webnovel

Perjalanan yang tidak ramah.

Beberapa gerobak sedang berjalan di pegunungan yang di penuhi oleh hutan. Di tarik dengan kuda berjalan melewati hutan-hutan yang lebat dan gelap sebegitu lebat nya hutan itu. Gerobak kuda itu berjumlah lima, dengan di tarik satu persatu dengan kuda.

Di dalam terdapat banyak sekali orang-orang, entah dari mana bahkan dari berpakaian mereka, terlihat kalau mereka tidak mirip satu sama lain. Ada yang memakai pakaian lengkap, yang sudah sobek, kotor dan bahkan ada yang hanya memakai jubah menutupi diri mereka.

Suasana di dalam begitu suram dan tidak terlihat ada kebahagiaan satu persatu dari mereka. Tidak ada yang mau berbicara, mengobrol dan bahkan berkomunikasi. Mereka semua terdiam tanpa mengatakan sepatah kata pun.

''Hey apakah kalian ingin ke kerajaan?''

Salah satu orang berpakaian lengkap akhirnya bertanya, menghentikan suasana suram.

''Ya, menurutmu ke mana lagi kereta kuda ini akan berjalan. Tentunya kereta ini pasti menuju ke kerajaan Helius,'' jawab salah satu orang memakai jubah.

''Kau yakin? Kalian pikir kereta kuda ini akan menuju ke Helius dengan biaya murah? Dengar, perjalanan ini begitu jauh, lebih jauh yang dari kalian bayangkan. Pertama kita memasuki hutan, melewati lembah, menembus berhembusnya angin yang begitu kuat dan sekarang kita menaiki pegunungan dan hutan. Perjalanan ini begitu sulit dari yang kita bayangkan, bahkan aku tidak tahu bagaimana kuda mereka masih bertahan hingga sekarang.''

Semua terdiam, tidak bisa membalas perkataan orang itu, seolah mengatakan kalau orang itu benar sekali. Mereka sekarang berada di tempat yang begitu jauh dari tempat mereka berasal, bahkan sekarang mereka sedang berjalan menyelusuri pegunungan yang curam. Sekali terjatuh maka nyawa melayang.

Tidak ada yang memberikan komentar. gerobak kuda masih berjalan menyelusuri pegunungan.

''Jadi menurutmu ke mana lagi kita akan berjalan?''

''Aku pikir ke tempat yang tidak kita ketahui.. dan lagi aku tidak menyangka kalian bisa senekat ini melewati banyak perjalanan untuk menuju ke sebuah kerajaan.''

''Desa ku sudah hancur di serang monster. Aku dan orang-orang di desa ku berpisah mencari tempat menetap yang baru, dan aku berpikir dengan tinggal di kerajaan bernama Helius aku bisa hidup tenang dan memiliki masa depan cerah.''

''Kau berpikir seperti itu? Aku dengar kerajaan Helius memiliki penduduk yang tidak baik. Moral mereka di ukur dari seberapa bangsawannya dirimu. Saat mereka melihat kita sudah pasti satu hal, mereka akan meludahi kita.''

''Ya, kau juga dengar itu.''

''Setidaknya itu lebih baik dari pada tinggal tanpa perlindungan. Desa ku adalah salah satu contoh tempat tanpa perlindungan, hampir seluruh penduduk kami terbunuh oleh monster, entah itu di makan atau di jadikan mainan. para monster itu tidak memilik rasa kasihan terhadap kita.''

Semua orang berbicara satu sama lain tentang nasib dan tujuan mereka. Ada yang berpikir hidup enak di kerajaan dan ada yang terpaksa. Beberapa dari mereka begitu depresi hingga terkadang mereka menggaruk kepala mereka, tidak tahan dengan beban mereka.

Di sisi mereka ada seorang anak.. bisa di bilang begitu. Tidak di ketahui wajahnya karena memakai tudung menutupi wajah nya. Dia dari tadi terdiam tidak mengatakan sepatah kata pun, mendengarkan semua ocehan para orang-orang di sekitarnya. Dia terdiam tidak mengatakan sepatah kata pun dan terlihat terhibur dengan cerita mereka semua.

