webnovel

CHAPTER 31

Senyum dibibir itu akhirnya berkembang puas setelah ia mendengar kabar baik yang selama ini ia tunggu tanpa harapan apapun.

Tubuh gemuk dan gempal itu duduk dengan bijaksana. Menyesap kopi hitam panas pait favoritnya. Tatapannya menyenangkan terutama untuk orang yang berada didepannya.

Jimin sangat berdebar kali ini namun ia sangat senang berbicara dengan Bang Shin Hyuk Pd-nim. Ia memang orang yang menyenangkan untuk diajak bertukar fikiran.

"Jadi kau siap untuk memberontak kalau begini keputusanmu?", Ia bertanya untuk meyakinkan sekali lagi.

Jimin mengangguk dengan kuat dan percaya diri.

"okay kalau begitu. Kau tunggu disini. Aku akan mengenalkanmu dengan leader sebuah boy group yang sedang kusiapkan".

Jimin membuka matanya dengan lebar. Ia tidak menyangka secepat ini Pdnim mempercayainya.

"Pd-nim... bukankah aku harus audisi terlebih dahulu?".

"aku sudah tau dirimu seperti apa bahkan dari awal kau memulai ini semua. Aku hanya ingin kau menunjukkan yang kau punya kepada sang leader dan kalian berbincang dengan member yang lain. lalu baru akan kuputuskan setelah berdiskusi dengan mereka".

Dengan ragu dan gugup Jimin mengangguk. Ini kedua kalinya ia merasa begitu gugup. Jimin mengguncang kakinya sembari menunggu Pd-nim dan sang leader kembali keruangan yang tidak terlalu besar ini.

Perusahaan ini memang bukan agency besar. Pd-nim melakukannya dengan mandiri berapa tahun belakangan ini. Namun keahliannya tidak perlu dipertanyakan. Jimin mempercayainya karena ia mempunya selera dan juga pemikiran yang bagus dan terbuka oleh hal baru. Selera humornya selalu baik walau terkadang receh.

Tempat ini yang pertama muncul dalam fikiran Jimin setelah berlari ke rumah Seul Gi semalam lalu memutuskan untuk pergi karena sudah larut malam

Jimin tidur didepan perusahaan didalam mobilnya. Pd-nim sendiri yang mengetuk pintu kaca mobilnya tadi.

Pintu ruangan terbuka. Jimin dengan reflek berdiri dan membungkuk mengucapkan salam. Saat mata mereka bertemu, Jimin terkejut dengan sosok yang memandangnya juga dengan wajah yang sama-sama tidak menyangka akan bertemu disini dan detik ini.

-

-

-

Seul Gi menunggu Jimin namun pacarnya belum datang bahkan hingga jam pelajaran dimulai. Handphonenya juga tidak aktif sejak tadi malam.

Seul Gi merasa khawatir namun ia tidak memiliki siapapun untuk dihubungi. Ia sadar bahwa dirinya tidak tahu apa-apa tentang Jimin. Hatinya merasa sedih dan menyalahkan dirinya mengapa begitu bodoh. Tapi otaknya berkata bahwa itu hal yang wajar karena mereka baru saja berkencan.

Tatapan orang-orang semakin menelanjanginya karena ia berjalan sendiri tanpa Jimin disampingnya. Apa seburuk itukah dirinya hingga tak pantas menjadi kekasih Jimin? Ia hanya menunduk. Menguatkan pundaknya untuk tetap kuat.

Seul Gi sedang berada didalam toilet. Perutnya sakit. Saat ia membuka pintu, pintu itu terkunci dari luar. Seul Gi melihat bayangan orang didepan.

"siapapun disana, bisa tolong bukakan pintu? Aku terkunci. heii", lolong Seul Gi.

Tak ada jawaban padahal ia yakin sekiranya ada 3 orang didepan.

BYURRRRR!!!!!!!

Seul Gi gelagapan karena seember air kotor menyiram tubuhnya dari atas. Suara tawa perempuan yang ia kenal dengan nyaring terdengar dari luar. Seul Gi tidak bisa berteriak karena terlalu terkejut.

Tubuhnya basah dan air ini sangat bau. Ia menggedor pintu dengan kuat dan mereka semua pergi dengan tawa bahagia.

