webnovel

Pelajaran berharga

"Di sudut malam aku tertawa, menertawakan diriku sendiri, sebegitu bodohnya, sebegitu butanya kah mata ini?! Dimana aku, siapa aku, seketika tak bisa aku kenali jiwa yang terperangkap dalam tubuh ini,"

Sepenggal diary tanpa lanjutan, Rere terkulai lemas terisak penuh kepedihan, hanphone berdering tepat disebelah kiri kakinya, layar menunjukkan "nomor tak dikenal" ia hanya menatap layar hp tanpa bergeming, hingga panggilan terjadi berkali-kali

"Halo, Re,, aku Fello, bagaimana ke adaanmu?" suara dari seberang terdengar khawatir namun nyaring, Rere hanya menatap layar handphone itu tanpa bergeming, seketika air matanya mengalir lebih deras ia terisak membuat tubuhnya terguncang, terdengar jelas dari ujung telepon, Fello, pria yang selalu baik terhadap dirinya semenjak kuliah, namun hanya sebatas teman, tidak ada kekuatan untuk bercerita menggambarkan isi hatinya saat ini selain menangis, jadi pria itu pun memahami ia hanya berbicara beberapa patah kata sebelum menutup teleponnya, tidak terdengar jelas apa yang dibicarakan, Rere masih terisak, hingga fajar menyingsing cahaya pagi menerobos melalui tirai transaparan dikamarnya, ketika terdengar ketukan di pintu

"Nona, apakah sudah bangun? Hari sudah siang, bukankah nona harus kuliah?"

terdengar suara Bi Rima dibakik pintu, sekian lama tidak ada tanggapan dari dalam kamar, Bi Rima meninggalkan kamar itu kembali dengan rutinitasnya, menyiapkan sarapan untuk mereka,

Beberapa saat kemudian Rere turun tangga menuju meja makan, matanya masih bengkak Bibi Rima menyiapkan air es dan lap untuk mengompres mata majikannya sebelum berangkat kuliah

"Apa gunanya kamu menangis, sepanjang malam bahkan hingga air matamu kerung tidak akan mengubah ke adaan dia sudah menikah Re, 4Tahun kalian pacaran apa saja yang kamu kerjakan, bisa-bisanya kamu kehilangan dia dalam hitungan detik" tiba-tiba ibunya muncul di susul dengan ayahnya,

Rere hanya diam membiarkan Bi Rima menyelesaikan tugasnya dengan baik, ia merasa tidak ada gunanya berdebat pagi-pagi begini selain memperburuk suasana hatinya,

"Beberapa rumor mengatakan kamu sering mengecewakan Alexa, kamu sering bertemu laki-laki lain dibelakangnya, kurang apa Alexa?! " ayahnya terlihat heran

" jika kalian lebih percaya orang luar, untuk apa kalian bertanya padaku? Apakah penjelasanku akan merubah asumsi kalian? Apa kalian berpikir aku menginginkan ini suami terjadi? Akulah yang paling terpukul, yang paling menderita, akulah yag di campakkan tanpa belas kasihan, bagaimana bisa kalian tidak melihat posisiku saat ini? Apakah aku anak pungut? Yang kalian temukan disaat kalian berkencan dan mengadopsiku?! Tidak kah ada ikatan bathin di antara kita?! " belum selesai Rere berkeluh kesah, sebuah tamparan mendarat di pipi kirinya, sakit tamparan tidak seberapa namun hatinya telah hancur luluh lantak ditengah penghianatan tunangannya ibunya menamparnya dengan segal tuduhan yang tidak ia lakukan dengan sengaja, tanpa pikir panjang ia mengambil tas segera berlalu meninggalkan rumah itu, bukan pergi ke kampus, namun menuju halte bus tidak jauh dari rumahnya, menggunakan headset/earphone di telinganya, duduk sendiri dekat jendela bus, ia hanya ingat naik bus tidak ingat turun, tidak tahu tujuan, ia hanya ingin pergi jauh, itu yang biasa ia lakukan ketika sedang bosan, naik bus, mengikuti rute bus sampai bus itu kembali kehalte dimana ia naik, tentunya itu menghabiskan waktu hampir sehari penuh,