''Hey kau lihat orang di sana?''

Mereka semua memalingkan wajah mereka, melihat tempat paling belakang. Di sana ada barang-barang mereka yang terkumpul. Di sana juga ada seseorang yang sedang tertidur, tertidur dengan pulasnya terdengar dari suara dengkurannya. Dia berciri-ciri berambut hitam setengah acak dan setengah rapi, kulit agak kecoklatan, hidung sedikit mancung dan bisa di bilang wajahnya sedikit tampan.

Dengan memakai pakaian yang begitu rapi walaupun tidak terlihat orang kelas atas, memakai baju berwarna biru dan putih kaos, celana pendek berwarna biru juga, memiliki kain yang terikat di pinggangnya yang menutupi bagian bawah belakangnya(seperti jaket panjang di ikat) dan memakai sandal berwarna putih yang masih terlihat bersih. Di pinggangnya di kirinya ada dua pedang berbeda bentuk terikat oleh kain di pinggangnya, pedang yang satu memiliki warna biru cerah, terdapat ada nya seni terkikis di sarungnya, dan yang satunya hanya berwarna hitam gelap dengan ada berwarna merah.

''Lihat dia, bukankah dia terlalu tenang dengan situasi sekarang?''

''Kau benar. Dia tidak terlihat memiliki masalah seperti yang kita hadapi.''

''Apakah dia bangsawan?''

''Tidak, terlihat dari pakaiannya dia sepertinya kesatria di suatu kerajaan.''

''Hmm kau benar. Di lihat dari pedang di pinggangnya. Dia sepertinya ksatria.''

Mereka semua berbisik satu sama lain. Suasana yang tadinya penuh depresi sekarang mencurigai seseorang yang tidur di belakang mereka. Anak yang berjubah terus melihat pria di belakang mereka, dia tertarik dengan ada yang ada di pinggangnya, yaitu kedua pedang itu. Ada sesuatu yang membuatnya terus menatapnya.

''Atau jangan-jangan dia seorang perampok?''

''Hey jangan bilang begitu. Walaupun kita tidak tahu siapa dia jangan menuduh secara langsung.''

''Karena tidak baik?''

''Bukan. Kalau dia beneran perampok, mampuslah kita semua. Makanya aku takut.''

''Yaelah kau ini..''

''Kalau begitu bagaimana kita sergap saja dia?''

''Jangan! dia memiliki senjata, jika dia bangun pasti kita sudah mati di tebasnya.''

Mereka semua merencanakan sesuatu dengan pria yang tertidur itu. Padahal dilihat dari mana pun dia begitu pulas yang bahkan bisikan mereka yang ribut itu.

Saat sedang berbisik-bisik tanpa henti, tiba-tiba saja kereta kuda mereka naiki berhenti. Begitu tiba-tiba sehingga membuat mereka semua terkejut.

"Ada apa ini?"

"Kenapa keretanya tiba-tiba saja berhenti?"

Mereka semua keluar untuk melihat apa yang terjadi. Entah kenapa ada perasaan tidak enak tentang ini.

Di luar sudah banyak nampak kerumunan begitu banyak. Para orang-orang di dalam gerobak semua keluar, melihat apa yang sebenarnya yang terjadi. Di depan gerobak di depan ada banyak orang, mereka terlihat tidak ramah bisa di lihat di tangan mereka semua ada senjata, pedang, kapak atau pun rantai yang tajam. Mereka semua memakai penutup mulut sehingga tidak bisa di lihat wajah mereka sepenuhnya.

Salah satu dari mereka maju, dia tampak memiliki tubuh lebih besar dari para teman-temannya, kulitnya coklat, sekujur luka penuh luka menunjukkan dia sering bertarung dan kepalanya botak.

''Dengar para pengembara! Jika kalian ingin nyawa kalian selamat, kalian serahkan semua benda berharga kalian!''

Dengan ini sudah di pastikan, mereka ternyata adalah perampok.