Lutut Seul Gi terasa lemas. Ia jatuh duduk dilantai dan menangis untuk kedua kalinya. Rasa dingin menusuk tubuhnya dan bau tak sedap membuatnya semakin ingin menangis dengan kencang. Ia kalah dengan semua ini tanpa Jimin. Ternyata ia terlalu bergantung pada Jimin dan sekarang ia bahkan tidak bisa berdiri dengan benar. Seul Gi merasa malu dan bodoh pada saat yang bersamaan.

-

-

-

Bang Shin Hyuk mencoba mengerti perkataan sang leader boy group yang ia siapkan didepannya. Ia juga tidak tahu takdir yang Kim Nam Joon dan Park Jimin miliki sangatlah hal yang tidak diduga.

Mereka rival dalam sebuah hubungan percintaan memperebutkan seorang gadis.

"lalu apa kau tidak akan memberinya kesempatan walaupun dia adalah rekomendasiku? dan kau sudah paham bagaimana kita memiliki selera dan pemikiran yang sangat tersambung".

Nam Joon menunduk. Ia masih mencintai Seul Gi tapi semenjak keberadaan Jimin, jangan menggoda Seul Gi. Menatapnya saja ia sudah tidak bisa. Maka dari itu dia lebih memilih fokus pada masa trainingnya setelah ditawari untuk masuk kedalam agency ini. Nam Joon melepas sekolahnya dan pindah ke home schooling setelah ia ditetapkan akan menjadi leader dari boy group baru ini.

Shin Hyuk tidak dapat menyalahkan takdir mereka berdua tapi juga tidak bisa melepas Jimin dengan terlalu mudah saat mendapatkannya adalah hal yang tidak mungkin karena keluarga Jimin yang sangat membenci dunia entertainment padahal mereka memiliki anak yang bertalenta seperti Jimin.

"Aku tetap akan membuatnya menjadi trainee. Dan selama itu kau bisa melihatnya. Nam Joon... Kau adalah leader diboy group ini. Kita masih bingung apakah 6 orang adalah angka yang cocok. Kau berkata merasa masih ada yang kurang, aku pun sama", Shin Hyuk mendekatkan dirinya pada Nam Joon, "Jimin orang yang tepat menurut pendapatku. Tapi kalau kau memang tetap tidak merubah keputusanmu. Tak apa. Aku tetap percaya pada kalian".

Nam Joon mengangguk tanda mengerti lalu ia diperbolehkan untuk memulai latihannya kembali.

-

-

-

Tempat yang dituju oleh Seul Gi yang masih basah kuyup dan kotor adalah apartement milik Jin Shim Eonnie. Ia tidak mungkin pulang dengan keadaan berantakan seperti ini.

Seul Gi memencet bell berkali-kali. Jin Shim akhirnya membukanya dan terlihat ia baru saja bangun tidur. Matanya yang awalnya masih menutup lekat langsung menohok tajam melihat adiknya berantakan seperti ini.

"OMOOOO.... ADA APA INIII? APA KAU BAIK-BAIK SAJA?", ia sangat panik.

Mereka masuk kedalam apartement. Seul Gi masih diam saja. Jin Shim menyiapkan air hangat dan juga wewangian di bath up kecil miliknya.

Ia membantu Seul Gi membersihkan diri. Mengeramasi rambutnya yang lengket menjijikan. Sepanjang itu pula ia mengoceh namun Seul Gi hanya diam dan menangis pelan.

Satu jam mereka bergulat dikamar mandi dan akhirnya selesai.

"SIALAN. kau harus pindah dari sekolah itu?!", Jin Shim menyadari ia salah bicara dan menggigit bibirnya. Ia mengambil handuk yang dipegang Seul Gi dan membantunya mengeringkan rambut.

"mengapa nasibmu sangat malang seperti ini. Apa yang membuatmu begini".

Seul Gi menghembuskan nafas dan memeluk Jin Shim. Ia menangis sejadi-jadinya. Jin Shim membalas pelukannya dan mengusap pundak Seul Gi. Ia menutup mulutnya dan membiarkan Seul Gi mengeluarkan emosinya.

Selama ini Seul Gi sangat kuat, ia tidak pernah mengeluh atau membenci siapapun. Ia bekerja dengan sungguh-sungguh dan tidak peduli dengan cemohan dan hinaan semua orang yang melihatnya. Seul Gi yang kuat akhirnya rapuh seperti batu yang terkikis oleh air.

Jin Shim mengusap pundak Seul Gi. Menyayangi adik angkatnya itu seperti adiknya sendiri. Membiarkan tangis Seul Gi pecah hingga akhirnya ia kelelahan dan tertidur diatas sofa.

***