Ketika seorang wanita duduk disampingnya, berusia sekitar 40 tahun, mengenakan blouse putih celana jeans, cantik meskipun sedikit keriput tergaris diwajahnya

" bukankah kita harus melihat dunia yang luas agar bisa memahami dunia kita sendiri?! Terkadang kita merasa memiliki hidup sangat buruk, namun di antara kita, masih banyak hal yang lebih buruk" wanita itu berkata seakan mengingatkan Rere untuk tidak terlalu banyak mengeluh, Rere yang sedari tadi hanya diam menghadap jendela tiba-tiba paham apa maksud wanita ini, tepat di dedepan sebuah halte saat bus berhenti ada banyak gelandangan sedang menikmati beberapa makanan pemberian dari pengguna jalan, mereka terlihat buruk dengan pakaian kumel compang camping, namun hidup mereka terlihat santai, mereka hanya memikirkan makan, yang penting bisa makan, tanoa berpikir pakaian apa yang bagus, keluaran terbaru model terbaru, disisi lain ke adaan mereka yang seperti itu sampai kapanpun akan tetap seperti itu, harusnya ia bersyukur dengan hidupnya saat ini,

"Sepertinya anda sedang dirundung masalah nona" wanita itu melanjutkan, membuyarkan lamunannya dan menoleh dengan enggan, ia malu jika matanya terlihat buruk,,,

"Tidak apa jika kamu tidak ingin berbagi" wanita itu mengalah untuk mencari tahu

"Tunanganku mencampakkan aku, dia menikah tanpa memutuskan hubungan terlebih dahulu, tanpa tahu apa sebabnya, dan semua orang seakan menyalahkan aku"Rere mengakhiri, pandangan matanya mulai kabur, terasa panas ia menangis lagi, entah kenapa wanita disebelahnya memeluknya membuat ia membenamkan kepalanya di dada wanita itu, ia merasa dekapan yang hangat sepwrti seorang ibu.

"Aku kehingan putriku dalam kecelakaan beberapa tahun lalu, kira-kira dia seusiamu, dan suamiku meninggalkan aku pergi dengan wanita simpanannya"

Wanita itu menceritakan kisahnya, mereka saling bertukar cerita tanpa saling menanyakan nama, mereka beranggapan ini hanya pertemuan singkat

"Apa kamu punya rumah nyonya? Bolehkah aku berkunjung? " Rere memohon

"He eh, tentu saja, sekarang juga boleh jika kamu menginginkannya" wanita itu tersenyum manis,

Rere tidak menjawab selain menikmati belaian tangan wanita utu pada rambutnya, sesaat kemudian bus berhenti di halte, si qanita mengisyaratkannya untuk turun,

Rere menyembunyikan mata bengkaknya , mengikuti si wanita turun dari bus dan menyusuri jalanan.

"Sepertinya kamu sedang kabur dari rumah! Jika kamu mau, kamu bisa tinggal dirumahku sementara, tidak terlalu bagus tapi lumayan nyaman, "wanita itu menggiring gadis itu berjalan beriringan, memeluknya seakan takut ia akan terjatuh.

"Apa kabarnya!! " seorang pria bertanya kepada pria satunya

"Tidak terlalu buruk, dia terlalu cerdas menangisi pria sepertimu" pria itu menggoda sahabatnya,

" seriuslah jordan, " pria itu terlihat putus asa

"Alexa,,,, kamu lebih tahu situasi ini,tidak banyak yang bisa aku lakukan untuk gadis itu, sungguh menyedihkan, bahkan tadi pagi ia tidak muncul dikampus, tanpa kabar" pria itu bernama jordan, lelaki yang memberikan tisu pada Rere malam itu, Alexa menatap sahabatnya dengan kacau,