Sekejap semua orang-orang terkejut dan ketakutan tentunya. Mereka hanyalah pengembara kebanyakan miskin dan bahkan beberapa orang tidak memiliki benda berharga lagi. Jika melawan tentu diri mereka yang kalah. Apa yang bisa mereka lakukan? Mereka kebanyakan orang-orang terlihat tidak bisa berkelahi, tubuh mereka tidak memadai, dan terutama jumlah mereka semua kalah di bandingkan para bandit, dan mereka semua kebanyakan adalah wanita.

Si pemimpin perampok melihat satu persatu dari mereka semua dan kecewa. Dia sadar kalau kebanyakan dari mereka adalah orang yang mustahil memiliki benda berharga terlihat dari penampilan mereka.

''Bos, mereka sepertinya hanya kumpulan orang miskin.''

''Ya kau benar, kalau begitu tangkap mereka semua. Kita bisa menjual mereka menjadi budak dengan harga yang lumayan, terutama para wanita yang terlihat kebanyakan masih muda.''

Para korban tentu ketakutan mendengar rencana mereka, terutama para wanita yang pasti jelas nasib mereka jika menjadi budak.. menjadi tidak berharga.

Beberapa bandit mulai berjalan mulai mencoba menangkap mereka satu persatu. Mereka sudah membawa tali di tangan mereka, menangkap para orang-orang miskin dan lemah itu tentu tidak merasa berat bagi mereka.

Para korban ingin kabur tapi mereka tidak tahu harus ke mana. Jika ke hutan tentu nasib mereka pasti lebih parah, menjadi santapan para monster tentunya dan jika pun berhasil menghindari para monster mereka pasti kelaparan dan bernasib tidak sama dengan di makan monster. Tidak ada jalan keluar, dan jika di tangkap mereka menjadi budak seumurnya hingga mereka mati. Mana yang lebih baik?

''Ada apa ini? Kenapa ribut sekali?''

Tiba-tiba terdengar suara dari dalam salah satu gerobak.

Mereka semua terkejut, termasuk para bandit. Entah kenapa para korban merasa lega karena tahu siapa pemilik suara itu. Yang mereka kenal sebagai si tukang tidur di dalam gerobak yang di sangka sebagai kesatria.

Dia keluar melihat para kerumunan yang begitu banyaknya. Dia berpakaian sama persis seperti yang di lihat para orang-orang di dalam gerobak namun kali ini mereka bisa melihat pupil mata pria itu yang berwarna coklat cerah.

''Kenapa kalian ribut sekali, apakah kita sudah sampai?''

Pria itu berkata dengan nada santai tidak merasa ada yang salah.

''Kita di rampok!''

Salah satu dari mereka berseru seperti meminta pria itu untuk melakukan sesuatu.

Pria itu agak terkejut dan lalu melihat ke depan. Dia bisa melihat para bandit juga melihat dirinya.

''Oh begitu. Baiklah.''

Pria itu berjalan maju menuju barisan paling depan. Cara jalannya begitu santai tanpa ada rasa takut sama sekali terlihat dari wajahnya. Malah terlihat bibirnya tersenyum.

Para pengembara senang melihat kesatria(di duga) akan melawan para bandit itu, walaupun mereka tidak tahu apakah dia bisa mengalahkan puluhan bandit itu.

''Bersiaplah para bandit!''

Dia mengambil pedang di salah satu pinggangnya dan langsung mengacungkan ke depan.

Para pengembara dan bandit terdiam. Ada suatu sebab mereka terdiam setelah mendengar perkataan pria itu tadi. Dan sepertinya ada sesuatu yang salah karena di lihat para pengembara yang tadinya senang malah terlihat bengong.

Pria itu melihat ke depan namun menyadari sesuatu, hal yang begitu salah.

''Lho.....''

Dia menyadari.

''Di mana pedangku!?''

