webnovel

Perkenalan membawa bencana

Hari ini Alula kembali masuk kelas pagi bersama Delon tapi tidak dengan Laila. Keduanya akan bertemu gadis itu dikelas siang hari nanti hingga sore. Jadwal kuliah Alula semakin padat dan beruntung hari ini ada Ibunya dan juga seorang tetangga yang bisa dimintai tolong untuk menjaga toko.

Semua kue masih tetap buatan Alula dan ia membuatnya sebelum matahari terbit hari ini agar nantinya sang Ibu hanya tinggal menjualnya saja. Dia tidak ingin terlalu merepotkan Ibunya, cukup dibantu dengan menjaga toko saja sudah sangat cukup.

"Al, hari ini kamu tutup toko lagi?" tanya Delon yang saat ini tengah berjalan di samping Alula menyusuri lorong kampus menuju perpustakaan. Keduanya ingin meminjam buku karena hari ini akan diadakan kuis jadi mereka ingin sedikit belajar mengisi waktu.

"Gak kok, hari ini toko kue buka ada Ibu dan juga tetangga dekat panti yang menjaga. Aku sudah buat kue sebelum berangkat tadi dibantu Wulan jadi tidak masalah aku tinggal."

"Kenapa gak cari orang untuk menjaga toko kamu aja, bukankah dengan begitu kamu bisa menolong orang dengan memberikan pekerjaan?"

"Ibu juga berkata seperti itu tadi, mungkin jika luang aku akan mencari seseorang untuk membantuku di toko."

Sebenarnya bukan hal sulit untuk Delon dan Laila membantu Alula namun gadis itu selalu menolak pertolongan mereka. Alasan yang diberikan Alula sangat sederhana 'ia tidak ingin merepotkan orang lain' namun semua itu dibuktikan dengan kerja kerasnya dia bisa bertahan melawan segala cobaan yang datang.

"Jadi hari ini kamu akan gantikan Pak Heru lagi?"

"Entahlah," sahut Alula. "Kalau anaknya baik-baik saja mungkin hari ini dia udah bisa ngisi kelas."

Saat sampai di depan perpustakaan langkah keduanya tertahan oleh seorang laki-laki yang tentunya sangat dikenali oleh Delon. Berbeda dengan Delon Alula justru mengerutkan keningnya melihat orang yang kini berdiri di depannya.

Alula tidak mengenal siapa itu karena selama ini teman Alula hanya Delon dan Laila, terkecuali Aulia dan dayang-dayangnya itu yang selalu mengganggunya.

"Kamu siapa?" tanya Alula dengan polosnya.

"Pftt!" Delon tak bisa menahan tawanya mendengar pertanyaan Alula. Dia tidak terkejut mengetahui Alula tidak mengenali siapa laki-laki yang saat ini ada di depannya karena Alula termasuk gadis yang tidak peduli dengan sekitarnya terkecuali jika itu menyangkut pendidikannya.

"Kamu gak mengenalku?" tanya laki-laki itu dengan wajah tak percaya. Jujur saja ia sangat tidak yakin jika Alula tidak mengenalnya karena satu kampus saja mengenalnya bagaimana Alula tidak. Ini sungguh diluar dugaan bahkan ini sangat tidak masuk akal sehat manusia pada umumnya.

"Maaf tapi apa kita pernah satu kelompok dalam tugas?" tanya Alula lagi.

Duarrr! Ini benar-benar diluar ekspektasi seorang pangeran kampus. Awalnya ia mengira jika Alula akan sangat senang dan berteriak histeris saat bertemu dirinya, namun sayang seribu sayang semua ini hanya angan-angan. Gadis di depannya ini ternyata sama sekali tidak mengenalinya dan itu tidaklah pura-pura melihat reaksi Delon yang sejak tadi tertawa meskipun berusaha menahan suaranya sebisa mungkin.

"Kalau begitu kita kenalan dulu. Namaku Vero," ucapnya seraya mengulurkan tangannya.

Alula tidak menyambut uluran tangannya tetapi justru memberikan tatapan penuh tanya. "Namaku Alula," sahutnya tanpa membalas uluran tangan Vero. "Ada perlu apa menghalangi jalanku? Seingatku, aku tidak ada tugas kelompok dalam waktu dekat ini."

Vero menggaruk tengkuknya kebingungan sementara Delon sejak tadi hanya bisa diam memperhatikan mereka dengan tawa yang sudah pecah dalam hatinya. Sungguh ini pengalaman luar biasa baginya menyaksikan seorang pangeran kampus pujaan hati setiap gadis dibuat tidak berkutik.

"Jika tidak ada yang penting bisakah kau menyingkir aku dan Delon harus masuk kedalam," seru Alula tanpa peduli bagaimana reaksi Vero.

"Wah ternyata dia juga merayu Vero sang pangeran kampus!" pekik Aulia membuat suasana yang tadinya tegang semakin tidak terkendali karena kini mereka menjadi tontonan mahasiswa lainnya.

