatas tempat tasku, dan memakainya.

"Selamat pagi ka Naina." Lisa datang bersama Sarah sembari tersenyum. Dua staff kasir dan waiter.

Sarah adalah salah satu dari banyak staff waiter perempuan yang suka dan mengidolakan Chandra, yah bisa dibilang Chandra adalah tipikal orang yang sempurna dalam segala hal kecuali sikapnya.

"Pagi, kalian udah sarapan belum?" tanya ku kepada Lisa dan Sarah. Basa-basi mungkin kelewat basi. Itu cuma pemanis saja atau mungkin bisa di anggap pencitraan tapi terserahlah.

Yah disetiap tempat kerja pasti ada lah hal-hal yang suka dan tidak suka, tapi menurutku itu wajar saja. Asal mereka tak terlalu mengganggu mungkin aku bisa sabar menghadapi mereka.

"Sudah kak." Jawab sarah beriring senyum Sambil melipat switernya.

Lisa yang sedang mengganti sepatu ikut tersenyum dan menganggukan kepalanya.

"Kalau gitu aku kebawah duluan ya, masih ada yang kelupaan soalnya." Aku berjalan keluar dari ruangan staff, dan baru saja aku berjalan tiga langkah keluar dari ruang staff aku mendengar suara mereka membicarakanku.

Didalam ruang staff

"Kamu nyadar gak sih dia itu agak aneh? Udah gitu pelupa, ceroboh. Dan yang membuatku penasaran kok bisa ya orang yang seperti dia jadi kepala kasir? Aneh kan? kenapa bukannya Ka Santi aja? Padahal kan Ka Santi senior kan pintar cantik dan baik lagi, yang terpenting Ka Santi itu orangnya perfect banget gak kaya ka Naina ikh jauh banget." Sarah yang sedang berdandan di sebuah cermin besar yang berada di sebelah kanan tempat sholat. Sesekali menengok kearah Lisa yang berada dibelakangnya.

"Akh.. Kata siapa? enggak kok. Iya sih kadang-kadang Ka Naina suka lupaan orangnya. Tapi dia gak pernah lupa tuh sama tugasnya, buktinya pak Nathan, Tau sendirikan dia itu harus detail dan perfect banget kerjanya? dan misalnya kalau ada masalah sama data kasir dia bisa diandalkan kok, aku pernah waktu itu aplikasi kasir eror gak bisa input pas lagi banyak orderan lagi, duh aku kelimpungan banget waktu itu. Dan untungnya ka Naina dateng, terus dia ketak ketik aku gak tau apa yang dia lakuin tapi itu cepet banget, tangannya bener-bener lihai dan beberapa detik langsung bener, dan gak eror lagi. Yang paling penting kamu jangan bicara sembarangan, jangan menilai orang dari kata orang karena itu belum tentu benerkan? Lagi pula kita kan belum begitu mengenal ka Naina ditambah dia itu senior kita loh." Lisa berdiri dan berjalan kearah Sarah lalu menepuk-nepuk pundak Sarah. Lisa berbicara dengan nada suara yang lembut seperti seorang ibu yang menasehati anaknya.

Diluar ruang staff

Aku berdiri terdiam, mendengarkan percakapan mereka.

"Lagi-lagi mereka hanya berani berbicara dibelakangku, tapi ternyata ada juga yang suka denganku, syukurlah. Gak baik kan menguping seperti ini? Lebih baik aku bergegas turun." Aku berjalan menuruni anak tangga meninggalkan mereka berdua yang masih mengobrol di dalam ruang staff dan aku terus berjalan menuju toilet untuk memeriksa hasil bersih-bersih semalam.

Karena setiap hari senin malam selasa selalu dilakukan General cleaning. Seluruh shift siang baik itu kitchen, bar, waiter dan kasir semuanya bekerja sama membersihkan seluruh area restoran tanpa terkecuali setelah closeing restoran.

"Dandan selama apa pun kamu gak akan berubah, cel." Chandra berdiri di belakangku ikutan bercermin disebuah cermin besar yang berada di dalam toilet costumer. Di samping wastapel ada tebing dan pepohonan dan bunga yang indah yang berwarna warni bernuasa alam.

"Whatever.. what do you say, muka Es." Aku memutar badanku dan berjalan meninggalkan Chandra yang masih berdiri didepan cermin. 'Saat ini mood ku lagi baik, jadi aku lepaskan kau sekarang.'

Dan Dimas berdiri di depan lorong itu bersandar di salah satu dinding lorong.

"Wah kamu di kacangin Chan, apa katanya tadi muka es? Wah... Panggilan yang bagus tuh. Sepertinya kalian semakin akrab? hati-hati Chan nanti benci bisa jadi cinta loh." Dimas berjalan kearah Chandra sambil tertawa terbahak-bahak lalu menepuk-nepuk bahu Chandra.

"Ikh amit-amit deh, gue sama dia? Gak bakalan." Chandra mengrenyitkan wajahnya dan berlalu meninggalkan Dimas yang sedang senyum-senyum sendiri sembari menahan tawa.

Aku menghentikan langkahku lalu memutar badanku 180 derajat kearah Chandra dan langkah Chandra otomatis terhenti ketika melihatku dengan wajahnya yang kikuknya.

"Ikh apa lagi gue. Jangan sok kecakepan dan jangan loe pikir semua orang terpikat sama tampang loe, gak berlaku buat gue. Ikh amit-amit deh." aku berbalik dan kembali berjalan menuju kasir.

Melihat wajah Chandra yang masih membeku itu, aku merasa bahagia, tanpa sadar senyum terukir diwajahku. Puas.

Yah..... Mereka berdua memang seperti itu, seperti anak kecil. Harus punya kesabaran yang ekstra, jika berhadapan dengan meraka. Dan aku terkadang aku ingin sekali saja aku mencakar muka mereka berdua.

Hahh....

Rasanya bebanku teramat banyak, belum lagi aku harus mengurusi bayi-bayi tadi.

"Cepat pulang ka.." rengekku lelah.

Aku berjalan menuju kasir teringat sesuatu dan mengambil buku yang ku simpan di kantung epron dan mengecek semua tugas sudah selesai atau belum. Karena otner datangnya sering mendadak. Kalau pak Nathan datang, dia pasti selalu ngomel. Entah itu masalah besar atau kecil pasti dia akan ngomel, dan aku juga yang kena. Jadi masalah ini pun, aku juga yang urus menambah daftar tugas dari spv yang menggunung ini. Dan karena hari ini hari biasa mungkin gak akan terlalu banyak yang datang.

Hari itu diluar dugaan, keadaan resto sangat ramai. Semua tempat penuh. Cape banget rasanya. Seharusnya aku pulang jam 5 sore, kali ini aku pulang jam tujuh. Setelah mengecek semua rapih dan aku berjalan ke ruang staff.

"Aku rasanya ingin makan es cream, sebelum pulang main dulu akh cari es cream yang seger." Kataku sambil menaiki anak tangga rasanya kaki ku berat sekali dan agak sakit jadi aku berjalan perlahan dan sedikit pincang mungkin karena tadi kakiku terkilir tapi aku terus berjalan akhirnya jadi begini.

"Permisi.. permisi.. gue buru-buru udah di tunggu pacar gue." Chandra berlari menaiki anak tangga dan menyerobot sambil menyenggol badanku. Dan tak menoleh kebelakang lagi.

BRUKK...

Bersambung...