Pria itu terkejut kalau dari tadi dia tidak memegang pedangnya, mungkin dia terlalu biasa memegang pedang sehingga tidak sadar dia tidak memegang pedangnya kali ini. Dia memeriksa pinggangnya dan sadar bahkan pedang keduanya juga hilang, bahkan sarung pedangnya juga menghilang.

Para pengembara terbengong dan para bandit tampak tertawa terbahak-bahak.

Pria itu benar-benar membuat dirinya malu di depan orang yang akan di tolong nya dan penjahat yang akan dia lawan.

''Lihat! Apakah itu pedangmu?!''

Salah satu pengembara berseru.

Mereka semua melihat yang di tunjuk orang itu termasuk para bandit yang juga merasa penasaran.

Terlihat anak kecil yang berkerudung di dalam gerobak tadi berlari masuk ke dalam hutan. dia kedua tangannya dia membawa pedang yang di duga pemilik pria tadi.

''Hey kembalikan pedangku!'' pria tadi berseru marah.

Dia berlari begitu cepat hingga beberapa detik dia menghilang masuk ke dalam hutan. Ini perampokan!

Para pengembara kembali suram melihat kejadian ini, di sisi lain masih terbengong dengan kejadian absurd ini. Begitu sial kah mereka sehingga orang yang akan menyelamatkan mereka di rampok dengan tiba-tiba?

Para perampok sama halnya sedikit tidak percaya dengan kejadian absurd ini.

''Si bocah perampok tadi, apakah dia bodoh hingga dia berani masuk ke dalam hutan? Apakah dia tidak tahu kalau di dalam sana ada monster siap memakannya?''

''Entahlah bos, tapi bisa di katakan aksi itu di katakan bodoh.''

Pria itu marah bercampur cemberut. Ini kejadian memalukan bagi dirinya.

''Hey pemuda! Kau sudah kehilangan senjata. Sangat memalukan mengalami kejadian ini tapi menyerahlah atau kepalamu masih ingin di tebas?''

Pria tadi tidak menjawab pertanyaan bos bandit tadi atau memang dia tidak mendengarkannya. Dia masih cemberut melihat pedangnya di rampok tiba-tiba begini. Dia kembali menatap ke depan, melihat bos bandit yang tampak kesal karena tidak acuhkan.

''Baiklah untuk saat ini aku akan melawanmu dengan tangan kosong.'' Pria itu memajukan lengannya benar-benar ingin bertarung dengan tangan kosong.

Para bandit tertawa terbahak-bahak melihat pria itu yang mengatakan ingin melawan mereka semua dengan tangan kosong, sungguh omong kosong.

Sedangkan para pengembara yang lain sedikit kagum melihat pria itu masih ingin menyelamatkan mereka semua.

Si bos bandit merasa di remehkan langsung maju ke depan menghadap langsung di depan pria tadi. Si bos bandit melotot melihat pria yang terlihat meremehkan mereka semua, namun terlihat pria itu masih berwajah biasa, tanpa merasa takut sama sekali. Entah dari mana rasa keberanian pria itu berasal.

''Bersiaplah mati..''

Bandit itu mengangkat kapak di tangan kanannya bersiap menebas pria tadi. Dia benar-benar marah dan tidak merasa segan kalau menebas kepala pria itu hingga putus. Dia dia dengan langsung meluncurkan tangannya menebas pria itu.

Semua pengembara merasa jantung mereka berdetak kencang, melihat kepala orang itu putus atau ada keajaiban yang datang menyelamatkan mereka.

Tanpa yang ada menyadari, pria itu dengan cepat memegang tangan bandit itu dan tanpa di duga-duga seorang pun, dia membanting bandit itu ke belakang dengan cepatnya. Pria itu ternyata kuat!

Para pengembara dan bandit terdiam sementara, tidak tahu harus mengatakan apa. Terkejut, kagum, merasa tidak percaya bercampur aduk menjadi satu.

Pria itu tersenyum setelah mengalahkan bos para bandit itu hingga tidak sadarkan diri. Dia menghadap para bandit lainnya.

''Namaku Jaka! dari Elindos! Jangan remehkan orang desa!''

....

Next chapter