Alula menghela napas pasrah, ia sudah bisa menebak apa yang akan terjadi setelah ini. Bukan hal baru memang untuknya tapi ini masih terlalu pagi jika harus mencari masalah dengan Aulia sang ratu drama.

"Mau pergi sekarang?" Bisik Delon.

"Tidak ada gunanya, ratu drama tetaplah ratu drama yang akan membuat segala situasi menjadi buruk tanpa peduli sekitar," balas Alula.

Aulia dan kedua dayang-dayangnya berjalan mendekati mereka dan langsung merangkul tangan Vero seakan laki-laki itu akan menghilang secara tiba-tiba jika tidak dijaga. Alula menatapnya jengah, bukan karena cemburu tapi karena muak dengan keadaan yang membuatnya tidak bisa membela diri saat direndahkan.

"Hai Vero," sapa Aulia dengan manja. "Kita nonton yuk aku dengar ada film baru, loh."

"Maaf, tapi aku sedang ada keperluan lain dengan Alula," sahutnya.

"Kamu jangan mau dekat-dekat dia, Alula itu simpanan Om-om nanti kamu ikut terkena masalah."

Alula memutar bola matanya malas, dalam hatinya ia berucap 'drama segera dimulai' sayangnya ia menjadi tokoh yang harus selalu dihina. Ingin rasanya Alula segera pergi dari sini, ia berdo'a dalam hati berharap seseorang datang menolongnya.

"Heh cewek gatel! Jangan berharap ya bisa dekat dengan Vero karena dia ini pacarku."

Alula sebenarnya malas meladeni permainan Aulia seperti ini, namun jika ia melawan akan berbalik padanya nanti.

"Maaf Aulia tapi aku sendiri tidak mengenalnya siapa bahkan namanya saja aku baru tahu. Jika dia memang kekasihmu bisakah minta dia untuk sedikit menyingkir karena aku dan Delon harus meminjam buku didalam sebelum kelas dimulai."

"Cih dasar wanita munafik! Aku tahu kamu yang lebih dulu mendatanginya, kan? Jangan seolah-olah kamu ini gadis baik-baik deh."

"Tapi Aulia, memangnya dia masih gadis ya? Bukankah dia simpanan Om-om, sudah pasti dia bukan lagi gadis dong," tambah Vani yang sejak tadi diam dibelakang Aulia.

"Ups! Maaf aku melupakan hal penting yang satu itu."

Aulia dan kedua dayang-dayang setianya itu kembali tertawa setelah berhasil mempermalukan Alula. Bisik-bisik dari orang-orang juga mulai terdengar kembali dan itu membuat Alula merasa terpojok.

Delon maju hingga membuat tubuh Alula tertutup olehnya, namun tangannya ditahan Alula dengan cepat. Dia tidak ingin ada berita tambahan lagi yang tidak terbukti kebenarannya, meskipun dia tahu Laila tidak mungkin salah paham padanya. Sama seperti Laila kemarin, Delon juga berniat membalas semua kata-kata yang dilontarkan Aulia untuk membela Alula.

"Sebaiknya kita pergi, aku gak mau semakin memperburuk keadaan," lirih Alula.

"Tapi mereka sudah sangat keterlaluan," kesal Delon.

Alula hanya bisa tersenyum dan mengucapkan syukur karena bisa mendapatkan teman-teman seperti Delon dan Laila yang begitu tulus menyayanginya. Hanya mereka yang membuat Alula bertahan dengan semua hinaan dari anak-anak kampus.

"Jangan membuat masalah, kamu dan Laila tahu dengan baik bagaimana posisiku disini."

"Aku dan Laila bisa membantumu Alula, tapi aku dan Laila tidak bisa terima jika harga dirimu selalu direndahkan oleh orang-orang seperti mereka yang tidak memiliki hati."

Sekali lagi Alula tersenyum senang mendengarnya. Namun dengan cepat ia menggelengkan kepalanya pertanda bahwa dirinya tetap tidak ingin melakukan apapun. Alula memang selalu menyelesaikan semuanya sendiri meski terkadang masih ada sedikit bantuan dari kedua temannya itu.

"Baiklah, lebih baik kita masuk kelas saja," pasrah Delon.

"Ayo kita kelas," Alula berjalan lebih dulu meninggalkan perpustakaan yang kini sudah ramai dengan orang-orang yang memandangnya rendah.

Langkah Alula diikuti Delon dari belakang. Meski masih menahan marah Delon tetap berusaha mengikuti keinginan Alula untuk segera pergi dari sana. Sayangnya jalan mereka tidaklah mulus semulus jalan tol karena Aulia kembali membuka suaranya.

"Lihatlah wanita panggilan itu selalu pergi saat semua rencananya terkuak!" sinis Aulia. "Hati-hati saja menjaga pacar kalian jangan sampai digoda oleh wanita tidak tahu malu seperti dirinya."

Alula memejamkan mata menahan semua rasa sakit yang diterimanya. Ia kembali melangkah pergi dari sana meninggalkan semua hinaan dan cacian yang memuakkan telinganya.

"Tuhan tolong berikan aku kekuatan lebih untuk tetap bertahan demi Ibu dan juga adik-adikku."

***